Sultani
Sultani Freelancer

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

"War Takjil" demi Kolak Pisang

6 Maret 2025   11:21 Diperbarui: 7 Maret 2025   10:21 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"War Takjil" demi Kolak Pisang
Kesibukan berburu takjil di Bendungan Hilir, Jakarta Selatan pada hari pertama Ramadhan Senin (6/5/2019). (Foto: KOMPAS.com / VITORIO MANTALEAN) 

Tak kalah menarik, War Takjil ini juga jadi ajang persaingan sehat antar-teman. Setelah perburuan selesai, pasti ada sesi pamer hasil tangkapan. 

"Gue dapet es pisang ijo harga miring, beli dua bonus satu!" atau "Kolak pisang gue lebih banyak isinya daripada punya lo!" Pembandingannya pun sampai ke level ekstrem, dari ukuran porsi, jumlah isian, sampai tingkat kemanisan kuah kolak. 

Kadang ada juga yang sok-sokan food critic dadakan, "Hmm, tahun lalu sih lebih enak, sekarang kayaknya gulanya agak kurang." Pokoknya, sensasi belanja takjil ini lebih dari sekadar makan---ini tentang seni berburu dengan penuh kebanggaan!

Yang membuat War Takjil semakin berwarna adalah keberagaman kuliner yang ditawarkan. Setiap daerah punya takjil khasnya sendiri. Kalau di Jawa ada kolak pisang dan klepon, di Sumatra ada bubur kampiun yang legit, sementara di Makassar es pisang ijo jadi raja. Dan meskipun banyak pilihan, tetap saja si kolak pisang ini top tier---tak tergantikan dan selalu jadi favorit lintas generasi. 

Ada sesuatu yang magis dari kombinasi pisang matang, kuah santan kental, dan aroma gula merah yang bikin nostalgia berbuka puasa di rumah nenek muncul seketika.

Kolak Pisang si Primadonaku

Di antara sekian banyak pilihan takjil yang berjejer rapi di bazar Ramadan, hanya kolak yang selalu mencuri perhatianku dalam War Takjil selama bertahun-tahun. 

Tak peduli seberapa banyak varian takjil kekinian yang bermunculan---dari boba hingga dessert fancy ala cafe, kolak pisang tetap mempertahankan tahtanya sebagai primadonaku dalam berbuka puasa. Ia bukan sekadar makanan, melainkan simbol Ramadan yang membawa rasa nostalgia, kehangatan, dan tradisi yang mengakar kuat di dalam keluarga. 

Setiap Ramadan, kolak pisang kembali hadir dengan aroma khas santan dan gula merah yang menggoda, menantangku untuk berlomba mendapatkannya sebelum dihabiskan orang lain.

Lantas, apa yang membuat kolak pisang begitu spesial? Pertama, dari segi rasa, ia memiliki kombinasi sempurna antara manisnya gula merah, gurihnya santan, dan lembutnya pisang matang yang meleleh di mulut. 

Tidak hanya lezat, kolak pisang juga mengenyangkan, sehingga cocok untuk mengisi energi setelah seharian berpuasa. Cukup satu mangkuk kecil saja, sudah bisa menenangkan perut sebelum menyantap hidangan utama. Sensasi kehangatan dari kuahnya pun memberikan kenyamanan tersendiri, terutama ketika disantap di rumah bersama keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Content Competition Selengkapnya

09 Mar 2025
SEDANG BERLANGSUNG

MYSTERY CHALLENGE

Mystery Challenge 1
blog competition  ramadan bercerita 2025  ramadan bercerita 2025 hari 7 
10 Mar 2025
Mindful Eating saat Sahur & Berbuka
blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 8
11 Mar 2025
Tetap Olahraga di Bulan Puasa
blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 9
Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Cara Seru Nunggu Bedug di Ketemu Ramadan

Ketemu di Ramadan hadir kembali. Selain sebagai ajang buka puasa bersama Kompasianer, ada hal seru yang berbeda dari tahun sebelumnya. Penasaran? Tunggu informasi selengkapnya!

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun