Abd. Hayyi
Abd. Hayyi Guru

Guru di pelosok desa

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Mengapa Muslim Diwajibkan Berpuasa?

5 April 2022   12:20 Diperbarui: 6 April 2022   09:06 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengapa Muslim Diwajibkan Berpuasa?
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Puasa di Bulan Ramadhan adalah ibadah wajib yang istimewa. Orang-orang yang mampu berpuasa di Bulan Ramadhan adalah orang-orang yang istimewa. Bahkan nonmuslim yang menghormati orang yang berpuasa di Bulan Ramadhan juga termasuk orang yang istimewa.

Dikisahkan dalam kitab Zubdatul Majaalis pernah ada seorang beragama Majusi melihat putranya di Bulan Ramadhan makan di sebuah pasar. Kemudian ia memukul putranya seraya berkata,  "mengapa, mengapa engkau tidak menghormati orang-orang muslim yang sedang berpuasa di Bulan Ramadhan?"

Tidak berselang lama si Majusi itupun meninggal dunia. Lalu seorang waliyullah melihatnya melalui mimpi bahwa ia sedang berada di atas sebuah ranjang indah di surga. Sang Wali bertanya, "bukankah dahulu engkau beragama Majusi?"

Ia menjawab, "benar, tetapi ketika menjelang mati aku mendengar suara dari arah atas, Hai para malaikatku jangan engkau biarkan ia menjadi Majusi. Muliakanlah ia untuk menjadi seorang muslim karena penghormatannya terhadap Bulan Ramadhan."

Pelajaran yang terkandung dalam kisah tersebut adalah bahwa ketika si Majusi menghormati Ramadhan, ia mendapati iman, apalagi muslim yang berpuasa di Bulan Ramadhan dan menghormatinya.

Di dalam puasa tidak terkandung sikap riya' seperti yang terdapat dalam ibadah lainnya. Puasa adalah ibadah yang ada di dalam hati. Sedangkan ibadah yang lain melibatkan gerakan-gerakan yang dapat dilihat manusia. Sesuatu yang bisa dilihat manusia dapat mengundang sikap riya'. Adapaun riya' hanya tertuju kepada manusia.

Puasa adalah ibadah yang tidak terdeteksi oleh indera orang lain. Dengan begitu hanya Allah dan orang yang berpuasa yang tahu. Jadi, puasa adalah ibadah yang terjalin antara Allah dan orang yang berpuasa. Oleh karenanya Allah berfirman:

الصَّوْمُ لِي، وَانَا اَجْزِيْ بِهِ

Artinya: "Puasa adalah untuk-Ku, dan Akulah yang akan mengganjarnya."

Puasa dari asal kata " صوم " secara bahasa bermakna menahan diri (terhadap kecenderungan mengikuti hawa nafsu). Secara syariat ia bermakna menahan diri dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa sepanjang pagi sampai malam hari atau mulai azan shubuh sampai azan maghrib.

Lalu, mengapa umat Islam diwajibkan berpuasa?

Sebabnya adalah karena puasa dapat menghancurkan syahwat (hawa nafsu) yang menjadi motivator kemaksiatan. Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian sudah memiliki kemapuan (untuk menikah), maka menikahlah. Menikah itu dapat merendahkan pandangan mata dan kemaluan pun lebih terjaga. Jika belum mampu (menikah), hendaklah berpuasa, karena puasa dapat mengurangi syahwat".

Ada juga ulama yang berpendapat, bahwa tujuan puasa adalah untuk menekan musuh Allah. Setan menggunakan nafsu syahwat sarana menjerumuskan manusia. Sedangkan syahwat akan menguat dengan makan dan minum.

Dalam sebuah riwayat dikisahkan dalam kitab Misykah, Allah menciptakan akal. Kemudian Allah berfirman, "menghadaplah engkau!"

Akal pun menghadap.

Lalu Allah berfirman, "berbaliklah engkau!"

Akal berbalik.

Kemudian Allah bertanya, "siapakah engkau, dan siapakah Aku?"

Akal menjawab, "Engkau adalah tuhanku, dan diriku adalah hamba-Mu yang lemah."

Allah berfirman, "hai akal, Aku tidak menciptakan suatu ciptaan yang lebih mulia dibandingkan kamu."

Kemudiaan Allah menciptakan hawa nafsu, dan Allah berfirman kepada hawa nafsu "Menghadaplah engkau!"

Tetapi hawa nafsu tidak menyambut.

Kemudian Allah Ta'ala berfirman "siapakah dirimu dan siapakah Aku?"

Hawa nafsu menjawab, "saya adalah saya dan Engkau adalah Engkau."

lalu Allah menyiksanya dengan api neraka jahanam selama 100 tahun. Kemudian Allah mengeluarkannya dan berfirman, "siapakah dirimu dan siapakah Aku?'

Hawa nafsu menjawab seperti jawaban pertama. Kemudian Allah menempatkan di dalam api kelaparan selama 100 tahun. Lalu Allah bertanya kepadanya. Barulah hawa nafsu mengakui bahwa dirinya adalah "hamba"dan bahwa Allah adalah "Tuhan". Karena alasan inilah, Allah mewajibkan manusia berpuasa.

Ada ulama lain yang berpendapat bahwa hikmah diperintahkannya berpuasa selama 30 hari adalah karena bapak kita Nabi Adam  a.a ketika beliau di surga memakan buah kholdi. Setelah dimakan buah itu masih tersisa terus di dalam perut beliau selama 30 hari. Ketika ia bertaubat kepada Allah, maka Allah mewajibkan Adam a.s untuk berpuasa 30 hari 30 malam, sebab kelezatan duniawi itu terdiri pada empat hal, yaitu: makan, minum, bersetubuh, dan tidur. Inilah yang menjadi tirai penghalang seorang hamba terhadap Allah Ta'ala.  Kemudian allah mewajibkan kepada Muhammad dan umatnya agar puasa pada siang hari dan memperbolehkan makan pada malam hari sebagai karunia Allah dan kemurahannya terhadap kita umat Muhammad.

Ulama berpendapat ada tiga klaster puasa, yaitu: kelas awam, kelas istimewa, dan kelas super istimewa. Puasa kelas awam adalah puasa dengan cara menahan perut dan kemaluan agar tidak mengikuti hawa nafsu.

Puasa kelas istimewa adalah puasa orang-orang shalih, yaitu dengan mengendalikan anggota tubuh terhadap hal-hal yang mendatangkan dosa. Untuk meraih puasa kelas ini, setidaknya ada 5 hal yang harus dijaga, yaitu:

Pertama, menjaga pandangan mata terhadap hal-hal yang tercela menurut syariat.

Kedua, menjaga lidah untuk tidak menggosip orang lain, berdusta, mengadu domba, dan bersumpah palsu.

Ketiga, menjaga telinga agar tidak mendengar suara-suara yang bersifat makruh.

Keempat, menjaga seluruh anggota tubuh terhadap segala hal yang bersifat makruh. Termasuk juga menjaga perut agar tidak kemasukan barang-barang yang tidak jelas halal haramnya pada saat berbuka. Tiada artinya apabila menjaga diri terhadap makanan yang bersifat halal tetapi justru berbuka dengan makanan yang haram. Orang seperti itu ibarat seorang yang membangun sebuah istana tapi meruntuhkan sebuah kota.

Kelima, tidak memperbanyak makanan makanan halal pada saat berbuka sehingga membuat penuh isi perutnya.

Puasa kelas super istimewa yaitu puasanya hati terhadap hal-hal yang bersifat tercela maupun hal-hal yang bersifat duniawi. Menjaganya untuk tidak memikirkan kecuali hanya kepada Allah saja. Orang yang berpuasa seperti ini, apabila ia memikirkan sesuatu selain Allah, maka puasanya batal. Ini adalah puasa untuk kelas para nabi. Titik yang menjadi target untuk puasa jenjang ini adalah berserah diri  kepada Allah secara total dan berpaling dari yang selain Dia.

Mari kita selalu berupaya meraih tingkatan yang paling tinggi setidaknya tingkatan puasa orang-orang shalih. Janganlah kita termasuk orang-orang yang berpuasa tetapi tidak memperoleh keuntungan atau pahala dari puasanya. Wallahu A'lam bi as-Shawab.[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun