Topik Irawan
Topik Irawan Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Buya Yahya Ulama Karismatik dari Cirebon

8 April 2022   23:23 Diperbarui: 8 April 2022   23:55 1373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buya Yahya Ulama Karismatik dari Cirebon
Buya Yahya selalu tampil elegant ketika berdakwah(tangkapan layar youtube Al-Bahjah)

Selepas waktu shubuh biasanya Emak akan berada di depan televisi untuk menyimak tausiah dari sebuah tv lokal yang siarannya bisa dilihat di kampung tercinta Rajawetan. Bila pulang kampung dan melewati desa Sendang, Kabupaten Cirebon maka akan terlihat bangunan dengan tulisan Pesantren Al Bahjah.

Yahya Zainul Ma'arif nama lengkap penceramah kelahiran Blitar, 10 Agustus 1973. Namun basis dakwah Buya Yahya adalah daerah Cirebon, banyak orang yang tertarik dengan visi dakwah Buya Yahya. Jika memberikan tausiah terlihat kedalaman ilmu beliau taktala menjawab pertanyaan pertanyaan ummat.

Satu yang menjadi daya tarik dari Buya Yahya adalah penyampaian dakwahnya adalah dengan bahasa yang runut dan mudah dimengerti oleh beragam kalangan, siapa nyana bahwa kehadiran Buya Yahya berawal dari taklim taklim di mushola mushola kecil dengan jamaahnya pun tak begitu banyak. Namun lambat laun kehadiran beliau diterima di seputaran Cirebon, Majalengka, Kuningan dan Indramayu.

Penyampaian dakwah Buya Yahya semakin luas, seiring perkembangan zaman dan bentuk dakwah pun merambah ke era digital, sehingga daya jangkaunya pun lintas wilayah. Ceramah Buya Yahya dapat dinikmati di channel Youtube. Media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter tak luput dari perluasan dakwah Buya Yahya.

Memasuki bulan Ramadhan tahun ini, ulama yang menyelesaikan pendidikannya di Universitas Al Ahgaf Yaman, bisa kita ikuti kajiannya setiap hari di Metro TV dalam acara #TanyaBuyaMetroTV pada pukul 16.05 WIB.

Buya Yahya Menjawab Tentang Ibu Hamil Meninggal Menjadi Kuntilanak 

Dalam cerita urban legend, ada beberapa kisah horor yang sangat melekat dalam ingatan masyarakat, salah satunya hadirnya kuntilanak. Hal ini tak luput dari pertanyaan jamaah yang menyebutkan bahwa ada kabar yang beredar, ibu hamil dan meninggal bersama bayinya, warga kampung menjadi resah karena terdengar tangisan di jalan menuju pemakaman.

"Perempuan yang meninggal ketika melahirkan adalah mati dalam keadaan mulia atau syahid, orang beriman tak semestinya percaya begitu saja berita bohong seperti itu," ungkap Buya Yahya memberi penjelasan.

Tidak ada sebenarnya orang yang mati lalu ia bergentayangan, orang baik mendapatkan kenikmatan, orang jahat mendapatkan siksa. Ada juga jelmaan setan yang akan menjerumuskan manusia, acap kali memang ada sekelebatan itu adalah setan dan bukan orang yang telah meninggal. Jika pun ada orang yang menyebarkan kabar tersebut, termasuk yang menyakiti keluarga yang ditinggalkan.

 Buya Yahya menjelaskan  bahwa arwah  gentayangan merupakan cerita yang tidak bisa dipertanggung jawabkan. Uraian Buya yang logis dan ini menjadi sebuah jawaban dalam perspektif keimanan sehingga masyarakat dapat memahami orang beriman tak lantas percaya begitu saja kisah mistik.

Kerendahan Hati Buya Yahya Bertemu Dzurriyah Nabi 

Habib Novel ketika disambut Buya Yahya(tangkapan layar youtube Al-Bahjah)
Habib Novel ketika disambut Buya Yahya(tangkapan layar youtube Al-Bahjah)

Meski memiliki kapasitas keilmuan tentang agama Islam yang luas, namun Buya Yahya merupakan pribadi yang rendah hati, ini bisa kita menyimak salah satu video kajian yang membuat penulis tertegun adalah ketika Buya Yahya menyambut seorang penanya yang ternyata adalah Habib Novel bin Muhammad Al-Aydrus.

Dengan takzim dan bergegas Buya Yahya menyambut Habib Novel dan mengajaknya menuju mimbar, meski secara usia lebih tua dibanding Habib Novel, namun Buya Yahya terlihat menghormatinya, padahal Habib Novel ternyata pernah menjadi muridnya Buya Yahya saat belajar di pesantren.

Dzurriyah adalah keturunan dari Nabi Muhammad, salah satu akhlak ahlussunah adalah menghormati dan memuliakan anak keturunan nabi. Pelukan hangat dan cara Buya Yahya mencium tangan Habib Novel ketika bertemu menjadi penanda sebuah kerendahan hati ulama besar ini akan dzurriyah Rasulullah.

Menanggapi Perbedaan Pilihan Presiden

Salah satu fenomena yang pernah dialami bangsa ini adalah perbedaan tajam tentang siapa yang akan menjadi presiden 2019, masing masing pendukung paling menjagokan tokoh yang menjadi pilihannya, perbedaan ini nyaris membuat bangsa ini seakan terpecah. Bahkan kedua kubu mendapat julukan cebong dan kadrun.

Beruntung kita mempunyai ulama yang bisa menengahi "pertikaian" yang tak berujung ini, bahkan hingga terasa hingga kini. Ada moment ketika Buya Yahya  memberi nasehat tentang pilpres, bahwa perbedaan pilihan jangan sampai ada caci maki, mengolok ngolok. Menjaga persatuan negeri dengan penuh keindahan.

Meski telah tiga tahun telah berlalu namun tausiah Buya Yahya masih terasa relevansinya, semoga saja di dua tahun kedepan ketika bangsa Indonesia akan menghadapi pilpres berikutnya, masyarakat Indonesia semakin dewasa dan juga menghentikan caci maki dan juga saling olok  ketika pesta demokrasi berlangsung.

Cerdas Menanggapi Kontroversi di Masyarakat Dengan Nasehat Elegant

Salah satu hal mengapa penulis menjadikan Buya Yahya merupakan pendakwah panutan adalah tutur katanya selalu terukur, bahkan ketika saat menanggapi kontroversi yang terjadi di masyarakat. Salah satunya ketika beberapa waktu lalu wasiat komedian Bunda Dorce jika meninggal dan tata cara penguburannya.

Sebagai ulama, Buya Yahya mampu menjelaskan tentang posisi seseorang apakah dia lelaki ataupun perempuan, tak ada hujatan yang terlontar, tak satu kalimat pun yang menyudutkan yang membuat Bunda Dorce memberi rasa hormat dan respek akan sikap Buya Yahya terhadap keberadaan dirinya.

"Buya Yahya adalah ulama yang luar biasa,mempunyai jiwa besar yang tak menghujat dan mencaci maki orang, bagaimana pun hamba akan saya serahkan kepada Allah SWT, ujar Bunda Dorce semasa hidupnya tentang sosok Buya Yahya.

Ketika viral di media sosial akan peristiwa hebohnya seorang pria menendang sesajen di lokasi erupsi Gunung Semeru, sontak hal ini menjadi perdebatan dan langsung menjadi trending. Menyikapi hal tersebut Buya memberi penjelasan yang menyejukan. Tak boleh mencela sesembahan di luar Islam.

Menurut Buya Yahya merendahkan keyakinan agama yang lain itu tidak boleh, jangan sampai menganggu tempat ibadah orang lain. Semua punya kehormatan yang harus kita jaga, orang Islam semestinya tetap menjaga adab, tak seharusnya sesajen ditendang begitu saja. Jagalah keharmonisan meskipun perbedaan memang ada di negeri ini.

Keutamaan Bulan Ramadhan

Mengenakan jubah  berwarna putih dan juga surban berwarna senada, memegang tongkat dan juga mengenakan kaca mata, Buya Yahya membeberkan utamanya bulan Ramadhan. Nabi umat terdahulu usianya relatif panjang, usia ummat Nabi Muhammad umurnya tidak panjang.

Relatif beramalnya pun tidak sebanyak ummat nabi terdahulu secara kuantitas umur. Namun puasa di bulan Ramadhan menjadi pembeda. Ramadhan dan juga malam lailatul qadar adalah melampaui pahala ummat terdahulu.

Ramadhan merupakan bulan pengampunan dosa, jika kita berpuasa dengan mengharap ridho Allah dan berdasar keimanan maka diampunkan dosanya, indah luar biasa bagi ummatnya Nabi Muhammad. Ibadah dan bersedekah maka pahalanya akan berlipat, sambut Ramadhan dengan bersemangat, maksimalkan amal ibadah di bulan istimewa.

Nasehat nasehat Buya Yahya memberikan motivasi tersendiri untuk berbuat maksimal ketika bulan suci ini, terima kasih untuk tausiyahnya, meski pun belum bertemu langsung dengan beliau, tetapi kemajuan teknologi akhirnya bisa belajar melalui media sosial dan bisa mendengar dan melihat dakwah yang disampaikan Buya Yahya. Terima kasih untuk Emak almarhum yang semasa hidupnya telah memberi tahu akan dakwahnya Buya Yahya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Content Competition Selengkapnya

04 March 2025
SEDANG BERLANGSUNG
Cerita Kocak Pas Sahur
blog competition  ramadan bercerita 2025  ramadan bercerita 2025 hari 2 
05 March 2025
Puasa Jalan Terus, Produktivitas Jangan Tergerus
blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 3
06 March 2025

MYSTERY TOPIC

Mystery Topic 1
blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 4
Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Cara Seru Nunggu Bedug di Ketemu Ramadan

Ketemu di Ramadan hadir kembali. Selain sebagai ajang buka puasa bersama Kompasianer, ada hal seru yang berbeda dari tahun sebelumnya. Penasaran? Tunggu informasi selengkapnya!

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun