Urip Widodo
Urip Widodo Peg BUMN

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

The Miracle of Ikhlas

18 Maret 2024   03:26 Diperbarui: 18 Maret 2024   03:32 1276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Miracle of Ikhlas
Sumber: dokpri

Salah satu dari dua syarat diterima ibadah kita oleh Allah SWT adalah ikhlas dalam melaksanakannya.

Bahkan ada yang menyebutkan ikhlas adalah ruh dari ibadah. Apabila ibadah yang kita lakukan tidak disertai dengan rasa ikhlas, maka hal itu bagaikan jasad sebuah tubuh yang tidak memiliki ruh.

Lalu, apa itu ikhlas?

Pengertian ikhlas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah bersih hati atau tulus hati. 

Secara bahasa, kata ikhlas berasal dari bahasa Arab "khlash", yang berarti bersih, murni, dan tulus.

Dan pengertian ikhlas menurut istilah adalah:

  • Menjalankan ibadah semata-mata karena Allah SWT, tanpa mengharapkan imbalan atau pujian dari makhluk.

  • Tidak tercampur dengan motif-motif duniawi atau pamrih pribadi.

  • Menyadari bahwa semua amal baik berasal dari Allah SWT dan kembali kepada-Nya.

  • Tidak merasa bangga atau riya dengan amal yang dilakukan.

  • Mengutamakan akhirat di atas dunia.

Dengan kata lain, ikhlas adalah sikap batin yang bersih dan tulus dalam beribadah, yang dilandasi oleh kesadaran bahwa Allah SWT adalah satu-satunya yang berhak dipuja dan disembah.

Pengertian ikhlas menurut para ulama

Beberapa ulama memberi makna ikhlas dalam kalimat yang beragam. Namun intinya sama, sebagaimana pengertian ikhlas di atas. 

Berikut pengertian ikhlas menurut para ulama, 

Imam Al-Ghazali

Ikhlas adalah niat hanya untuk mencari keridaan Allah semata, tanpa mengharapkan balasan dari makhluk-Nya.

Imam Ibnu Taimiyah

Ikhlas adalah meniatkan segala perbuatan hanya untuk Allah, bukan untuk diri sendiri atau untuk orang lain.

Imam An-Nawawi

Ikhlas adalah melakukan ibadah tanpa disertai keinginan untuk dilihat atau dipuji oleh orang lain.

Imam Ibnul Qayyim

Ikhlas adalah melakukan ibadah hanya untuk Allah, mengosongkan hati dari selain-Nya, dan mengutamakan rida-Nya di atas segala-galanya.

Imam As-Sya'rani

Ikhlas adalah memurnikan niat dan menyingkirkan segala penyakit hati, seperti riya' (pamer), ujub (bangga diri), dan keinginan untuk dipuji.

Imam Al-Qusyairi

Ikhlas adalah ketika amal seseorang diterima hanya oleh Allah, bukan oleh selain-Nya.

Imam Al-Muzani

Ikhlas adalah melakukan amal dengan mengharap pahala dari Allah, bukan dari orang lain.

Imam Ibnu Athaillah Al-Sakandari

Ikhlas adalah ketika seseorang tidak lagi melihat dirinya dalam beramal, melainkan hanya melihat Allah sebagai tujuannya.

Intinya, ikhlas itu menyembunyikan ibadah atau perbuatan baik. Sehingga cukup Allah SWT saja yang tahu.

Sebagaimana tersembunyinya kata ikhlas dalam surat al-Ikhlas. Tidak seperti surat-surat yang lain, yang dinamai dengan kata yang muncul di dalamnya.

Misalnya surat al-Baqarah, di dalamnya disebutkan kata 'al-Baqarah'. Begitupun surat Yusuf, an-Naml, al-Kautsar, atau al-Ashr. Kata-kata 'Yusuf', 'an-Naml', 'al-Kautsar', dan 'al-Ashr' ada di dalam surat masing-masing. 

Surat al-Ikhlas yang terdiri dari empat ayat, tidak ada satupun kata 'ikhlas'. Ini menunjukkan sikap ikhlas itu 'tersembunyi'.

Ciri-ciri Orang yang Ikhlas

Walaupun tersembunyi, orang yang hatinya selalu ikhlas, setidaknya dapat dilihat dari ciri-ciri berikut, 

  • Saat melakukan perbuatan baik, ia tidak mengharapkan imbalan atau pengakuan, atau tidak mengejar pujian atau penghargaan.

  • Selalu merasa puas dan bersyukur dengan apa yang dimilikinya. Tidak merasa tergiur dengan yang dimiliki orang lain.

  • Menerima segala keputusan (takdir) Allah, baik suka maupun duka, dengan hati yang lapang.

  • Selalu merasa rendah hati dan tidak merasa lebih baik dari orang lain.

  • Mampu bersyukur dan bahagia atas keberhasilan orang lain, tanpa merasa iri atau dengki.

  • Selalu menghargai setiap nikmat yang diberikan Allah, sekecil apapun, dan selalu mengucapkan syukur.

  • Selalu mau berkorban untuk kepentingan orang lain.

  • Bersedia memberikan sesuatu yang berharga atau melakukan usaha ekstra untuk membantu orang lain.

  • Selalu bersemangat dan pantang menyerah dalam menghadapi cobaan, karena yakin bahwa Allah akan memberikan jalan keluar.

  • Selalu menghindari pikiran dan perbuatan negatif, serta berusaha menjaga hatinya tetap bersih dari penyakit hati.

  • Mampu menahan diri dari keluhan atau kemarahan saat menghadapi kesulitan, dan selalu bersabar dalam menghadapi cobaan.

Contoh sikap ikhlas sahabat Nabi

Dalam sebuah peperangan, Ali bin Abi Thalib berhadapan satu lawan satu dengan seorang kafir Quraisy. Keduanya beradu pedang. Saat lawannya terjatuh, Ali bin Abi Thalib segera akan menusukkan pedangnya ke tubuh lawan.

Tapi tiba-tiba, si lawan meludahi muka Ali bin Abi Thalib. Ali pun membatalkan niatnya menusuk si lawan. Ia kemudian berbalik dan berjalan meninggalkan lawannya.

Saat ditanya oleh sahabat yang lain, "Kenapa meninggalkan lawannya?'

 Ali menjawab, "Aku takut, saat membunuh dia didasari karena marah, bukan karena Allah."

Kisah lengkapnya sudah saya ditulis di cerpen berjudul Berperang Bukan karena Nafsu.

Iblis tidak sanggup menggoda orang yang ikhlas

Saat diusir dari surga karena tidak mau bersujud kepada Nabi Adam, iblis berjanji akan menggoda keturunan Nabi Adam (manusia) supaya ikut dengannya saat dimasukkan ke dalam neraka.

Saya pernah menulis ini di artikel berjudul 'Deklarasi Iblis'.

Janji iblis ini disebutkan di dalam surat al-Hijr dari ayat ke-30 sampai ayat ke-40.

Di ayat 39 dan 40, iblis mengatakan bahwa manusia-manusia akan tergoda olehnya, kecuali orang-orang yang ikhlas.

Semoga kita diberi kekuatan untuk mampu bersikap ikhlas saat ibadah maupun saat melakukan perbuatan baik. 

#uripwid

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun