Kenangan Hantaran Menjelang Lebaran
Satu ketika dimana hampers dan juga bingkisan belum populer sebagai hantaran menjelang datangnya hari kemenangan, dunia terus berubah dari waktu ke waktu. Saat ini ketika lebaran tiba, hantaran semakin praktis dengan wadah yang simpel.
Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, menutup masa berpuasa, serta menyambut hari kemenangan pada satu Syawal, memberikan hantaran merupakan pemandangan lumrah. Ini merupakan pengalaman seru menjadi bagian dari tim pengantar, sambil ngarepin persenan sih sebenarnya hehe.
Bawa hantaran rantang paling seru adalah saat menenteng juga radio transistor yang tenaganya berasal dari baterai, jadi ketika berjalan sambil mendengarkan radio, nggak ketinggalan "Dongeng Enteng Pasosore" besutan Mang Jaya, master dongeng kondang di daerah Kuningan.
Ujung bulan puasa, merupakan waktu yang paling sibuk bagi Emak, menyiapkan menu berbuka, bikin kue kering, menyiapkan menu hantaran dan juga tak lupa membuat tape ketan berbungkus daun jambu. Untuk hantaran biasanya Emak menyiapkan menu andalan.
Sambal goreng ati, opor ayam, telor balado, setelah lauk matang semua, Emak mengeluarkan perabot spesial yakni rantang. Setelah waktu Ashar hantaran yang sudah siap dibawa, siap melanglang buana, rantang rantang tersebut dikirim kepada kerabat yang di tuakan dalam keluarga.
Jika jarak rumah dengan yang dibawakan antaran tidak terlalu jauh, Emak akan menyuruh kakak dan juga saya membawa rantang yang telah di isi lauk pauk, sedangkan untuk jarak yang lebih jauh, biasanya Bapak akan mengeluarkan motor CB 100 yang mempunyai tangki bensin gendut menggelembung.
Sekalian ngabuburit seraya mengantarkan rantang, untuk urusan ini paling seru adalah ketika berharap dapat persenan. Lumayan dong jika dikumpulkan, buat beli es limun ketika lebaran, bisa juga beli kembang api dan petasan yang saat itu untuk memainkannya tidak di larang.
Di tahun 80 dan 90an, sudah lumrah saling bertukar isi rantang, yang didahulukan mendapatkan hantaran, pastinya orang yang di tuakan, kemudian para tetangga, menurut saya inilah vibes lebaran yang sesungguhnya. Rasanya kangen berada di situasi zaman dulu.
Namun saat ini sudah jarang anak anak yang menenteng rantang, bersilahturahmi kepada kerabat yang dituakan, mungkin juga karena zaman sudah berubah, jadi mengirimkan hantaran dengan rantang semakin meredup.
Saat ini memang serba praktis, ada parcel dengan isian sirup dan juga kue kue kering, atau juga hamper lebaran dengan kemasan elegant yang wadahnya berupa paper bag, tote bag dan tas tas cantik yang bisa digunakan lagi.
Ketika scrolling tentang muasal hantaran hadir sebagai tradisi di Nusantara, ada artikel yang mengupas tentang kebiasaan hantaran, tradisi itu berawal hantaran hasil bumi rakyat di abad ke-16 untuk para raja.
Namun ketika sang raja mengadakan pesta panen, maka raja sebagai pihak yang punya kuasa, memberikan hasil olahan berupa bahan makanan atau juga kue kepada rakyatnya. Ini menjadi cikal bakal hantaran, meski era kerajaan telah memudar, namun kebiasaan saling memberi hantaran menjadi tradisi turun temurun.
Sesuatu yang baik tentu perlu dilestarikan, apalagi memberi di bulan yang suci, Insha Allah jika di niatkan tidak dengan riya, akan berbuah pahala kebaikan. Namun perlu juga di ingat, memberi jangan sampai menyakiti si penerima, misalnya selalu menyebutkan kebaikan berulang ulang, jangan deh kalau begitu.
Lebaran akan segera tiba, ide bertukar bingkisan, adalah momen seru yang bisa kita lakukan bersama sanak famili, tak perlu memaksakan dengan memberi bingkisan berharga mahal, yang penting fun dan menyenangkan, selamat mencoba