Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Administrasi

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Jangan Minder, Sahur Tetap Bisa Maksimal Walau dengan Makanan Instan

3 Mei 2020   14:21 Diperbarui: 3 Mei 2020   14:28 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan Minder, Sahur Tetap Bisa Maksimal Walau dengan Makanan Instan
Bubur instan dengan tambahan telur rebus dan sayuran (dok. pri).

Salah satu keteledoran yang kerap terjadi setiap menjalani ibadah puasa Ramadan ialah terlambat bangun menjelang sahur. Ini perlu dihindari karena sahur memiliki keutamaan tersendiri.

Namun, masih saja sering berulang kejadiannya. Tidak selalu berarti melewatkan sahur. Barangkali hanya waktu bangunnya yang terlalu dekat dengan imsak atau subuh sehingga kita tak punya cukup waktu untuk menyiapkan hidangan sahur.

Begitulah yang saya alami pada Minggu, 26 April 2020 lalu. Pagi itu saya baru terjaga pukul 04.05. Artinya, saya hanya punya waktu delapan menit untuk makan sahur sebelum imsak pukul 04.13 dan subuh 10 menit kemudian.

Tentu tak banyak pilihan bagi saya dengan waktu sesingkat itu. Baik menyiapkan makanan di dapur atau keluar menuju warung terdekat sama-sama sulit. Akhirnya saya bersahur dengan sekeping biskuit dan beberapa butir kurma. Setelahnya saya tutup dengan air putih.

Pengalaman pagi itu akhirnya mendorong saya untuk mempertimbangkan belanja makanan instan yang bisa disiapkan lebih cepat untuk sahur. Pilihannya tak jauh dari mie instan atau makanan kaleng.

Namun, saya menghendaki makanan penyelamat yang lain. Lagipula makanan kaleng seperti sarden sangat tidak cocok dengan lidah saya selama ini. Saya tidak berselera jika dihidangkan ikan siap saji dalam kemasan itu.


Singkat cerita saya memilih bubur instan yang tersedia di supermarket langganan. Kalau  melihat petunjuk penyajian pada penutup kemasannya, bubur instan ini lumayan bisa jadi penyelamat sahur. Akan tetapi bagi saya masih perlu sedikit tambahan dan modifikasi karena bagaimanapun makanan instan tidak selengkap masakan yang disiapkan langsung dari bahan-bahan segar.

Maka beginilah saya menyiapkan bubur instan pada kesempatan sahur berikutnya. Untuk menambah protein dan vitamin saya menyiapkan telur, jagung manis, dan tauge. Ketiganya bisa diolah secara mudah dan cepat. Selain itu tidak membutuhkan peralatan masak yang rumit di dapur. Beruntung ada alat pengukus dan teko elektrik yang serba guna.

Pertama-tama saya menyiapkan telur rebus. Butuh waktu sekitar 15 menit untuk mematangkan telur dengan alat pengukus. Dengan alat yang sama saya merebus jagung manis dan tauge. Agar tidak overcooked, tauge dimasukkan terakhir setelah air benar-benar mendidih. 

Bahan-bahan racikan
Bahan-bahan racikan
Selanjutnya menyeduh bubur instan dengan air panas. Aduk bubur sampai airnya merata, lalu diamkan hingga mengental. Tuangkan bahan pelangkap yang disertakan dalam kemasan. Komposisinya mirip dengan bahan pelengkap mie instan, yakni minyak, saus, bumbu gurih, abon, dan kerupuk. Terakhir tinggal menambahkan telur, jagung, dan tauge rebus. Tak lupa kecap manis karena saya penyuka kecap.

Bagaimana hasilnya? Yang jelas lidah saya bisa menerimanya. Tekstur buburnya yang lembut dan padat sepintas tak jauh berbeda dengan bubur yang diolah dari beras pada umumnya. Paduan bumbunya memberi cita rasa umum gurih dan asin.

Sahur dengan bubur (dok. pri).
Sahur dengan bubur (dok. pri).
Berikutnya tergantung bagaimana cara menikmati bubur sesuai selera. Apakah diaduk atau tidak perlu diaduk. Saya cenderung berada di kubu tidak diaduk. Dengan tambahan telur rebus, jagung manis, dan tauge rasanya jadi bertambah nikmat dan tidak membosankan. Sayang jika harus diaduk.

Lebih dari itu, yang terpenting sahur tetap bisa maksimal meski hanya dengan makanan instan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun