Puasa untuk Sehat Lahir dan Batin
Sehat Batin
Dalam sobekan catatan sejarahnya, sebagai seorang tokoh sosilog kawakan, Arnold J. Toynbee berpendapat bahwa "kejahatan yang paling mengerikan dalam kehidupan ini adalah "keserakahan". Tentu menjadi religion message yang sarat makna bagi kita. Sebuah pesan moral yang begitu mulia dimata manusia.
Relevan dengan Hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah memberi penjelasan berkenaan dengan fadhilah yang terkandung dalam bulan Ramadan, yang artinya: "Apabila bulan ramadan telah datang, maka dibukakan pintu rahmat (surga), dan dikunci pintu neraka, serta dikuncilah setan-setan". (Shahih Muslim).
Secara etimologi, istilah ramadan berasal dari kata ramadha yang artinya pembakaran. Dari makna generiknya tersebut ramadan diartikan sebagai ruang pembakaran atau pemasungan hawa nafsu (sifat-sifat kebinatangan) dalam diri manusia, melalui ritual-ritual khusus (baca: puasa). Sifat-sifat kebinatangan---keserakahan inilah yang dinisbatkan Toynbee sebagai kejahatan manusia yang paling mengerikan.
Lebih jauh, Toynbee memaknai keserakahan sebagai wujud dari watak eksploitatif yang banyak melahirkan efek negatif dalam interaksi kehidupan sosial. Keserakahan meminjam istilahnya Jalaluddin Rahmat---merupakan praktik keangkuhan dari nafsu kebinatangan (al-baha'imiyah) yang selalu menjatuhkan manusia dari derajat kemanusiaannya kepada derajat binatang---bahkan lebih rendah dari seekor binatang.
Begitupun Dante dalam sebuah buku syairnya Davina Comedia, mengatakan bahwa manusia memulai kehidupannya dalam alam kebahagiaan---ia menyebutnya sebagai alam paradio, karena manusia terbebas dari keinginan. Hal senada dituangkan Iwan Fals dalam penggalan syair lagunya berjudul 'Seperti Matahari' yang memposisikan keinginan sebagai sumber penderitaan.
Ironis memang, disatu sisi keinginan merupakan fitrah yang menjadikan kehidupan manusia bertahan dan berkembang. Namun disisi lain karena keinginan berlebihan manusia mengalami penurunan kualitas ruhiyah, sehingga terseret dari alam ruhani kealam materi dan terjatuh---meminjam bahasanya Dante kedalam alam inferno atau kesengsaraan.
Dalam bulan inilah manusia diberikan kesempatan untuk kembali meraih kebahagiaan melalui ibadah puasa. Bukankah secara lahiriyah dalam berpuasa kita diwajibkan untuk menahan hawa nafsu---yang dinisbatkan sebagai musuh terbesar bagi manusia? Proses kembali menuju kebahagiaan inilah yang disebut Dante sebagai alam purgatorio.
Puasa membimbing kita untuk sehat secara batin. Pertama, puasa mengajarkan disiplin dan jujur kepada diri sendiri. Hanya kita dan Allah-lah yang mengetahui benar tidaknya kita menjalankan ibadah puasa. Kedua, Puasa mendidik kita untuk bisa berbuat arif. Artinya adanya keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan ruhani dan jasamani.
Ketiga, puasa mendidik kita untuk belajar membatasi kebebasan. Derasnya arus tuntutan kebebasan, tanpa disadari telah memunculkan pandangan-pandangan yang memposisikan kebebasan sebagai sesuatu yang integral dan tanpa batas. Puasa sebagai kendali supaya kita terjebak kedalam tindakan yang tiran dan menyimpang dari norma-norma agama dan sosial.
Keempat, Puasa mendidik kita agar lebih memiliki rasa kepedulian sosial. Berpuasa melatih untuk merasakan rasa lapar dan dahaga yang telah terbiasa masyarakat miskin rasakan. Terlebih ditengah pandemi Covid-19 ini, himpitan krisis ekonomi terus menggejala, tak sedikit sudara-saudara kita yang menjadi korban. Wallahu'alam bi ash showab.
Penulis adalah peminat masalah sosial, politik dan keagamaan. Tinggal di Depok.