Goa Pamijahan: "Hidden Gem" di Dalam Keindahan Bumi Priangan
Goa Pamijahan: Hidden Gem di Dalam Keindahan Bumi Priangan
Oleh: Sultani
Jika Anda hendak mudik ke wilayah Priangan Timur, terutama ke Tasikmalaya dan Ciamis jangan lupa mampir ke Goa Safar Wadi yang terletak di Desa Pamijahan, Kabupaten Tasikmalaya. Goa yang sudah lama dikenal sebagai daerah tujuan ziarah para peziarah ini, sejatinya adalah tempat petilasan waliyullah Syekh Abdul Qadir Djaelani ketika menerima ijazah ilmu agama dari gurunya, yaitu Imam Sanusi.
Goa Safar Wadi atau yang lebih dikenal dengan nama Goa Pamijahan ini terletak di kaki "Gunung Mujarod" yang berarti "tempat penenangan" atau dalam bahasa Sunda di sebut tempat nyirnakeun manah.
Goa ini sendiri pertama kali ditemukan oleh Syekh Abdul Muhyi setelah melaksanakan petunjuk dan perintah dari gurunya dengan menanam padi sebagai ciri adanya goa.
Petunjuknya adalah apabila setangkai biji padi ditanam kemudian hasilnya setangkai pula maka disitulah tempat yang dimaksud. Di Gunung inilah Syekh Abdul Muhyi melakukan beberapa kali percobaan dan berhasil menanam sesuai benih padi yang ditanam. Setelah menemukan goanya Syekh Abdul Muhyi lalu menggunakannya sebagai tempat taqarrub dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Saat ini Goa Safar Wadi sudah berubah menjadi obyek wisata ziarah yang selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan peziarah dari berbagai daerah. Mengapa goa Pamijahan sangat populer di kalangan peziarah hingga sekarang?
Keistimewaan Goa
Ternyata goa ini memiliki beberapa keistimewaan yang membedakannya dengan goa-goa alam yang lainnya. Goa Pamijahan terkenal karena luas dan panjang sehingga para peziarah bisa leluasa menjelajahi ruang-ruang yang ada di bawah tanah ini. Di dalamnya terdapat batuan stalaktit dan stalakmit yang berkilauan menyambut cahaya lampu yang dibawa para pengunjung.
Banyak keunikan juga yang bisa dijumpai ketika menjelajahi ruang-ruang kosong yang gelap di dalam goa ini. Pengalaman yang paling mengesankan adalah merasakan air jernih yang disebut sebagai "air zam-zam Pamijahan" langsung dari sumber mata airnya. Cita rasa airnya segar dan agak manis seperti air mineral.
Selain sumber mata air jernih di dalam gua juga terdapat lubang-lubang di atas goa yang bentuknya menyerupai peci haji. Menurut kepercayaan kuncen goa dan warga setempat, apabila kepala para peziaran cukup atau pas dengan ukuran peci haji tersebut maka orang tersebut akan ditakdirkan berangkat ke tanah suci.
Di balik keunikan cerita tentang goa Pamijahan ini, ternyata sejak awal goa ini sudah terhubung dengan pengaruh Islam melalui peran dua wali besar, yaitu Syekh Abdul Qadir Jaelani dan Syekh Abdul Muhyi.
Karomah Auliya
Kedua Waliyullah ini memandang Goa Safar Wadi sebagai tempat alamiah ciptaan Tuhan dengan sababiah karomah auliya. Dalam sejarah perkembangan Islam di Jawa Barat, kedua Waliyullah ini memanfaatkan Goa Safar Wadi untuk tujuan yang sama dengan caranya masing-masing.
Syekh Abdul Qadir Jaelani lebih banyak memanfaatkan goa ini untuk mengumpulkan para wali, mulai dari kegiatan ibadah, konsolidasi, kaderisasi wali, serta tajrid dan taqarrub kepada Allah. Fungsi-fungsi goa yang dimanfaatkan Syekh Abdul Qadir Jaelani ini masih meninggalkan bukti di sejumlah sudut ruang di dalam goa.
Misalnya ada tempat yang dipercaya menjadi masjid dan menara sebagai peninggalan tempat untuk beribadah para wali di dalam gua. Ada juga jalan yang menghubungkan ke Mekkah, Cirebon, Surabaya, dan Banten sebagai tanda tempat pertemuan para wali.
Di dalam Goa Pamijahan ternyata ada juga perpustakaan yang digunakan sebagai tempat pendidikan, dalam rangka kaderisasi dan penyebarluasan agama Islam ke seluruh penjuru tanah air. Selain perpustakaan ada juga tempat semedi yang dipercaya sebagai bukti bahwa tempat tersebut pernah menjadi tajrid (menyirnakan) dan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah.
Fungsi Goa Pamijahan ini tetap dijaga dengan baik oleh Syekh Abdul Muhyi selaku penerus perjuangan gurunya, Syekh Abdul Qadir Jaelani. Goa tetap menjadi tempat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT sekaligus sebagai tempat mengenang kembali perjuangan para wali-wali (Auliya) dalam menyebarluaskan agama Islam.
Sepeninggal Syekh Abdul Muhyi para muridnya tetap menjadikan Goa Pamijahan ini sebagai tempat untuk beribadah sekaligus konsolidasi demi kejayaan Islam di tanah air. Fungsi goa tetap dilestarikan oleh murid-murid Syekh hingga anak keturunan mereka sekarang ini.
Fungsi Goa Sekarang
Ketika zaman berubah, fungsi Goa Pamijahan pun mengalami penyesuaian sehinga berubah menjadi obyek wisata ziarah. Eksistensi goa sebagai petilasan para auliya dan ulama-ulama besar tetap dilestarikan.
Para pengunjung diperbolehkan untuk masuk ke dalam goa tetapi harus menaati syariat Islam sebagaimana yang diajarkan oleh para waliyullah terdahulu.
Penghormatan terhadap ajaran Islam dan Goa Pamijahan ini lalu membuat warga "mengeramatkan"-nya dalam rangka menjaga karomah dan kesucian ajaran Islam. Para peziarah yang berkunjung ke dalam goa ini ingin mendapatkan berkah dan karomah para wali yang dipercaya bisa menyelamatkan hidup mereka di dunia dan akhirat.
Warga dan para peziarah juga percaya bahwa sumber mata air yang mengalir di dalam gua memiliki karomah dan bisa membawa berkah kepada siapa pun yang menggunakannya, terutama untuk berwudu dan minum. Oleh karena itu semua peziarah selalu menjadikan "air zam-zam Pamijahan" ini sebagai buah tangan dari perjalanan mereka di Pamijahan.
Kebiasaan ini terus dipercaya oleh para peziarah sehingga lama kelamaan keberadaan Goa Pamijahan semakin populer dan semakin ramai dikunjungi oleh wisatawan dan peziarah.
Goa Pamijahan mengalami komodifikasi dari ciptaan Allah atas karomah para auliya, menjadi tempat keberkahan atau menambah kebaikan (ziyadatul khair) atas petilasan para wali, melalui "air zam-zam" yang bisa dibawa pulang oleh para pengunjung.
Fungsi goa terus mengalami komodifikasi seiring dengan perubahan zaman hingga sekarang. Bagi masyarakat Pamijahan, Goa Pamijahan sudah menjadi aset ekonomi semenjak tempat ini dijadikan sebagai wisata religi yang menarik para peziarah dari berbagai daerah di Jawa Barat dan daerah lain di Pulau Jawa, bahkan seluruh Indonesia.
Goa sekarang sudah menjadi aset sosial ekonomi, dalam arti dengan wasilah gua tersebut para penduduk setempat bisa mendapatkan rezeki dari Allah SWT. Kebanyakan warga menjadi pedagang dengan membuka lapak di sepanjang jalur menuju makam Syekh Abdul Muhyi dan Goa Pamijahan. Aneka ragam makanan, pakaian, perlengkapan rumah tangga, hingga aksesoris bisa dijumpai di sini.
Destinasi Wisata
Tidak ada informasi yang pasti tentang tonggak awal perubahan Goa Pamijahan menjadi destinasi wisata ziarah di Kabupaten Tasikmalaya. Sepanjang yang saya tahu, sejak akhir 1990-an, ketika saya pertama kali mengunjungi tempat ini, warga di sekitar goa sudah beraktivitas sebagai pedagang dengan membuka toko di rumah sendiri atau membuka lapak di pelataran rumahnya masing-masing.
Keberadaan mereka ini menjadi pemandangan utama di sepanjang jalan beton yang lebarnya kurang lebih 1 meter. Mereka mengisi ruang-ruang yang ada di ke dua sisi jalan dari gerbang hingga ke makam. Dari makam ke goa, keberadaan warga yang berdagang ini sudah kosong.
Goa Pamijahan terbuka 24 jam sehingga para peziarah bisa datang kapan saja untuk berziarah. Warga yang menjadi penuntun jalan pun selalu siap sedia selama 24 jam juga. Setiap tahun jumlah pengunjung untuk berziarah terus meningkat.
Fenomena ini ditunjukkan dengan meningkatnya jasa penyediaan lahan parkir oleh warga setempat. Menurut warga, kalau musim ziarah lagi tinggi, tempat parkir yang berada di lahan rumah mereka sampai tidak bisa menampung kendaraan para peziarah. Dari parkir kendaraan ini warga menarik tarif parkir yang bervariasi dari peziarah.
Para peziarah biasanya akan berziarah terlebih dahulu ke makam Syekh Abdul Muhyi yang ada di puncak bukit yang bersebelahan dengan Gunung Mujarod. Setelah menziarahi makam, mereka langsung bergerak ke arah goa dalam rombongannya masing-masing yang sudah disertai dengan penunjuk jalannya.
Jarak dari makam ke goa kurang lebih 3 kilometer, melewati jalan beton dengan kontur jalan menanjak. Semakin dekat ke goa biasanya warga akan menawarkan lampu petromaks untuk menjadi penerangan dalam goa. Kebutuhan pertomaks tergantung anggota rombongan yang dibawa.
Para penunjuk jalan ke dalam goa merupakan orang-orang terpilih yang tahu persis sejarah Goa Pamijahan dengan segala cerita karomah yang dipancarkan oleh para auliya. Para pemandu wisata ini akan berhenti pada tempat-tempat penting untuk menjelaskan fungsinya ketika para auliya hendak menyebarkan agama Islam.
Bukti-bukti keberadaan para auliya ini pun dijelaskan secara detail, seperti perpustakaan, menara masjid, pintu gaib, hingga peci haji yang ada di langit-langit goa.
Pezairah juga diminta untuk mencicipi "air zam-zam Pamijahan" dan wudu atau sekadar membasuh muka. Peziarah juga dibolehkan untuk membawa air tersebut ke dalam wadah dengan membayar seikhlasnya.
Penutup
Keagungan dan keindahan Goa Safar Wadi, atau Goa Pamijahan ternyata tidak hanya terletak pada panorama alamnya yang memukau. Lebih dari sekadar obyek wisata alam, goa ini adalah tempat suci yang bisa mengalirkan karomah para auliya. Goa ini memancarkan aura kehadiran pesona mistis dan spiritual yang dirasakan oleh mereka yang datang dengan hati yang tulus.
Dalam konteks sebagai obyek wisata ziarah, Goa Safar Wadi memberikan pengalaman yang mendalam dan menyentuh hati bagi para peziarah. Di sini, mereka dapat merenung, berdoa, dan merasakan kehadiran yang sakral, menguatkan iman dan koneksi spiritual mereka dengan Tuhan.
Wisata Ziarah Goa Pamijahan bukan sekadar destinasi wisata biasa di bumi Priangan. Di tengah gemerlapnya keindahan alam Priangan, Goa Pamijahan muncul sebagai sebuah "hidden gem" yang menyimpan kekayaan spiritual dan sejarah yang luar biasa.
Melalui perjalanan ke goa ini, peziarah tidak hanya disuguhi pemandangan alam yang menakjubkan, tetapi juga menjelajahi sisi spiritual dari keindahan bumi Priangan.
Goa ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga dan merawat warisan budaya dan spiritual yang berharga, sambil memberikan kesempatan bagi para peziarah untuk menemukan kedamaian dan keberkahan di dalam perjalanan spiritual mereka.
Depok, 8 April 2024