Syahrial
Syahrial Guru

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Menyinergikan Tridharma Kehidupan: Keseimbangan antara Kerja, Kehidupan, dan Ibadah

23 Maret 2024   00:01 Diperbarui: 23 Maret 2024   00:01 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyinergikan Tridharma Kehidupan: Keseimbangan antara Kerja, Kehidupan, dan Ibadah
Dokumen Kibik Leadership 

"Keseimbangan antara kerja, kehidupan, dan ibadah adalah kunci menuju kebahagiaan yang hakiki di dunia dan akhirat."

Di era yang serba kompetitif saat ini, tuntutan pekerjaan dan gaya hidup modern seringkali menjerumuskan kita ke dalam pusaran aktivitas yang tak ada habisnya. Banyak dari kita terjebak dalam lingkaran tak berujung, berusaha memenuhi target pekerjaan, mengejar ambisi pribadi, serta mencoba menikmati waktu luang di sela-sela kesibukan. 

Namun, di tengah semua hiruk-pikuk itu, seringkali terlupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan seorang Muslim, yaitu ibadah kepada Allah. Mencapai keseimbangan antara kerja, kehidupan pribadi, dan ibadah adalah sebuah keharusan yang tak bisa ditawar-tawar lagi sebagaimana difirmankan Allah dalam QS Al-Qashash ayat 77: 

"Dan carilah (kebahagiaan) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia."

Dalam Islam, kita diajarkan untuk selalu proporsional dalam segala hal. Al-Qur'an dan Sunnah Nabi memberikan panduan yang jelas tentang pentingnya menjaga keseimbangan dalam setiap aspek kehidupan. Rasulullah bersabda, 

"Sesungguhnya tubuhmu mempunyai hak atas dirimu, matamu mempunyai hak atas dirimu, istrimu mempunyai hak atas dirimu, dan tamumu mempunyai hak atas dirimu." (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadits ini mengingatkan kita untuk memenuhi hak dan kewajiban secara seimbang, baik terhadap diri sendiri, keluarga, maupun lingkungan sosial.

Kerja merupakan sebuah kewajiban bagi setiap Muslim yang mampu. Sebagai khalifah di muka bumi, kita diperintahkan untuk bekerja keras dan memanfaatkan sumber daya yang ada dengan sebaik-baiknya. Rasulullah bersabda, 

"Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang apabila bekerja, dia mengerjakan dengan sungguh-sungguh." (HR. Al-Baihaqi). 

Namun, di sisi lain, Islam juga mengajarkan bahwa bekerja bukan segalanya. Kita perlu menyeimbangkannya dengan kehidupan pribadi dan ibadah kepada Allah sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Munafiqun ayat 9: 

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi."

Kehidupan pribadi adalah aspek yang tak kalah pentingnya. Sebagai makhluk sosial, kita membutuhkan interaksi dengan keluarga, teman, dan lingkungan sekitar. Menyisihkan waktu untuk berkumpul bersama orang-orang tercinta, bersenang-senang dengan cara yang halal dan bermanfaat, serta merawat kesehatan fisik dan mental adalah hal yang sangat dianjurkan dalam Islam. 

Rasulullah sendiri memberikan teladan dengan menghabiskan waktu bersama istri dan keluarga beliau, serta menikmati kegiatan-kegiatan positif seperti berolahraga dan berkuda. Beliau bersabda, 

"Sesungguhnya ruhmu mempunyai hak atas dirimu, maka berilah haknya." (HR. Bukhari).

Namun, di atas segalanya, ibadah kepada Allah adalah prioritas utama bagi seorang Muslim. Tanpa ibadah, seluruh usaha dan pencapaian kita di dunia ini akan menjadi sia-sia. Ibadah tidak hanya terbatas pada shalat, puasa, dan ritual-ritual lainnya, tetapi juga mencakup segala perbuatan baik yang dilakukan dengan niat yang tulus karena Allah. Rasulullah bersabda, 

"Sesungguhnya keberuntungan adalah terdiri dari lima perkara; waktu yang lapang, tempat tinggal yang baik, tetangga yang shalih, kendaraan yang nyaman, dan bekal yang cukup." (HR. Ibnu Majah).

Dengan demikian, ibadah juga berarti menggunakan waktu, tempat, dan segala fasilitas yang kita miliki dengan sebaik-baiknya untuk mencari ridha Allah. Allah berfirman dalam QS Adz-Dzariyat ayat 56: 

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku."

Mencapai keseimbangan antara kerja, kehidupan pribadi, dan ibadah bukanlah hal yang mudah. Terkadang kita terjebak dalam situasi di mana salah satu aspek tersebut mendominasi yang lainnya. Namun, dengan pengelolaan waktu yang baik, penetapan prioritas yang jelas, dan komitmen yang kuat, hal tersebut dapat diwujudkan.

Pertama, kita perlu membuat jadwal yang terstruktur dan realistis. Alokasikan waktu yang cukup untuk bekerja, bersosialisasi, beristirahat, serta menunaikan kewajiban ibadah seperti shalat dan membaca Al-Qur'an. Jadwal yang baik akan membantu kita menghindari kekacauan dan stres yang tidak perlu sesuai dengan sabda Rasulullah, 

"Sesungguhnya Allah mencintai apabila seseorang melakukan suatu pekerjaan, dia mengerjakannya dengan itqan (sempurna)." (HR. Baihaqi)

Kedua, tetapkan prioritas dengan bijaksana. Setiap individu memiliki kebutuhan dan tanggung jawab yang berbeda. Sebagai seorang Muslim, ibadah kepada Allah harus menjadi prioritas utama sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Bayyinah ayat 5: 

"Padahal mereka hanya diperintah untuk menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus."

Kemudian, sesuaikan pekerjaan dan kehidupan pribadi sesuai dengan kebutuhan dan tanggung jawab masing-masing.

Ketiga, jangan lupa untuk selalu memohon pertolongan kepada Allah. Dalam QS Al-Baqarah ayat 153, Allah  berfirman: 

"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu."

Dengan bersandar kepada Allah dan selalu mengingat-Nya, kita akan mendapatkan kekuatan dan petunjuk untuk menjalani kehidupan dengan seimbang.

Keempat, manfaatkan teknologi dengan bijak. Di zaman serba digital ini, teknologi dapat menjadi alat yang sangat membantu dalam mengatur waktu dan aktivitas kita. Aplikasi penjadwalan, pengingat, dan alat bantu lainnya dapat digunakan untuk memaksimalkan produktivitas dan efisiensi sesuai dengan hadits Rasulullah, 

"Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya, dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok hari." (HR. Ibnu Asakir)

Terakhir, jangan lupa untuk selalu mengevaluasi diri secara berkala. Periksa kembali apakah keseimbangan antara kerja, kehidupan pribadi, dan ibadah telah tercapai. Jika belum, lakukan penyesuaian yang diperlukan dengan rendah hati dan tekad yang kuat sebagaimana sabda Nabi Muhammad, 

"Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah." (HR. Muslim)

Kesimpulannya, mencapai keseimbangan antara kerja, kehidupan, dan ibadah adalah sebuah keharusan bagi setiap Muslim. Dengan menjaga keseimbangan ini, kita tidak hanya akan mencapai kesuksesan di dunia, tetapi juga memperoleh kebahagiaan dan ketenangan di akhirat kelak. Semoga kita selalu diberi petunjuk dan kekuatan oleh Allah dalam menjalani kehidupan yang seimbang dan penuh makna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun