Goa Pamijahan: "Hidden Gem" di Dalam Keindahan Bumi Priangan
Fungsi goa terus mengalami komodifikasi seiring dengan perubahan zaman hingga sekarang. Bagi masyarakat Pamijahan, Goa Pamijahan sudah menjadi aset ekonomi semenjak tempat ini dijadikan sebagai wisata religi yang menarik para peziarah dari berbagai daerah di Jawa Barat dan daerah lain di Pulau Jawa, bahkan seluruh Indonesia.
Goa sekarang sudah menjadi aset sosial ekonomi, dalam arti dengan wasilah gua tersebut para penduduk setempat bisa mendapatkan rezeki dari Allah SWT. Kebanyakan warga menjadi pedagang dengan membuka lapak di sepanjang jalur menuju makam Syekh Abdul Muhyi dan Goa Pamijahan. Aneka ragam makanan, pakaian, perlengkapan rumah tangga, hingga aksesoris bisa dijumpai di sini.
Destinasi Wisata
Tidak ada informasi yang pasti tentang tonggak awal perubahan Goa Pamijahan menjadi destinasi wisata ziarah di Kabupaten Tasikmalaya. Sepanjang yang saya tahu, sejak akhir 1990-an, ketika saya pertama kali mengunjungi tempat ini, warga di sekitar goa sudah beraktivitas sebagai pedagang dengan membuka toko di rumah sendiri atau membuka lapak di pelataran rumahnya masing-masing.
Keberadaan mereka ini menjadi pemandangan utama di sepanjang jalan beton yang lebarnya kurang lebih 1 meter. Mereka mengisi ruang-ruang yang ada di ke dua sisi jalan dari gerbang hingga ke makam. Dari makam ke goa, keberadaan warga yang berdagang ini sudah kosong.
Goa Pamijahan terbuka 24 jam sehingga para peziarah bisa datang kapan saja untuk berziarah. Warga yang menjadi penuntun jalan pun selalu siap sedia selama 24 jam juga. Setiap tahun jumlah pengunjung untuk berziarah terus meningkat.
Fenomena ini ditunjukkan dengan meningkatnya jasa penyediaan lahan parkir oleh warga setempat. Menurut warga, kalau musim ziarah lagi tinggi, tempat parkir yang berada di lahan rumah mereka sampai tidak bisa menampung kendaraan para peziarah. Dari parkir kendaraan ini warga menarik tarif parkir yang bervariasi dari peziarah.
Para peziarah biasanya akan berziarah terlebih dahulu ke makam Syekh Abdul Muhyi yang ada di puncak bukit yang bersebelahan dengan Gunung Mujarod. Setelah menziarahi makam, mereka langsung bergerak ke arah goa dalam rombongannya masing-masing yang sudah disertai dengan penunjuk jalannya.
Jarak dari makam ke goa kurang lebih 3 kilometer, melewati jalan beton dengan kontur jalan menanjak. Semakin dekat ke goa biasanya warga akan menawarkan lampu petromaks untuk menjadi penerangan dalam goa. Kebutuhan pertomaks tergantung anggota rombongan yang dibawa.