Lima Indikator Kelulusan Sekolah Ramadan
Infaq ada yang wajib (zakat) da nada yang sunah. Zakat ada beberapa macam, ada zakat profesi (penghasilan), zakat maal (harta), zakat pertanian, dan zakat perdagangan.
Apa pun pekerjaan kita, pascar Ramadan, selayaknya kita mulai menghitung apakah kita atau bisnis kita sudah termasuk kategori yang harus berzakat? Atau, apakah tabungan yang kita miliki sudah masuk yang wajib dizakati?
Untuk infak sunah, pasca Ramadan, idealnya kita tambah nominal dan frekuensinya. Kalau sebelum Ramadan, kita hanya berinfak di kotak amal saat salat Jum'at saja. Pasca Ramadan kita persering, kalau tidak setiap hari. Nominalnya pun idealnya bertambah.
Untuk berinfak sekarang ini sangat dimudahkan. Kalau kita tidak ingin repot mencari-cari penerima infak kita, atau kita masih minder dengan nominal infak kita yang kecil. Kita bisa memanfaatkan situs-situs charity, seperti kitabisa.com atau sharinghappiness.com
Sekarang kita bisa berinfak secara online semudah bermedia-sosial.
Percaya kepada Al-Quran
Al-Quran adalah petunjuk hidup bagi seorang Muslim. Tidak mengimani Al-Quran menmbuat hidup tanpa petunjuk, berjalan liar dan tersesat.
Pasca Ramadan iman kita kepada Al-Quran harus lebih direalisasikan dengan memperbanyak interaksi dengannya. Dimulai dengan membacanya (tilawah), menghafalnya, mempelajarinya (tadabbur), memahaminya (tafakur), samapai kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai alumni sekolah Ramadan, minimal ada peningkatan dari sisi tilawah. Kalau sebelum Ramadan tidak pernah punya target meng-khatam-kan Al-Quran, maka idealnya sekarang harus ada. Minimal setiap tiga bulan khatam Al-Quran, idealnya sebulan sekali, sehingga kita harus ODOJ (One Day One Juz).
Begitupun dengan kualitas bacanya. Pasca Ramadan ini carilah kelas-kelas tahsin (membaguskan) bacaan Al-Quran, dan ikuti, supaya kualitas tilawah kita bertambah dari waktu ke waktu.
Yakin dengan adanya akhirat