Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana
Mudik Gratis, Saat Negara Hadir Melayani Rakyatnya Meski Hanya Sekali Setahun
"Totalitas negara dan pemerintah dalam melayani masyarakat secara maksimal selama mudik lebaran perlu dijadikan momentum untuk membangun kualitas pelayanan publik yang berkelanjutan. Agar kehadiran negara tak hanya dirasakan sekali dalam setahun"
Kapan, di mana, dan pada saat apa kehadiran negara dan pemerintah dirasakan maksimal oleh rakyatnya?
Saat bencana dan pandemi? Barangkali iya. Lewat bantuan-bantuan, pertolongan medis, serta kunjungan para pejabat pemerintah, negara berupaya memahami derita rakyat. Namun, masih saja bantuan-bantuan itu dikorupsi. Pejabat hadir bukan menjadi penolong, malah sebagai parasit.
Dalam bidang pendidikan negara juga hadir. Amanat konstitusi mewajibkan itu. Negara bertanggung jawab membangun pendidikan untuk mencerdaskan bangsa. Pemerintah wajib melayani hak-hak pendidikan setiap warga. Akan tetapi di sana sini masih banyak dijumpai sekolah rusak. Sementara kantor-kantor pajak dibangun paling megah di hampir semua kota.
Kesejahteraan guru pun terabaikan. Sedangkan para pekerja pajak dan bea cukai menikmati gaji, bonus serta fasilitas yang berlimpahan. Ternyata pendidikan masih jadi anak tiri.
Atau dalam bidang kesehatan negara hadir? Tentu ada peran dan kehadiran negara di sana. Contohnya melalui BPJS Kesehatan. Namun, berulang kali pula tersiar kabar meninggalnya ibu dan anak dalam kandungannya akibat sulit mengakses layanan kesehatan dasar. Jauh mereka ditandu melewati jalanan rusak, hingga akhirnya tak tertolong.
Dalam urusan hukum negara juga berusaha hadir. Lewat para aparatnya yang tersebar hingga ke desa-desa. Namun, terlalu banyak fakta buruk yang sulit ditutupi. Aparat melakukan pungli, intimidasi, menjual narkoba, bahkan mendalangi aksi kejahatan seperti pembunuhan. Rakyat yang mencari keadilan terabaikan. Keluhan dan laporannya tak didengar. Baru diproses saat viral dan ada instruksi dari Kapolri. Negara belum sepenuhnya hadir menjamin keadilan bagi rakyatnya.
Lalu apakah artinya negara tak sungguh-sungguh melayani kebutuhan dan hak rakyatnya?
Tentu negara telah hadir melayani kebutuhan rakyatnya dengan baik. Meski hanya sekali dalam satu tahun, ada momen di mana kita bisa benar-benar merasakan kehadiran negara dan pemerintah. Yakni saat mudik lebaran.
Tengoklah setiap menjelang Idulfitri. Segenap sumber daya dan lini layanan pemerintah digelar secara besar-besaran. Pos-pos keamanan dibangun di sepanjang rute mudik. Polisi-polisi bertugas selama 24 jam memberi rasa aman.
Posko-posko kesehatan bertebaran di pojok persimpangan jalan sampai perbatasan kota. Pos-pos kesehatan itu buka siang malam dan ditunggui oleh petugas medis. Padahal saat hari-hari biasa layanan kesehatan di puskesmas kerap tak optimal. Seringkali tidak ada dokter yang berjaga dan kadang kekurangan stok obat.
Menjelang musim mudik perbaikan jalan juga dilakukan. Aspal yang buruk kondisinya segera dipermulus. Lampu-lampu penerang dan rambu jalan dipasang. Sementara ruas-ruas jalan tol baru dibuka dengan tarif diskon. Tempat-tempat peristirahatan atau rest area juga dilengkapi fasilitasnya. Semua itu demi melayani rakyat yang mudik.
Terminal, stasiun, dan pelabuhan bersolek. Toilet yang semula seadanya, mendadak bersih. Bilik menyusui yang biasanya terbengkalai dipermak menjadi ruangan yang sejuk dan nyaman.
Bis-bis ditambah jumlahnya. Rangkaian kereta diperbanyak sekaligus ditambah jam keberangkatannya. Kapal-kapal juga demikian. Bahkan, kapal-kapal milik angkatan bersenjata ikut dikerahkan untuk membawa masyarakat pemudik.
Tempat-tempat pengisian bahan bakar beroperasi nonstop. Bahkan, diadakan layanan SPBU mobile untuk menjangkau pemudik yang kehabisan bahan bakar di tengah kemacetan.
Sungguh saat mudik negara dan pemerintah telah hadir. Setiap menjelang lebaran layanan untuk masyarakat berfungsi sebagaimana diharapkan. Mereka nyaris sempurna bekerja maksimal demi rakyat yang mudik.
Seolah tak cukup hanya memperbaiki jalan, mendirikan pos keamanan dan kesehatan, serta menambah armada angkutan, negara juga giat mengajak rakyatnya agar mengikuti program mudik gratis demi kenyamanan dan keselamatan.
Lagi-lagi negara hadir melayani dengan penuh totalitas. Rakyat diberi kemudahan untuk menumpang bis, kereta, kapal, bahkan pesawat tanpa dipungut biaya. Bahkan, melalui sinergi antara lembaga pemerintah dan swasta, masyarakat peserta mudik gratis bisa mendapat uang saku atau oleh-oleh secara cuma-cuma.
Tak terhitung banyaknya anggaran yang dikeluarkan oleh negara untuk melayani mudik rakyatnya. Begitu banyak sumber daya yang dikerahkan untuk memberikan layanan mudik gratis. Apalagi setiap tahun animo masyarakat terus meningkat. Sebab mudik gratis selain aman dan nyaman, juga terjamin sampai ke kota kampung halaman.
Belakangan mudik gratis tak hanya mengangkut manusia. Melainkan juga mengangkut kendaraan para pemudik secara cuma-cuma.
Kurang totalitas apalagi negara dalam melayani rakyatnya? Lewat momen lebaran dan mudik gratis, negara nyata hadir.
Sayangnya ketika lebaran usai dan musim mudik berakhir, semuanya seperti kembali ke "setelan pabrik". Pelayanan publik menurun lagi kualitasnya. Terminal-terminal kembali kumuh. Jalanan yang rusak dan gelap dibiarkan lama tanpa perbaikan. Sebagian petugas dan aparat kembali malas melayani rakyat. Untuk sementara negara seolah telah selesai memenuhi semua kewajibannya.
Padahal, perubahan positif yang tercipta selama lebaran dan musim mudik mestinya menjadi momentum untuk membangun pelayanan publik yang semakin baik dan berkelanjutan.
Hadirnya negara mestinya tak hanya sekali dalam setahun. Etos kerja melayani rakyat dengan penuh totalitas seharusnya ditunjukkan tak hanya melalui mudik gratis.
Meski demikian, apresiasi tetap perlu kita berikan kepada negara dan para aparat yang telah bekerja keras melayani rakyat selama musim mudik lebaran. Terima kasih patut kita berikan karena program mudik gratis selama ini telah mengantarkan ribuan atau mungkin jutaan rakyat Indonesia pulang ke kampung halamannya dengan nyaman, selamat, dan bahagia.