Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...
Cerpen | Denada
Entah apa. Ada sebuah kekuatan yang menggerakkan Denada untuk segera pulang. Harus, kata hatinya. Denada tidak tahu memulainya dari mana. Ia sudah terlanjur jatuh hati pada tempat ini. Di sini ia menemukan kedamaian. Kelembutan dan perhatian bu Astrid membuatnya tenang. Tetapi kekuatan batinnya yang menyuruh pulang lebih kuat.
"Pulanglah. Mamamu menunggu." terngiang kembali kata-kata Pring. "Aku yakin, kamu lembut." kata itu berulang-ulang menggema di kepalanya. Ya. Ia memang harus pulang.
Setelah meminta maaf pada bu Astrid karena selama ini telah menganggu, ia berpamitan. Bu Astrid dengan hati berat melepas kepergian Denada. Sebenarnya ia senang ada Denada. Tetapi, ia tak bisa menolak dan harus menerima kenyataan bahwa suatu saat Denada pasti akan pergi.
"Dena akan sering kemari, ibu. Jangan khawatir. Ibu sudah kuanggap ibu sendiri. Maafkan Dena, jika banyak salah."
Mereka berpelukan erat.
***
Azan isyak baru saja berkumandang, ketika Denada sampai rumah. Suasana sepi seperti biasanya. Tetapi mobil papanya ada. Juga mamanya. Tumben mereka sudah ada di rumah? Biasanya hingga larut malam mereka baru tiba di rumah.
Dulu, rumah ini sepi. Karena Denada anak tunggal. Memang secara materi ia berlimpah. Segala yang ia mau selalu ada. Tetapi ia hanya tinggal dengan Mbok Sur. Pengasuhnya dari kecil hingga sekarang. Bahkan pernah ia merasa, bahwa ia adalah anaknya Mbok Sur.
Tak pernah ada sentuhan ibadah. Kecuali ketika guru ngajinya datang mengajarinya iqra dan salat.
Mama papanya benar-benar orang yang sibuk.
Denada masuk rumah. Tidak ada sahutan saat ia mengucapkan salam. Saat ditengoknya kamar orang tuanya. Ia terkejut. Hei, benarkah apa yang ia lihat? Denada mengucak-ngucak kedua matanya beberapa kali. Mungkin ia sedang bermimpi.