Aktivitas Saya Setelah Sahur Hingga Syuruk
Aktivitas Saya Setelah Sahur Hingga Syuruk
oleh: Sultani
Alhamdulillhil ladz ahyn ba'da m amtan wa ilaihinnusyr meluncur dari mulut saya setelah posisi badan duduk tegak di pinggir kasur. Sejenak saya istirahatkan tubuh, pikiran, dan jiwa yang belum benar-benar menyatu setelah terjaga untuk sahur. Alarm dari gawai yang membangunkan saya tadi segera saya matikan karena bunyinya sudah mengganggu. Sepintas kulihat jam dinding masih menunjukkan jam 3.30 pagi. Waktu imsak masih lama.
Saya beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk bersih-bersih terlebih dahulu sebelum ke meja makan, tempat istri menyajikan sajian makanan untuk sahur hari ini. Wangi bumbu dari sayur yang dioseng tercium sampai di kamar mandi. Buru-buru saya selesaikan aktivitas bersih-bersih dan langsung bergegas ke meja makan untuk menyantap sahur yang sudah tersedia.
Hari ini adalah puasa kedua, dan Alhamdulillah, kami sekeluarga masih diberi kesehatan untuk sahur dan berpuasa. Aktivitas sahur kami berhenti ketika ta'mir masjid mengumumkan bahwa waktu imsak telah tiba dan segera mempersiapkan diri untuk shalat Subuh berjamaan di masjid. Sepuluh menit kemudian muazin mengumandangkan azan dengan suara yang sangat merdu pagi ini.
Saya berjalan menuju masjid dalam pelukan angin yang sejuk dan heningnya waktu menjelang fajar. Alam seakan terdiam mendengarkan derap langkah kaki yang mantap menuju masjid. Suara angin yang menyapu pohon-pohon di dalam kompleks seolah bersorak riang, menyaksikan hamba-hamba Allah satu per satu keluar meninggalkan rumahnya untuk menyambut panggilan Allah. Saya membaur bersama tetangga di jalan utama komplek. Kami berjalan bersama diiringi deru angin dan desiran angin pagi yang begitu sejuk.
Tidak henti-hentinya hati Saya mengucap syukur atas nikmat dan karunia kesehatan yang masih Allah titipkan di dalam tubuh ini sehingga masih bisa merasakan sejuknya angin pagi ini. Pagi itu, dalam nikmatnya sejuk angin bertiup saya merasa begitu bersemangat untuk memulai hari dengan keberkahan yang tiada tara.
Shalat Subuh berjamaah di masjid merupakan aktivitas pertama saya setelah sahur hari ini. Berhubung shalat ini sudah menjadi rutinitas kita sebagai Muslim, kegiatan ini saya lalui seperti biasanya, yaitu setelah salam kami zikir dan doa bersama lalu diakhiri dengan salam-salaman.
Aktivitas yang beda adalah tadarusan bersama setelah Subuh berjamaah. Tadarusan ini sudah menjadi agenda tahunan masjid di kompleks kami setiap bulan Ramadan. Saya sendiri baru mulai aktif dengan kegiatan ini mulai tahun lalu. Sebelumnya, saya biasa tadarus Ramadan di rumah bersama istri dan anak-anak.
Surat al Waqi'ah
Membaca Surah al Waqi'ah selepas Subuh sudah menjadi agenda rutin harian Saya selama ini. Dan itu selalu saya baca di rumah sepulang dari masjid. Tapi Ramadan sekarang Saya ubah agenda membacanya di masjid saja.
Selepas salam-salaman dengan jamaah Subuh, saya tidak langsung beranjak meninggalkan masjid seperti hari biasa. Saya tangguhkan badan ini sejenak untuk duduk bersila di atas karpet masjid untuk sekadar membaca kalimat-kalimat thaiyibah dan puji-pujian kepada Allah SWT. Sekitar 4 orang jamaah duduk bersama saya di dalam masjid. Ada yang tenggelam dalam kekhusyukan zikir, ada yang khidmat membaca zikir sambil memainkan biji-biji tasbih yang ada di ujung jarinya, ada juga yang tadarusan. Kami semua tenggelam dalam kekhusyukan masing-masing.
Sekitar 15 menit berzikir saya pindah posisi setelah mengambil al Quran dari lemari kayu yang ada di sisi kiri Saya. Sekarang posisi duduk berpindah agak ke belakang dari posisi tadi. Dengan cepat lembaran-lembaran al Quran dibuka menuju Surat al Waqi'ah. Dengan hati yang ringan Saya buka surat ke-56 al Qur'an dengan bacaan bismillaahirrahmaanirrahiem lalu diteruskan ke ayat 1 dan seterusnya.
Satu per satu ayat surat ini Saya lewati dengan suara yang agak keras. Artikulasi dari tiap-tiap ayat terdengar dengan jelas meskipun Saya tidak paham betul bahasa Arab. Ada beberapa ayat yang saya mengerti artinya karena masih hafal dari terjemahannya yang pernah dibaca. Saya membacanya dengan penuh khidmat hingga ayat terakhir.
Membaca surat al Waqi'ah sudah menjadi kebiasaan sejak kuliah. Waktu itu saya rutin membacanya setiap habis Subuh dan Ashar. Dulu motivasinya supaya dimudahkan rejekinya dan segera diberi kekayaan. Dari literatur yang Saya baca tentang keutamaan surat al Waqi'ah ini mayoritasnya mengatakan bahwa surat bisa memotivasi semangat kita dalam mencari rejeki sehingga rejekinya jadi mudah dan lancar.
Dari semua pendapat tentang keutamaan surat al Waqi'ah, pendapat ini yang paling awet menempel dalam memori. Dan ketika mulai aktif kembali membacanya, motivasi utamanya adalah mendorong semangat dalam mencari rejeki.
Motivasi ini juga yang membuat Saya memilih untuk berdiam diri di masjid beberapa waktu untuk menyelesaikan bacaan surat yang sangat berpengaruh dalam hidup saya selama ini. Membaca al Quran sebagai aktivitas setelah sahur bukanlah sekadar rutinitas, tetapi sebuah jamuan spiritual yang mengisi hati dengan kedamaian dan kebahagiaan. Hidup terasa lebih bermakna, saat kita bisa "berbicara" dalam bahasa Sang Pemilik firman.
Surat al Waqi'ah menuntun semangat untuk menyibak rahasia yang tersimpan di balik setiap rejeki yang dijanjikan. Dengan kebenaran firman-Nya Saya yakin al Waqi'ah memberi kabar pasti tentang kepastian rejeki Saya hari ini. Al Waqi'ah bukanlah sekadar guratan aksara Arab yang tertulis di dalam Quran, melainkan sebuah jembatan yang mengoneksikan doa Saya langsung kepada Pemilik rejeki.
Saya merasa mendapat garansi atas rejeki Saya hari ini, sehingga tidak perlu gelisah, tidak perlu was-was dalam berusaha. Ikhtiar akan mempercepat proses untuk merasakan kekuatan surat al Waqi'ah. Apa pun ikhtiar yang dikerjakan, hasilnya sudah pasti rejeki yang halal dan berkah. Bagi muslim pecinta Al Quran pasti tahu keutamaan Surah Al Waqi'ah ketika dibacakan pada pagi hari. Bagi sebagian ulama, surah ke ke-56 dalam al Quran ini bisa memudahkan aliran rejeki kita kalau dibaca dengan khusyuk dan khidmat.
Syuruk dan Shalat Dhuha
Aktivitas membaca surat al Waqi'ah dan surat-surat lain saya kerjakan hingga tiba waktu syuruk atau matahari terbit yang menandakan berakhirnya waktu shalat Subuh. Begitu alarm jam masjid berbunyi sebagai penanda masuknya waktu syuruk, saya pun menyelesaikan bacaan, menutup Quran dan meletakkan kembali di tempatnya.
Saat matahari mulai menampakkan sinarnya di ufuk timur, saya pun bersiap untuk menyambut waktu syuruk dengan shalat Dhuha, sebuah ibadah yang tidak hanya menguatkan hubungan spiritual dengan Sang Pencipta, tetapi juga memberikan berbagai manfaat bagi kesehatan fisik dan mental kita. Shalat ini bukan sekadar rutinitas ibadah, tetapi juga sebuah kesempatan untuk menyegarkan tubuh dan memperkaya jiwa.
Shalat Dhuha memberikan manfaat kesehatan yang luar biasa bagi tubuh kita. Selama ini Saya meyakini bahwa aktivitas pagi dengan shalat Dhuha adalah langkah awal yang sempurna untuk memulai hari dengan energi yang segar dan pikiran yang jernih. Dengan melakukan gerakan shalat yang penuh konsentrasi, tubuh akan terjaga dari berbagai gangguan kesehatan, seperti stres dan kelelahan.
Tidak hanya subuh, shalat Dhuha juga memberikan manfaat yang besar bagi kesehatan mental. Pada bulan Ramadan yang penuh berkah ini, rutinitas shalat Dhuha menjadi momen yang sangat penting untuk menenangkan pikiran dan menyegarkan jiwa. Dalam kesibukan dan keramaian sehari-hari, shalat Dhuha adalah kesempatan langka untuk merenungkan makna kehidupan dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Selama ini kita meyakini bahwa shalat Dhuha memiliki keistimewaan tersendiri dalam mendatangkan rejeki yang halal dan berkah. Saat kita meluangkan waktu untuk bersujud di hadapan-Nya di waktu-waktu yang penuh keberkahan, Allah akan membuka pintu-pintu rahmat-Nya dan memberikan rejeki yang melimpah ruah. Setiap langkah yang kita ambil dalam menunaikan shalat Dhuha akan menjadi langkah menuju kesuksesan dan keberkahan yang Allah limpahkan.
Membaca al Qur'an --khususnya Surat al Waqi'ah -- dan menunaikan shalat Dhuha selama Ramadan memberi manfaat kesehatan fisik dan mental yang luar biasa. Dengan shalat Dhuha, Saya bisa mendekatkan diri kepada Allah sekaligus membuka pintu-pintu kebaikan dan keberkahan dalam hidup sepanjang hari.
Depok, 13 Maret 2024