Healing & Chill ke Pancuran 3, 7 dan 13 di Lereng Gunung Selamet
Masih dalam program Bangga Berwisata di Indonesia, kali ini saya ingin membagikan pengalaman jalan-jalan di lereng dan kaki Gunung Selamet yang ada di kawasan Banyumas, Jawa Tengah. Nah teman-teman pasti sudah bisa menduga ke mana saya berwisata kali ini? Tidak salah lagi yaitu ke kawasan Baturaden yang tidak jauh dari kota Purwokerto. Kota Purwokerto dan kawasan Banyumas inilah tempat dimana kita bisa menikmati indahnya bahasa Ngapak yang sangat fenomenal. Di sini pula telinga saya bisa menikmati keindahan salah satu dialek bahasa Jawa itu.
Perjalanan ke Baturraden dimulai dengan menginap semalam di kota Purwokerto dan di pagi hari sempat mampir ke Museum BRI di pusat kota dan sejenak melihat sejarah bank yang disebut-sebut sebagai bank tertua di tanah air itu.
Setelah itu, perjalanan ke Baturraden dimulai, dan kendaraan mulai mendaki ke pegunungan di lereng gunung Selamet kearah utara sejauh sekitar 11 kilometer dan ditempuh sekitar 30 menit saja. Sesampainya di dekat pintu masuk lokawisata Baturraden, udara segara pegunungan dengan hawanya yang sejuk mulai merebak. Ah terasa hati dan jiwa lebih segar sehingga tujuan untuk healing di tempat yang chill memang sudah dapat dirasakan di sini.
Salah satu ciri khas kawasan wisata Baturraden adalah adanya sebuah pesawat terbang Fokker 28 yang di tubuhnya tertulis Teater Alam Baturraden. Ternyata ini memang bekas pesawat milik Garuda Indonesia yang sekarang digunakan sebagai tempat pemutaran film yang unik dan mengasyikkan.
Di dekat pintu masuk juga banyak terapat patung-patung dengan tokoh-tokoh pewayangan termasuk tokoh punakawan yang jenaka. Suasana gembira dan riang juga sangat terasa dengan hadirnya tokoh-tokoh tersebut.
Di Baturraden ini pula ada patung sepasang lelaki dan perempuan dalam busana tradisional Jawa yang konon menggambarkan kisah tragis legenda di belakang nama Baturraden yang beraal dari dua kata yaitu batur yang berarti pembantu dan raden yang berarti putra bangsawan. Ternyata ada kisah sedih kasih tak sampai yang mirip Romeo dan Juliet karena sang lelaki yang digambarkan dalam kisah ini adalah seorang batur alias pembantu sementara sang perempuan adalah seorang puteri atau raden.
Maka kalau kita main ke Baturraden, di samping menikmati keindahan alamnya yang berbukit-bukit, penuh dengan taman bunga yang indah dan sungai dengan air yang mengair jernih, juga harus menyempatkan diri berfoto di patung sepasang kekasih tadi dengan tulisan Baturraden.
Selain pemandangan yang indah, di sini juga terdapat berbagai fasilitas seperti pemandian air panas, kolam renang dan juga berbagai wahana permainan yang mengasyikkan.
Salah satu tempat menarik di kawasan Lokawisata Baturraden adalah Pemandian Air Panas Pancuran Telu. Lokasi nya sebenarnya hanya sekitar 500 meter dari pintu masuk, tetapo karena lokasinya harus menaiki perbukitan yang berundak-undak melaui jalan setapak dengan pemandangan alam yang indah dengan tebing dan gunung di satu sisi dan jurang di sisi yang lain. Nah akhirnya kami sampai juga di Pancuran Telu dan ternyata di sini juga ada sebuah Petilasan Mbah Tapa Angin yang konon merupakan salah satu penjaga gaib Gunung Selamet.
Namun yang paling menarik adalah perjalanan menuju ke Pancuran Tujuh yang berjarak sekitar 2,5 kilometer dengan jalan kaki melalui jalan setapak yang terus mendaki. Terasa lumayan menguras energi dan keringat. Sesekali saya beristirahat sambil duduk dan menikmati panorama yang sangat indah. Pepohonan hijau, lembah dan bukit serta langit yang biru menjadi teman yang setia.
Akhirnya kami sampai di Pancuran Tujuh, menuruni kembali deretan anak tangga dan melihat air panas yang mengalir melalui 7 pancuran yang ukurannya sebenarnya mini. Di sini tidak bisa mandai melainkan hanya mencuci kaki.
Tetapi kalau mau mandi tersedia juga kamar mandi air hangat, dan juga bahkan mandi lumpur dan pijat. Lumayan untuk melemaskan otot kaki yang sudah lelah karena mendaki tadi.
Masih di kawasan Pancuran tujuh ini pula terdapat lagi sebuah petilasan atau keramat. Kali ini namanya Keramat Mbah Atas Angin yang menurut legenda merupakan nama lain Shekh Maulana Magribi.
Puas bermain dan beranjangsana di Pancuran Tujuh, saya kembali menuruni jalan setapak menuju ke kawasan Batu Raden. Kemudian perjalanan dilanjut menuju ke satu lagi kawasan wisata di lereng Gunung Selamet, yaitu Pemandian Air Panas Guci yang masuk ke wilayah Slawi atau Tegal. Asyiknya perjalanan melewati jalan pintas melalaui jalan-jalan kecil di pegunungan. Tentu saja persyaratannya adalah membawa kendaraan yang relatif tinggi karena kondisi jalan kurang baik
Hari sudah menjelang senja ketika tiba di Guci dan setelah mencari penginapan, jalan-jalan di Guci dan mandi air panas dilakukan keesokan paginya. Wah ternyata Guci pun tidak kalah cantik dengan Baturraden. Suasana pegunungan dengan alam yang sejuk dan chil membuat kita benar-benar merasa healing dan nyaman.
Dengan mampir ke berbagai tempat wisata pemandian air panas baik di Baturraden ,Pancuran Tujuh, maupun Guci yang berada di lereng dan kaki Gunung Selamet di Jawa Tengah ini, kita terus makin Bangga Berwisata di Indonesia. Di sini, di lereng Gunung Selamet kita dapat menikmati Pesona Indonesia yang chill dan heal.
Ini adalah tujuan saya healing dan chilling, bagaimana dengan teman-teman?
Terima kasih sudah membaca.