Cerpen | Puasa, Stamina, dan Kerja Berat Para Ibu
Mak Fatmah keluar rumah. Demikian pula Bu Tini. Seperti biasa Mak Fatmah Edi Mur berpenampilan sportif, mengenakan celana dan kaos olahraga longgar kesukaannya. Padahal tidak mau olahraga. Tapi ia memang banyak bergerak, di dalam rumah maupun di luar rumah, untuk berbagai urusan. Intinya ia tidak malas bergerak meski menjalani puasa.
"Sehat Mak?" tanya Bu Tini memancing pembicaraan. Satu kata saja, yaitu sehat, maka Mak Fatmah pasti terpancing.
"Alhamdulillah. Bu Tini juga sehat 'kan? Puasa meski beban pekerjaan ibu rumah-tangga tambah berat tidak boleh jadi alasan untuk tidak sehat lho.. . .!"
"Memang harus selalu sehat. . .!" ucap Mak Fatmah sambil mempergakan gerakan seorang binaragawan.
"Kalau seorang ibu sakit, maka suami dan anak-anak bakal ikut-ikutan sakit. . . ."
"Memang. Bisa-bisa nanti menyalahkan agama. Padahal agama itu untuk mengatur manusia. Ibarat produk otomotif yang baru keluar dari pabrik, selalu disertai petunjuk pemakaian dan seluk-beluknya. Demikian pula kitab-suci bagi kehidupan kita. Puasa ada perintahnya dalam kitab suci,. . . . .!" sahut Bu Tini panjang-lebar.
"Wah, mau ceramah nih?"
"Bukan. Untuk saling mengingatkan saja. Bu Tini boleh ganti menceramahi saya kok. . .!" ucap Mak Fatmah dengan gaya bercanda.
Sebagai isteri Ketua RT, Bu Tini punya wawasan yang lumayan luas. Ia sering berdiskusi dengan suami mengenai berbagai aspek kemasyaraktan. Termasuk bagaimana merangkul ibu-ibu untuk menyukseskan program kewilayahan. Salah satu caranya dengan memberi kesempatan kepada para ibu agar berani dan bangga untuk menunjukkan kelebihan dan keunggulannya dibandingkan ibu-ibu yang lain. Setelah ibu tinggal Bu Tini yang mengatur dan menjembatani agar tidak berpengaruh buruk.
Bu Tini mengajak Mak Fatmah ke pos ronda. Kebetulan di sana sudah ada tiga orang ibu rumah tangga dengan urusan masing-masing. Tante Elli menunggu Mang Oboy penjual tahu keliling, Bu Rumi pulang dari mengantar anaknya ke tempat les, dan Mamah Kania mau membeli buah segar di pasar swalayan depan kompleks perumahan.
"Wah, kebetulan nih ibu-ibu ngumpul Saya mau ngobrol sedikit kalau tidak menggunggu kegiatan ibu-ibu ya. Ini penting tidak penting, tapi bagusnya didengarkan dulu. . . !" ucap Bu Tini nimbrung pada tiga orang ibu yang telah lebih dulu berkumpul di pos ronda.
"Boleh, Bu Tini, silahkan. Soal arisan, atau posyandu?" sambut Tante Elli dengan bersemangat. "Jadi ada teman nunggu si Oboy, , , , hehe!"
Tiga orang ibu duduk di pinggiran pos yang ditinggikan mirip panggung, sedang Bu Tini dan Mak Fatmah berdiri saja. Lalu Bu Tini bercerita singkat saja dari apa yang diperolehnya di kantor kelurahan, penyuluhan tentang menjaga stamina selama bulan Ramadan.
*
Berpuasa sepanjang bulan itu berat. Karena selama sebelas bulan sebelumnya kita terbiasa makan-minum siang hari, dan harus lalu diubah menjadi malam hari. Namun prinsip makan-minum tetap sama, yaitu pilih makanan yang sehat dan seimbang. Pilihan itu membuat tubuh berenergi dan sehat sehingga stamina terjaga. Meski sepele kita tidak boleh masa bodoh dalam hal pilihan makanan yang berisi banyak sayuran, buah-buahan, dan daging tanpa lemak.
Jangan sampai kekurangan cairan. Banyak manfaat kesehatan yang bisa kita dapatkan dengan meminum banyak air putih. Air putih penting untuk membantu menurunkan berat badan, mencegah terbentuknya batu ginjal, dan sebagainya.
Jangan malas untuk melakukan aktivitas fisik yang kita sukai. Menyukai berarti pula menikmati, dan tanpa terasa kita melakukan beberapa hal baik sekaligus: berolahraga, bersenang-senang, dan sekaligus ngabuburit atau merintang-rintang waktu menuju waktu berbuka puasa. Dan diujungnya stamina kita tetap terjaga baik .
Tidurlah dalam jumlah yang cukup. Untuk orang dewasa 7 hingga 9 jam dalam semalam. Tidur kurang dari 6 jam dianggap tidak sehat, dan bisa menyebabkan bertambahnya berat badan, tekanan darah tinggi, dan sakit.
*
Sangat bersemangat Bu Tini mengutip hampir kata per kata dari Doker yang didatangkan khusus untuk memberi penyuluhan kepada para kader kesehatan dan isteri para ketua RT mauun ketua RT-nya sendiri bila perempuan, untuk disebar-luaskan kepada masyarakat sekeliling.
"Itu saja hasil dari penyuluhan yang saya ikuti tiga hari sebelum Ramadan. Mudah-mudahan bermanfaat. Pada beberapa kesempatan lain saya akan menyampaika hal yang sama. . . .!" ucap Bu Tini.
Tidak sadar ia satu per satu ibu yang tadi di pos sudah minta izin untuk menerukan urusan masing-masing. Tinggal Mak Fatmah yang berdiri termangu-mangu. Namun akhirnya ia tersenyum juga.
"Oh, ternyata apa yang Mak lakukan selama ini sudah benar ya. Pinter memilih makanan, minuman, aktif bergerak, tidur yang cukup. Wah, Mak bisa dijadikan contoh dong. . . .!" ucap Mak Fatmah sambil memperlihatkan tubuhnya yang atletis dan tampak sangat sehat itu. "Tapi ngomong-ngomong, kalau soal ceramah, Bu Tini tetap jagonya. Aku ngalah deh. . . .!"
Bu Tini tersenyum saja. Semalaman ia menghafal untuk bisa tampil maksimal di depan para ibu. Hasilnya tidak mengecewakan. Meski ada juga yang dengan alasan masing-masing meninggalkan pos ronda.***21/5/2018