Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Penulis

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Tiada TV di Rumah, Remaja Kompleks Buat Ulah

7 April 2023   10:34 Diperbarui: 7 April 2023   10:50 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tiada TV di Rumah, Remaja Kompleks Buat Ulah
Masjid Al Muhajirin Perumahan Penajam Indah Lestari, PPU, Kaltim (dokpri) 

Tiada TV di Rumah, Remaja Kompleks Buat Ulah

Sudah beberapa tahun di rumah kami tidak ada pesawat televisi. Sejak gawai menyita aktivitas menonton, pesawat televisi dipensiunkan. Mengapa? Ketika kami berada di depan televisi, tangan kami sibuk dengan gawai. Terus televisi siapa yang nonton? Akhirnya istri tercinta memutuskan untuk tidak mau "memelihara" televisi di rumah. Waktu itu kami menggunakan televisi kabel. Setiap bulan membayar langganan empat puluh ribu rupiah. Sayang sekali, bukan? Uang dikeluarkan tetapi hiburan televisi tidak dinikmati.

Pada beberapa tahun sebelumnya kami juga menghentikan langganan koran. Pada awalnya memang ada sesuatu yang kurang. Waktu itu kami sudah terbiasa baca koran setiap pagi. Berhubung istri sudah jarang mau baca dan saya juga mengurangi intensitas baca koran, akhirnya diputuskan untuk berhenti berlangganan surat kabar lokal Kalimantan Timur itu.

Tanpa Koran, Tanpa Televisi

Beberapa tahun terakhir kami sudah tidak membaca koran dan menyaksikan tayangan televisi. Pada saat Ramadan seperti saat ini ada kerinduan menyaksikan sinetron religi atau hiburan musik bernuansa Islami. Lebih-lebih pada saat makan sahur. Suasana sepi tanpa ada suara-suara yang membangkitkan semangat untuk menikmati hidangan makan sahur.

Meskipun tanpa televisi, kami sudah terbiasa mencari informasi dan hiburan melalui gawai masing-masing. Pada hari kedua Ramadan, saat kami sedang bersiap untuk makan sahur, terdengar suara musik yang berjalan. Saya pun segera membuka pintu kamar depan dan melihat di luar.

Rupanya para remaja Perumahan Penajam Indah Lestari, tempat kami tinggal, berkeliling membawa benda-benda bekas yang dipukul. Ada yang membawa jeriken plastik, kaleng roti, botol, dan tentu saja pengeras suara yang memutar musik pembangkit.

Sambil membunyikan alat-alat sederhana itu, mereka berteriak untuk membangunkan warga. Wajah-wajah ceria terpancar denagn penuh rasa gembira.

https://youtube.com/shorts/AZseI3RB3rk?feature=share

Saya merasa terhibur dan bangga dengan para remaja yang saya videokan itu. Sebagian agak malu dengan berjalan agak cepat. Namun, ada sebagian yang berjoget dengan riangnya.

Hari Ketiga

Pada hari ketiga Ramadan, saya merasa terhibur dengan kemunculan para remaja yang lebih banyak. Pengeras suara mereka naikkan gerobak Arco. Gaya para remaja kian atraktif. Ada sebagian wajah baru.


Teriakan mereka membuat rasa kantuk menyingkir. Saya merasa lebih bangga dengan semangat mereka karena ada teriakan, "Allahu Akbar!" di sela-sela kalimat membangunkan warga untuk makan sahur.

Satu hal yang berbeda, mereka tidak membawa alat-alat yang dibunyikan seperti hari sebelumnya. Tidak ada saya lihat kaleng roti, jeriken, atau botol yang dipukul berirama. Meskipun demikian, semangat mereka bisa diacungi jempol.

Tidak Setiap Hari

Pada saat turun hujan atau gerimis tipis mereka tidak berkeliling. Kesehatan perlu dijaga. Pada tanggal 29 Maret 2023 saya membuat video diawali dengan penampilan kolam ikan hias, kemudian kucing yang berada di teras rumah. Para remaja yang lewat di samping kemudian memutar ke depan rumah kami tampak masih bersemangat. Pendorong gerobak Arco pagi itu berbeda dengan pendorong gerobak hari sebelumnya. Sambil mendorong gerobak berisi pengeras suara itu, sang remaja ikut bergoyang mengikuti irama.


Penampilan mereka pun kembali menggunakan alat yang dipukul-pukul. Ada hal yang menarik, pada saat mereka lewat, ada suara dari masjid Al Muhajirin tidak jauh dari rumah kami. Suara ustaz Muhammad Wahyudi terdengar begitu nyaring. Kalimat untuk membangunkan warga untuk makan sahur berirama menarik.


Joget para remaja cukup memukau. Mereka cukup percaya diri saat saya rekam. Saya benar-benar merasa terhibur dan selanjutnya dapat menikmati makan sahur dengan lebih bersemangat.


Semoga para remaja yang ikut meramaikan suasana Ramadan, kelak akan lebih mencintai agama dan bangsa Indonesia. Dengan semangat membangunkan warga untuk makan sahur, semoga kelak mereka akan bersemangat membangun bangsa dan negara Republik Indonesia.

Penajam Paser Utara, 7 April 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun