Hadis Puasa dan Ramadan #5#: Dua Kegembiraan Orang yang Berpuasa, di Sini Senang di Sana Senang
Dua Kegembiraan Orang yang Berpuasa; Di Sini Senang, di Sana Senang
Di sana senang, di sini senang. Sepertinya inilah gambaran psikologis yang dilamai dan dirasakan oleh orang yang berpuasa. Hari ini di dunia sini senang dan gembira menjalani puasa. Dan esok di akhirat senang mendapat ganjaran pahala puasa saat bertemu dengan Allah. Karena sesungguhnya ada dua kegembiraan yang dirasakan oleh orang yang berpuasa. Yaitu kegembiraan saat berbuka puasa dan kegembiraan saat bertemu dengan Allah Ta'ala.
Hal itu disampaikan oleh Kanjeng Nabi Muhamamd shallallahu 'alaihi wasallam dalam sabdanya sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Redaksi teks hadis tersebut dalam bahasa Arab berbunyi,
"Lis Shaimi farhatani yafrahuhuma: idza afthra fariha bi fithrihi, wa idza laqiya Rabbahu fariha bi shaumihi; Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan yang dia rasakah; saat berbuka dia bergembira dengan buka puasanya, saat bertemu Rabb (Tuhan) nya dia bergembira dengan puasanya". (HR. Bukhari dan Muslim)
Gembira saat Berbuka Puasa
Kegembiraan pertama yang dirasakan orang yang berpuasa adalah kegembiraan di dunia, yaitu perasaan germbira dan suka cita saat berbuka puasa. Yakni gembira karena sudah boleh makan dan minum. Ini sejalan dengan doa dan pujian kepada Allah yang digumamkan saat berbuka, "Allahuma laka shumtu wa bika aa mantu wa 'ala rizqita afthartu, dzahabaz dzama[u] wab tallat[il] 'uruq[u] wa tsabata[l] ajr[u] insya Allah, Ya Allah hanya untukMu dan karenaMu saya berpuasa, aku beriman kepadaMu, dan berbuka dengan rezkiMu, dahaga telah hilang dan kerongkongan telah basah, dan semoga pahalan dapat diperoleh".
Ini merupakan kegembiraan yang sifatnya thabi'i (alami dan manusiawi) dan diperbolehkan. Dia bergembira telah sukses melewati hari itu dengan puasa. Gembirra lantaran berhasil menyempurnakan puasa di hari tersebut. Gembira karena telah menyelesaikan kewajiban puasa hari itu. Tentu alasan detail dan motivasi terperinci setiap orang bergembira saat berbuka bisa berbeda dan bertingkat-tingkat. Tergantung aspek apa yang dianggap penting bagi masing-masing orang.
Tentu saja yang terpenting bukan sekadar bergembira karena waktu makan minum kembali datang. Ini gembira yang kekanak-kanakan. Tapi bagi orang dewasa yang beriman lebih dari itu. Yakni gembira karena capaian ibadah telah berhasil ditorehkan. Walaupun demikian Agama tidak menafikan bolehnya bergembira karena aspek duniawi, selama masih dalam batas normal dan tidak berlebihan. Artinya Agama mengafirmasi sifat manusiwi dan kecenderungan yang sifatnya fisik dan kebendaan yang disenangi manusia.
Gembira Saat Bertemu dengan Allah
Kegembiraan kedua yang akan dirasakan oleh orang yang berpuasa adalah kegembiraan di akhirat. Yaitu kegembiraan dan perasaan suka cita saat berjumpa dengan Allah. Ini sesunguhnya merupakan momentum yang dinantikan setiap orang beriman. Yakni bertemu Allah dan merasakan kegembiraan pada pertemuan tersebut. Salah satu momentum yang menggembirakan tersebut adalah bertemu Allah dalam status sebagai hamba Allah yang diterima (maqbul) amalan ibadahnya.
Kegembiraan orang yang berpuasa saat bertemu Allah adalah kegembiraan yang didorong oleh perasaan senang karena puasanya diterima dan meneriman balasan pahala puasa. Dan sesungguhnya pahala puasa yang dijanjikan Allah di akhirat jauh lebih dibutukan. Allah berfirman "Kebaikan apa saja yang kamu persembahkan untuk dirimu niscaya kamu akan memperoleh balasannya di sisi Allah sebagai balasan yang lebih baik". (terj. Qs. Al-Muzammil:20).
Baca Juga:
Bau Mulut Orang yang Berpuasa Lebih Wangi dari Minyak Misk
Ngalap Berkah Ramadan dengan 10 Amalan Ini
Farhah Duniawiah
Hadis ''Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan" menunjukkan bahwa terdapat dua kegembiraan yang didambakan manusia. Yaitu kegembiraan dunia (farhah duniawiyah) yang dapat dirasakan dan dinikmati hari ini dan di sini, serta kegembiraan diniyah (farhah diniyah).
Gembira duniawi adalah bergembira dan bersenang-senang dengan fasilitias kehidupan dunia yang dibolehkan (halal) oleh Allah seperti harta benda, makanan dan minuman, pakaian, anak istri, kendaraan serta berbagai "perabot kehidupan" yang baik-baik. Kegembiraan terhadap yang seperti ini dibolehkan secara syariat, karena termasuk bagian dari memberikan hak fitrah sebagai makhkuq biologis dan kebutuhan naluri manusiwi. Tentu saja selama tidak berlebih-lebihan dan tidak melanggar larangan Allah.
Kesenangan pada kenikmatan dan fasilitias kehidupan dunia menjadi buruk dan tercela jika berlebihan, melampaui batas, dan melalaikan dari berbuat baik. Bahkan bisa menjadi maksiat dan kufur jika membuat ujub, sombong, serta melupakan dan menafikan nikmat Allah.
Seperti Qarun yang mengklaim kekayaannya sebagai hasil jerih payahnya yang murni tanpa menganggapnya sebagai nikmat Allah, saat dia mengatakan, "Sesungguhnya aku diberi harta itu (semata-mata) karena ilmu yang ada padaku". (terj. Qs. Al-Qashash: 78). Padahal sebelumnya kaumnya telah mengingatkan, "Janganlah engkau terlalu bangga, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang membanggakan diri". (terj. Qs. Al-Qashash:76).
Farhah Diniyah
Yaitu menampakan perasaan senang dan gembiran dalam urusan agama dan ibadah. Yakni kegembiraan duniawi yang disertai rasa syukur kepada Allah. In termasuk sikap gembira yang terpuji. Karena bergembira dengan karunia Allah dan rahma-Nya merupakan sifat dab ciri orang beriman. Demikian pula perasaan senang yang dialami seseorang saat usai melakukan amal saleh. Seperti senang telah selesai melakukan salat,senang adanya waktu-waktu (musim) ketaatan, dan sebagainya.
Dan kegembiraan yang disarakan saat melakukan kebaikan dan ketatan termasuk salah satu indikasi diterimanya amal ibadah. Sebagaimana dikatanan oleh Ibnul Jauzi, "Jika Allah menerima suatu amal perbuatan maka Allah tancapkan dalam hati pelakunya rasa senang dan penerimaan/pengakuan orang ata amalan tersebut."
Bogor 5 Ramadan 1444 H