Trian Ferianto
Trian Ferianto Auditor

Menulis untuk Bahagia. Penikmat buku, kopi, dan kehidupan. Senang hidup nomaden: saat ini sudah tinggal di 7 kota, merapah di 5 negara. Biasanya lari dan bersepeda. Running my blog at pinterim.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Food Combining Saat Ramadan, Mengapa Tidak?

23 April 2021   15:08 Diperbarui: 24 April 2021   07:01 1875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Food Combining Saat Ramadan, Mengapa Tidak?
Pola konsumsi kombinasi makanan yang pas, dapat membantu tubuh mencerna secara optimal. | Dok. unsplash.com

Setelah melakukan beragam trial and error, ternyata istri saya cocok dengan pola makan food combining.

Food combining sejatinya adalah pola makan yang biasa dilakukan kita manusia-manusia kuno zaman dahulu. Cuma sekarang jadi in kembali karena "ditemukan" dan dikomunikasikan kembali sebagai alternatif meringankan problem pencernaan manusia modern.

Sebagaimana kita ketahui bersama, pernyakit pencernaan manusia modern yang mengkonsumsi apa saja namun tak diimbangi dengan aktivitas fisik yang cukup dapat menyebabkan keluhan-keluhan seperti obesitas, penumpukan racun, dan kolesterol.

Food combining adalah sebuah diet (pengaturan pola makan) yang membagi sumber-sumber makanan menjadi beberapa kategori utama: asam, netral, dan basa.

Sumber makanan asam biasanya berasal dari produk olahan susu, daging, ayam, gandum, dan ikan. Sementara sumber makanan bersifat basa yang umumnya didapat dari sayur dan tumbuhan segar semisal biji-bijian, buah, sayur, dan kacang-kacangan. Sedangkan sumber makanan netral contohnya gula, lemak, dan pati.

Setiap jenis kategori makanan yang masuk ke dalam perut, direspon oleh lambung dengan sesuai dengan jenisnya. Setiap kategori menstimulasi jenis asam tertantu yang berfungsi untuk "mencerna" makanan yang masuk tadi.

Jadi, food combining mengusahakan makanan yang masuk "seirama" dengan cara lambung memproses makanan agar daya cerna tubuh semakin optimal.

Beberapa "pantangan" pola makan sehat ala food combining antara lain:

  • Protein tidak boleh dikombinasikan dengan karbohidrat.
  • Protein tidak boleh dikombinasikan dengan lemak.
  • Karbohidrat tidak boleh dikombinasikan dengan makanan asam.
  • Protein tidak boleh dikombinasikan dengan protein lainnya.
  • Gula tidak boleh dikombinasikan dengan makanan lainnya.
  • Buah dan sayur tidak boleh dikonsumsi secara bersama-sama.
  • Buah dan susu hanya boleh dikonsumsi saat perut dalam kondisi kosong.

Penjelasan ilmiah dan kimiawinya bisa sangat panjang dan membuat mengernyitkan dahi karena akan berhubungan istilah-istilah lambung, pH, metabolisme, asidosis dan alkalosis. Alih-alih jadi diet sehat malah makin stres dan akhirnya makan membabi buta. Hehe...

Mudahnya: dengan food combining, kita membantu lambung agar tidak "bingung" atau "kebanyakan" memproduksi asam lambung jenis tertentu jika makanan yang masuk dalam tempo sama berlainan kategori.

Praktiknya dalam ramadan, istri saya biasanya sahur hanya menggunakan buah dan sayuran segar. Jika masih khawatir lapar, bisa ditambah dengan makan nasi sedikit ditambah lauk tahu tempe atau bahan nabati lainnya. Hindari minum minuman berkafein semisal kopi dan teh. Hindari juga minum susu. Beberapa gelas air putih sudah cukup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun