Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Penulis

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Agar Finansial Sehat Selama Ramadan

19 Maret 2024   15:24 Diperbarui: 19 Maret 2024   15:44 1975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Agar Finansial Sehat Selama Ramadan

Ramadan datang satu tahun sekali. Keluarga atau rumah tangga muslim sudah mengetahui hal itu. Untuk urusan keuangan, jauh-jauh hari sudah dipikirkan. Pada setiap Ramadan, pengeluaran untuk konsumsi pada umumnya akan meningkat.

Jika pada bulan biasa rata-rata pengeluaran konsumsi dua juta rupiah, misalnya; pada bulan Ramadan pengeluaran akan meningkat menjadi tiga atau empat juta rupiah (predikasi).

Ramadan lewat, akan disusul dengan Syawal atau Idulfitri. Pengeluaran untuk merayakan Idulfitri juga biasanya akan menambah jumlah pengeluaran bulanan.

Keluarga Muda Wajib Berhitung

Untuk keluarga yang sudah lama (lebih lima tahun berkeluarga), perhitungan finansial tentu sudah dirancang sejak satu tahun sebelumnya. Namun, untuk keluarga baru (kurang dari tiga tahun berumah tangga), tentu perlu perencanaan yang matang.

Penghasilan rata-rata setiap bulan perlu dideteksi. Kemudian pengeluaran rutin rata-rata dalam satu bulan biasa (selain Ramadan) juga perlu dihitung. Nah, bagaimana dengan bulan Ramadan? Tentu ada perhitungan tersendiri.

Dalam contoh di atas disebutkan bahwa pengeluaran per bulan dua juta rupiah. Kemudian, pada bulan Ramadan bisa 3-4 juta rupiah.

Dengan perhitungan cermat, setiap keluarga (seharusnya) sudah mempunyai cadangan dana yang memang (hanya) akan dikeluarkan atau dialokasikan untuk keperluan Ramadan.

Keluarga muda yang cermat tentu harus mulai teliti dalam penggunaan uang yang diterima setiap bulan. Jika untuk keperluan konsumsi dua juta rupiah, bisa disisihkan seratus ribu rupiah setiap bulan.  Untuk apa? Jika dalam satu tahun, uang yang disisihkan sudah mencapai satu juta rupiah lebih. Nah, uang itulah yang digunakan untuk menambah pengeluaran konsumsi pada bulan Ramadan.

Pada awalnya mungkin akan terasa berat. Namun, seiring dengan perjalanan waktu, upaya menyisihkan uang seratus ribu rupiah itu akan terasa ringan. Cobalah!

Perencanaan Hanya Omong Kosong Tanpa Bukti

Banyak saran dan nasihat bahwa perencanaan keuangan harus disusun rapi, tertib, dan terinci. Itu benar dan baik. Namun, perencanaan tanpa ada bukti dalam pelaksanaannya adalah omong kosong.

Setiap perencanaan, meskipun hanya global, harus dipatuhi dalam pelaksanaannya. Patuh dan taat menjalankan rencana itu yang utama.

Penghasilan atau pendapatan sebesar apa pun akan cepat habis jika dalam praktik penggunaaan tidak tertib. Kontrol dalam setiap pengeluaran perlu dilakukan.

Setiap rumah tangga sudah sewajarnya membuat perencanaan secara global. Pada intinya, berapa uang yang diterima (rata-rata) setiap bulan perlu dicatat. Kemudian, berapa rata-rata pengeluaran setiap bulan perlu pula didokumentasikan.

Satu hal yang tidak boleh dilewatkan adalah pengeluaran wajib untuk membersihkan harta, yaitu membayar zakat dan sedekah.

Langkah bijak setelah menerima uang gaji, upah, insentif, atau apa pun namanya, langsung segera dikeluarkan zakatnya.

Ibarat seorang petani, pada saat panen, ada kewajiban zakat yang harus dibayarkan saat panen dalam jumlah tertentu.   

Untuk pegawai atau karyawan, panen-nya, ya saat menerima gaji atau upah. Menurut saya, tidak perlu menunggu satu tahun untuk membayarkan zakatnya. Setiap menerima uang segera dipotong zakatnya. Hal ini perlu dilakukan agar jumlah yang dikeluarkan tidak terlalu besar.

Coba bayangkan jika gaji ditotal dalam satu tahun kemudian baru dipotong zakatnya, akan terhimpun dana yang cukup besar dan kita mungkin akan merasa sayang untuk mengeluarkan zakatnya.

Kembali pada perencanaan keuangan. Setelah uang yang diterima setiap bulan dipotong zakat, barulah dibagi-bagi atau dialokasikan untuk keperluan rutin setiap bulan.

Pertama, untuk konsumsi atau kebutuhan dapur. Alokasi untuk konsumsi perlu dihitung dengan cermat agar tidak mubazir. Untuk beras, lauk-pauk, sayur-mayur, belanja gas untuk kompor, dan sebagainya perlu dicatat.

Kedua, keperluan rutin bulanan (listrik, air, telepon, cicilan utang, jika ada). Biasanya fluktuatif untuk pembayaran yang kedua ini. Namun, kita dapat mengambil rata-ratanya.

Ketiga, keperluan untuk masa depan, yaitu menabung. Sekecil apa pun, kita harus menyisihkan penghasilan untuk ditabung. Tentu kita menyadari bahwa terkadang ada keperluan mendesak dan penting yang tidak bisa diambilkan dari pos pertama (konsumsi) dan pos kedua (keperluan rutin).

Dengan adanya uang tabungan, kita dapat menggunakan untuk keperluan mendesak dan penting tersebut. Uang tabungan harus benar-benar dijaga. Uang tabungan hanya diambil untuk keperluan mendesak dan penting.

Jangan Mudah Tergoda Promosi Banting Harga

Terkadang kita menerima informasi iklan terkait barang-barang yang dijual dengan harga murah atau diskon besar-besaran. Jika kita memang memerlukan barang tersebut termasuk keperluan mendesak  dan penting, tidak ada salahnya kita membeli barang itu.

Namun, jika barang yang ditawarkan bukan termasuk barang yang mendesak dan penting, kita perlu mengabaikan. Tidak perlu khawatir tidak mendapatkan barang dengan harga murah tersebut. Buat apa dibeli kalau tidak bermanfaat?

Jika kita mudah tergoda dengan promosi banting harga, kondisi keuangan kita bisa jebol sebab hampir setiap bulan selalu ada promosi barang yang konon katanya murah.

Kita memang dituntut untuk bijak dalam menyikapi setiap promosi yang selalu (akan) berseliweran lewat media televisi, media sosial, dan iklan di pinggir-pinggir jalan.

Pendapatan atau penghasilan kita sudah ditentukan. Jarang bahkan langka ada pemasukan tambahan yang jor-joran. Kalau pun ada penghasilan tambahan, tentu ada proses untuk pemanfaatan pemasukan tambahan itu. Ada perncanaan matang dan ikuti alur seperti di atas: dipotong untuk bayar zakat, kemudian sebagian disimpan atau ditabung, dan selebihnya baru dialokasikan untuk keperluan yang penting.

Dengan disiplin mengalokasikan uang yang masuk, insya Allah bukan hanya pada bulan Ramadan finansial kita akan sehat, dalam satu tahun atau sepanjang waktu, finansial kita akan selalu sehat.

Penajam Paser Utara, 19 Maret 2024   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun