Momentum Salat Tarawih di Hagia Sophia
Semoga, di Indonesia segera menyusul berita yang dapat menjadi momentum baik bagi umat Islam di Ramadhan, seperti berita fakta di Turki. Umat Islamnya merasakan momentum sejarah, Salat Tarawih di Masjid Agung Hagia Sophia, warisan sejarah dunia. Bukan sebaliknya, di bulan Ramadhan, merasakan momentum harga-harga kebutuhan pokok naik, mudik pun tetap banyak aturan. (Supartono JW.05042022)
Ramadhan 1443 Hijriah di Indonesia, sejatinya bisa dikatakan sudah kembali dalam keadaan normal karena pandemi corona boleh dibilang mereda.
Namun demikian, ibadah Ramadhan kali ini, juga tetap wajib mematuhi Pedoman Ibadah Ramadhan (PIR) 2022 yang dikeluarkan pemerintah.
Sayangnya, meski pandemi corona mereda, di bulan penuh berkah dan ampunan ini, rakyat Indonesia justru kembali dihantam oleh pandemi lain, yaitu pandemi harga-harga kebutuhan pokok yang naik dan dirasa mencekik.
Sejenak menyingsingkan pikiran, sebab Ramadhan 1443 Hijriah di Indonesia yang kembali tak biasa karena rakyat kembali dibikin susah, maka kali ini saya angkat kisah sejarah Islam di Eropa yang tak akan lekang oleh waktu. Dia adalah Masjid Agung Hagia Sophia, di Turki.
Setelah 88 tahun
Saya lansir dari Hurriyet Daily News, Senin (4/4/2022), ternyata Masjid yang sangat bersejarah itu dibuka untuk penyelenggaraan Salat Tarawih. Ini adalah momen bersejarah bukan saja bagi rakyat Turki, tapi juga bagi umat Islam di dunia. Pasalnya, setelah 88 tahun, Hagia Sophia kembali menggelar salat Tarawih.
Menakjubkan, kumandang Adzan kembali menggema di Masjid Agung Hagia Sophia. Masjid yang sebelumnya museum ini akhirnya mengadakan tarawih pertama setelah 88 tahun, sebab bulan suci Ramadan di Turki dimulai pada 2 April 2022, sama dengan Arab Saudi dan 44 negara lainnya.
Karenanya, pada tanggal 1 April malam, tarawih pertama dilakukan di Masjid ini. Jemaah muslim berbondong-bondong datang untuk melaksanakan Salat Tarawih, tentunya sambil bernostalgia sembari ibadah di Hagia Sophia.
Hagia Sophia begitu ikonik bagi pariwisata Turki, karena sejarahnya. Hagia Sophia dibangun pada tahun 537 sebagai gereja Kristen terbesar di Kekaisaran Romawi timur.
Di tahun 1453, Kekaisaran Ottoman di bawah pimpinan Sultan Mehmed II atau Muhammad Al Fatih berhasil menaklukkan Konstantinopel.
Sultan Mehmed II kemudian mengubah fungsi Hagia Sophia menjadi masjid. Namun setelah Kekaisaran Ottoman bubar, tahun 1935 Presiden pertama Turki
Mustafa Kemal Ataturk mengubah fungsi Hagia Sophia menjadi museum. Pada tahun 1985, Hagia Sophia masuk dalam daftar situs warisan budaya dunia UNESCO.
Hagia Sophia dikembalikan lagi menjadi masjid pada 10 Juli 2020. Dewan Negara yang merupakan pengadilan administratif tertinggi di Turki mengumumkan Hagia Sophia resmi terdaftar sebagai masjid.
Kendati, kini Hagia Sophia telah resmi menjadi Masjid sejak diputuskan oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan pada 10 Juli 2020, dan pada 24 Juli 2020, telah dilaksanakan Salat Jumat perdana yang juga dihadiri oleh ribuan masyarakat muslim di Istanbul Turki, namun tetap menjadi polemik, maka memang menjadi hal yang wajar, meski keputusan memang sudah tidak dapat diganggu gugat.
Bila Menara Eiffel di Paris, Prancis yang pernah saya singgahi pada 28 Juli 2011, terus menjadi ikon pariwisata dunia, termasuk menjadi incaran selebritis dan orang kaya Indonesia untuk unjuk hedonisme, maka saya juga sangat bersyukur, sudah menjejakkan kaki di Madjid Agung Hagia Sophia pada 14 Juli 2011 pula.
Ternyata, Hagia Sophia, di Ramadhan ini, kembali digunakan untuk Salat Tarawih. Saya masih terbayang, saat pertama kali memasuki gerbang Hagia Sophia yang tertulis Aya Sofia, bangunan bersejarah yang telah berdiri sekitar 1.500 tahun yang lalu, masih sangat kokoh.
Kini, setelah 88 tahun, ternyata umat muslim di Turki, dan tentunya umat Islam dari warga negara lain yang turut melaksanakan Salat Tarawih Ramadhan 1443, sangat bersyukur masih dapat melaksanakan ibadah di Masjid yang termasuk situs warisan budaya dunia.
Bersyukur, saya pernah menginjakkan kaki di Hagia Sophia. Berada di dalamnya, melihat bentuk fisik dan ornamen yang ada, terbayang akan semua sejarah bagaimana Hagia Sophia tercipta dan telah digunakan oleh siapa saja.
Yah, mengingat Hagia Sophia, sejenak lupa suasana Ramadhan di +62. Semoga, dalam kondisi Ramadhan yang tetap tak biasa, rakyat Indonesia tetap tabah menghadapi segala cobaan dan derita yang menghimpit akibat ulah orang-orang yang seharusnya amanah.
Sekali lagi, semoga, di Indonesia segera menyusul berita yang dapat menjadi momentum baik bagi umat Islam di Ramadhan, seperti berita fakta di Turki. Umat Islamnya merasakan momentum sejarah, Salat Tarawih di Masjid Agung Hagia Sophia, warisan sejarah dunia. Bukan sebaliknya, di bulan Ramadhan, merasakan momentum harga-harga kebutuhan pokok naik, mudik pun tetap banyak aturan.