Supli EffendiRahim
Supli EffendiRahim Penulis

Orang biasa yang ingin jadi orang baik di mata Allah

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Mari Evaluasi Iman Kita Sebelum dan Sesudah Puasa

19 April 2021   20:37 Diperbarui: 19 April 2021   20:48 1776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Semua kita tahu dan memahami bahwa tujuan berpuasa itu ada banyak. Yang utama adalah menjadi taqwa, menjadi bersyukur, menjadi berilmu dan menjadi kabul doa-doanya. 

Untuk mencapai semua tujuan itu yang menarik perlu persyaratan yakni iman. Puasa itu hanya untuk orang yang beriman. Yang tidak beriman tidak diminta berpuasa. 

Hanya yang menarik adalah apakah kita termasuk orang yang beriman? Jika iya, sudah sempurnakan iman kita? Tulisan ini mencoba mengevaluasi iman kita dalam upaya untuk mencari jawaban mengapa ketaqwaan kita luntur setelah idul fitri?

Berimankah kita?

Beriman atau tidaknya seseorang hanya diketahui oleh Allah dan orang yang bersangkutan. Iman saya dan pembaca hanya Allah yang tahu. Tetapi kita boleh menghisab diri sebelum Allah menghisab diri kita.

Ciri-ciri orang yang beriman antara lain shalatnya khusuk, terjaga dari perbuatan yang sia-sia, terjaga dari perkataan yang sia-sia, terjaga dari dusta, terjaga dari makanan dan minuman haram, terjaga  dari riba, terjaga kemaluan, terjaga shalat lima waktu, terjaga janji, terjaga lisan, terjaga amanah, terjaga komitmen, terjaga dari berbuat zalim,  terjaga dari durhaka kepada orangtua dll.

Sementara itu kita juga termasuk orang yang imannya lemah atau rusak, misal terlibat dalam sogok menyogok, makan riba, shalat sering lalai berkata dusta, lisan sering menyakiti, lisan tak terjaga, durhaka kepada orangtua, zalim pada orang lain, tak terjaga kemaluan dll.

Mari kita hisab diri kita sendiri

Sebelum memasuki ramadhan kita mesti menyadari kondisi keimanan dan ketaqwaan kita masing-masing sebagai input yang akan masuk dalam sistem input-proses-output ramadhan tahun ini. Apakah ciri-ciri orang yang beriman itu ada atau tiada pada diri kita? Apakah kita termasuk orang lemah iman? Atau bahkan tidak ada iman? 

Jika iman kita baik sesuai dengan ciri-ciri di atas maka jika diproses dengan baik maka outputnya adalah manusia taqwa. Tetapi jika prosesnya tidak baik maka hasilnya juga tidak baik.

Apa hasilnya jika input buruk? Inputnya imannya cacat? Inputnya ketaqwaannya rendah? Semua ini jika diproses hasilnya tidak akan baik. Kondisi dwmikian akan menyebabkan hasilnya tidak baik, berupa manusia yang cacat iman, cacat amal.

Taubatkah nasuha kita? Atau taubat sambal?

Kita semua - penulis dan pembaca yang bekerja di struktural pemerintahan, di struktural perguruan tinggi dan atau sebagai peneliti adalah termasuk orang yang cacat iman dan amalnya. Mengapa? Karena kita ada dalam sistem yang menganggap bohong itu adalah sebagai hal yang "biasa".  Para peneliti banyak membuat stempel sendiri untuk justifikasi keluarnya anggaran penelitian yang besarnya ratusan juta, sementara honor peneliti tidak ada. 

Para pejabat struktural melakukan di pemerintahan dan di perguruan tinggi menganggap penyulapan data staf, data keuangan, data pencapaian itu biasa dan tak berdosa.

Maka ini semua adalah bagian dari input bagi kita dalam sistem puasa: input-proses-output. Tidak mengherankan juga sesudah puasa tingkat ketaqwaannya "hancur" lagi. 

Pada waktu ramadhan kesolehannya cukup baik, tetapi habis ramadhan akan kembali menjadi kondisi awal. Tidak mengherankan jika lagi hit Fina Panduwinata menjadi digemari karena memang begitulah kita.  AKU MASIH SEPERTI YANG DULU.

Mungkin kita benar-benar taubat dan diterima oleh Allah?

Mungkin saja. Asalkan kita segera berubah, segera hijrah dari sistem yang penuh kedustaan, penuh kemunafikan. Dalam akreditasi perguruan tinggi jangan lagi dipaksakan. Karena prosesnya mesti bohong. Dalam pengelolaan keuangan di pemerintahan jangan dipaksakan supaya WTO karena akan rentan mempraktekkan kebohongan.

Pada hal bohong=munafik.

Munafik akan Allah hukum dengan dasar neraka jahannam.

Semoga Allah ampuni kita semua dan menerima taubat kita semua.

Jayalah kita semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun