Menulis untuk Bahagia. Penikmat buku, kopi, dan kehidupan. Senang hidup nomaden: saat ini sudah tinggal di 7 kota, merapah di 5 negara. Biasanya lari dan bersepeda. Running my blog at pinterim.com
Food Combining Saat Ramadan, Mengapa Tidak?

Setiap tubuh biasanya memiliki "kecocokannya" sendiri-sendiri. Ada yang bermasalah dengan lemak berlebih. Ada yang bermasalah dengan karbo berlebih. Tapi di sisi lain, ada yang lahap makan apapun tanpa memiliki efek buruk yang signifikan.
Hal ini biasanya dipengaruhi dengan kondisi tubuh, pikiran, dan aktivitas fisik yang dilakukan.
Saya sendiri, relatif tidak terlalu bermasalah mengkonsumsi apapun. Meski saat saya perhatikan lebih jauh, pola makan saya memang cenderung "terkontrol" secara alami karena jika ada suatu makanan yang masuk dengan "kadar" yang kurang sesuai, tubuh biasanya langsung memberikan sinyal seketika. Entah dengan mulut terasa sepo (istilah bahasa jawa yang saya sulit menemukan padanan bahasa Indonesianya) atau mulut yang "kelelahan" mengunyah.
Ya, saya memang memiliki tabiat "lelah" mengunyah jika sudah pada taraf tertentu.
Jika demikian, maka saya tidak hendak lagi melanjutkan makan. "Sinyal" menyala artinya makan saya berhenti. Sudah cukup.
Di sisi lain, saya juga terhitung aktif berolahraga. Biasanya saya #runtowork atau lari ke tempat kerja. Kebetulah jarak rumah dengan tempat kerja tidak sampai 5 km.
Kebiasaan lagi ini biasanya saya kombinasikan dengan #biketowork atau bersepeda ke kantor. Dengan kebiasaan ini, badan biasanya juga punya sinyal "tidak enak" jika sudah lama tidak berolahraga.
Kombinasi kebiasaan ini menyebabkan berat badan saya cenderung ideal di kisaran BMI normal. Tidak pernah lebih dan tidak pernah kurang.
Namun, cerita ini berbeda jauh dengan istri saya. Saat ini Ia sedang mengalami problem asam lambung yang jika sampai level parah bisa menyebabkan efek badan lemas dan sulit beraktivitas.
Keluhan asam lambung tersebut biasanya muncul jika tidak memperhatikan asupan makanan yang masuk ke mulut, seperti banyaknya tepung, kafein, makanan olahan pabrik, atau protein hewani yang berlebih.
Beragam cara telah coba kami cari solusi pemecahannya. Konsultasi ke dokter yang berujung pemberian obat pun sudah pernah. Tapi hasilnya hanya temporer. Saat obat habis, keluhan pun tiba-tiba muncul kembali.
Setelah melakukan beragam trial and error, ternyata istri saya cocok dengan pola makan food combining.
Food combining sejatinya adalah pola makan yang biasa dilakukan kita manusia-manusia kuno zaman dahulu. Cuma sekarang jadi in kembali karena "ditemukan" dan dikomunikasikan kembali sebagai alternatif meringankan problem pencernaan manusia modern.
Sebagaimana kita ketahui bersama, pernyakit pencernaan manusia modern yang mengkonsumsi apa saja namun tak diimbangi dengan aktivitas fisik yang cukup dapat menyebabkan keluhan-keluhan seperti obesitas, penumpukan racun, dan kolesterol.
Food combining adalah sebuah diet (pengaturan pola makan) yang membagi sumber-sumber makanan menjadi beberapa kategori utama: asam, netral, dan basa.
Sumber makanan asam biasanya berasal dari produk olahan susu, daging, ayam, gandum, dan ikan. Sementara sumber makanan bersifat basa yang umumnya didapat dari sayur dan tumbuhan segar semisal biji-bijian, buah, sayur, dan kacang-kacangan. Sedangkan sumber makanan netral contohnya gula, lemak, dan pati.
Setiap jenis kategori makanan yang masuk ke dalam perut, direspon oleh lambung dengan sesuai dengan jenisnya. Setiap kategori menstimulasi jenis asam tertantu yang berfungsi untuk "mencerna" makanan yang masuk tadi.
Jadi, food combining mengusahakan makanan yang masuk "seirama" dengan cara lambung memproses makanan agar daya cerna tubuh semakin optimal.
Beberapa "pantangan" pola makan sehat ala food combining antara lain:
- Protein tidak boleh dikombinasikan dengan karbohidrat.
- Protein tidak boleh dikombinasikan dengan lemak.
- Karbohidrat tidak boleh dikombinasikan dengan makanan asam.
- Protein tidak boleh dikombinasikan dengan protein lainnya.
- Gula tidak boleh dikombinasikan dengan makanan lainnya.
- Buah dan sayur tidak boleh dikonsumsi secara bersama-sama.
- Buah dan susu hanya boleh dikonsumsi saat perut dalam kondisi kosong.
Penjelasan ilmiah dan kimiawinya bisa sangat panjang dan membuat mengernyitkan dahi karena akan berhubungan istilah-istilah lambung, pH, metabolisme, asidosis dan alkalosis. Alih-alih jadi diet sehat malah makin stres dan akhirnya makan membabi buta. Hehe...
Mudahnya: dengan food combining, kita membantu lambung agar tidak "bingung" atau "kebanyakan" memproduksi asam lambung jenis tertentu jika makanan yang masuk dalam tempo sama berlainan kategori.
Praktiknya dalam ramadan, istri saya biasanya sahur hanya menggunakan buah dan sayuran segar. Jika masih khawatir lapar, bisa ditambah dengan makan nasi sedikit ditambah lauk tahu tempe atau bahan nabati lainnya. Hindari minum minuman berkafein semisal kopi dan teh. Hindari juga minum susu. Beberapa gelas air putih sudah cukup.
Saat berbuka puasa pun demikian. Ia mengawali berbuka dengan menyantap buah dan sayur. Minumnya segelas air putih atau ramuan sendiri dengan menyeduh campuran jahe, ketumbar, dan kunyit. Bisa juga dengan membuat jus buah tanpa tambahan gula.
"Makan besar" biasanya dilakukan beberapa saat setelah magrib. Bisa menjelang atau setelah tarawih.
Makan besar pun "dijaga" dengan aturan food combining tadi. Mengusahakan diri mengkonsumsi makanan yang sedikit diolah dan kombinasi bahan yang sesuai dengan cara kerja lambung.
Menurut pengakuan istri saya, cara ini efektif mengerem sakit asam lambungnya dan membuat badan kembali fit dan bugar. Meski berat badannya belum masuk obesitas, tapi keinginannya menjaga berat badan "ideal" saat ia masih muda dan bugar dulu tampaknya dapat ditempuh dengan pola makan sehat ala food combining ini.
Sebagai personel yang biasanya "bekerja" di dapur, istri saya sebenarnya juga lebih ringan menyiapkan makanan ala food combining. Sebab cukup mengupas, membersihkan, dan mengolah sedikit saja. Tidak perlu sampai berjam-jam memasak ala masakan-masakan yang sering kita konsumsi biasanya.
Proses "memasak singkat" ini juga yang dapat mempertahankan gizi dan nutrisi bahan makanan, alih-alih menambahi rasa ini itu dari aneka bumbu yang malah menghilangkan kandungan nutrisi yang sudah diberikan Tuhan melalui bahan makanan.
Selain itu, menurut testimoni para praktisinya, diet ini juga efektif dan ampun mengembalikan berat badan dalam posisi ideal.
Bagaimana, tertarik mencoba pola makan sehat food combining?