Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Human Resources

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Kreatif dengan Madu, Sebuah Gaya Hidup Sehat

4 Mei 2021   20:51 Diperbarui: 4 Mei 2021   21:27 1306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kreatif dengan Madu, Sebuah Gaya Hidup Sehat
Kojima hadir melengkapi empon-empon favorit kami (foto: widikurniawan)

Awal Maret 2020 lalu, saat pandemi virus corona mulai menyerang dunia, sebagian besar masyarakat mulai menyatakan diri untuk beraktivitas di rumah saja. Tagar #dirumahaja menjadi sesuatu yang terasa harus diperjuangkan. Ya, kapan lagi bekerja maupun berdiam diri di rumah bisa dianggap sebagai pejuang. Covid-19 memang harus dilawan, itulah tekad kami sekeluarga.

Untuk perbekalan #dirumahaja, isteri saya membeli barang-barang kebutuhan untuk memperkuat imun tubuh seperti vitamin, susu, madu hingga empon-empon seperti jahe, sereh, dan lain-lainnya.

"Ngapain Bun? Mau buka warung?" tanya saya kala itu, dan disambut tatapan tajam khas seorang isteri. Tajam tapi mesra.

Sebenarnya saya tidak terlalu kaget dengan hal itu. Sebelumnya kami pun sudah terbiasa mengonsumsi minuman dari rebusan jahe, sereh, lemon dan madu. Perpaduan bahan-bahan itu nyatanya memiliki efek untuk kebugaran tubuh.

Isteri saya bahkan sempat merasakan manfaat minuman itu untuk memperlancar haid. Sedangkan saya, meskipun sempat harus dipaksa untuk meminum saat pertama kali, merasakan manfaatnya yakni badan lebih segar dan tidur lebih nyenyak.

Cara membuatnya cukup sederhana. Jahe yang sudah dibersihkan kita potong-potong dalam ukuran yang pas, nggak kegedean atau kekecilan. Lalu batang sereh muda sekira 4 atau 5 batang kita potong pendek. Jika repot memotong dengan pisau, lebih praktis memotong pakai gunting dapur.

Rebus bahan-bahan itu dengan air kira-kira dua gelas. Setelah mendidih pindahkan ke tempat seperti teko atau gelas jumbo. Jangan lupa potong buah lemon dan kucurkan air perasannya. Tunggu tak lebih dari setengah jam agar minuman siap.

Kenapa tidak langsung diminum saja? Ya, sebaiknya jangan karena air rebusannya kan baru saja mendidih. Bisa bahaya tuh bibir.

Jika sudah siap minum, kita pindahkan ke dua gelas yang lebih kecil. Nah, untuk masing-masing gelas tinggal dicampur madu kira-kira satu sendok makan. Diaduk rata dan nikmati dengan mata separuh merem supaya lebih nikmat.

Inilah penampakan minuman andalan kami, rebusan jahe, sereh, lemon plus madu KOJIMA (foto: widikurniawan)
Inilah penampakan minuman andalan kami, rebusan jahe, sereh, lemon plus madu KOJIMA (foto: widikurniawan)
Hanya saja, seiring waktu, kombinasi jahe, sereh, lemon, dan madu itu mulai kendor. Mereka seolah tidak kompak lagi sebagai satu kesatuan sumber kebugaran bagi keluarga kami. Masalah utamanya adalah madu.

Terkadang kami membeli madu tanpa merk yang dikira asli ternyata rasanya meragukan. Ujung-ujungnya justru terasa pahit, lebih tepatnya pahit mengingat harganya yang mahal keterlaluan.

Alhasil, karena tanpa madu enggak seru, maka kami pun mencoba sesuatu yang baru. So, terpilihlah KOJIMA. Produk ini sebenarnya madu juga, tapi lebih tepatnya adalah madu dengan 3 kebaikan yaitu korma, jinten (habbatussauda), dan madu. Tiga serangkai bahan yang mumpuni untuk menjaga kesehatan tubuh.

Segar dan mantap rasanya, sehat pula khasiatnya (foto: widikurniawan)
Segar dan mantap rasanya, sehat pula khasiatnya (foto: widikurniawan)
Nggak susah untuk mendapatkan KOJIMA, karena di apotek dekat rumah saya pun tersedia. Ada yang kemasan stick pack bagi yang suka hal praktis dengan sekali minum dengan lahap. Tapi favorit saya adalah kemasan botol 140 mililiter yang unik.

Hal ini sesuai dengan pemanfaatan KOJIMA di rumah kami yang lebih kerap ditambahkan pada rebusan jahe, sereh, dan lemon yang selama ini kami percayai mampu meningkatkan daya tubuh. KOJIMA juga disukai anak-anak kami, dan faktanya produk ini memang bisa dinikmati oleh segala usia di atas dua tahun.

Hasilnya memang bukan kaleng-kaleng. Sejak KOJIMA datang, kreasi rebusan jahe, sereh, dan lemon andalan kami jadi lebih sedap dan terasa lebih menyehatkan.

Bayangkan saja, korma sendiri sudah dikenal sebagai sumber energi dan mampu meningkatkan sistem imunitas tubuh. Korma dikenal mengandung senyawa fenolik dan karotenoid yang mendukung sistem kekebalan tubuh. Namun, kan nggak mungkin saya ngulek sendiri korma supaya jadi bahan pelengkap minuman? Jadi aneh dong. Itulah mengapa KOJIMA jadi solusi yang patut disyukuri.

Demikian pula jinten hitam alias habbatussauda yang dikenal sangat ahli melawan infeksi dan mencegah kanker. Sebelumnya saya nggak kepikiran mencampur jinten hitam dalam rebusan andalan kami. Tapi berkat KOJIMA, kini lengkap sudah minuman favorit kami yang pastinya sangat gagah apabila berhadapan dengan berbagai macam sumber penyakit.

Kreasi lain yang biasa kami praktikkan di rumah adalah teh panas dicampur madu plus dicelup batang sereh. Pastinya nikmat benar diminum saat buka puasa di bulan Ramadan seperti saat ini. Terlebih karena madunya pakai KOJIMA yang artinya mengandung nutrisi yang baik bagi tubuh kita.

Isteri saya lah yang mengawali kebiasaan menggantikan gula pasir sebagai pemanis minuman teh dengan madu.

"Kalau pakai madu, rasa tehnya tuh jadi light di sekitar lidah dan area tenggorokan. Ringan gitu deh, lebih seger aja, soalnya kalau pakai gula pasir rasanya jadi lebih tebal gitu," terang isteri saya.

Walau saya agak mengernyitkan dahi mendengar istilah seperti "rasanya light" atau "tebal" itu, tapi saya memilih untuk mencoba memahami substansinya. Intinya memang lebih nikmat perpaduan teh, madu yang dicelupin batang sereh, dan tentu saja madunya pakai KOJIMA.

Ini dia minuman teh dengan manis madu KOJIMA ditambah celupan batang sereh (foto: widikurniawan)
Ini dia minuman teh dengan manis madu KOJIMA ditambah celupan batang sereh (foto: widikurniawan)
Kini tak terasa pandemi Covid-19 sudah memasuki tahun kedua, bahkan tinggal dalam hitungan hari lagi jadi genap dua kali ramadan dan dua kali lebaran. Namun, syukurlah dalam periode ini keluarga kami masih mendapat lindungan dari penyakit yang berbahaya. Bahkan penyakit pasaran yang sebelumnya rutin setidaknya setahun sekali hinggap ke rumah kami, seperti batuk dan pilek, seolah enggan hadir di kala pandemi ini.

Menerapkan protokol kesehatan, istirahat cukup, olah raga cukup, makan cukup, minum pun cukup serta berikhtiar dengan berkreasi dengan madu dan bahan-bahan alami di atas adalah cara kami bertahan dari kepungan sumber penyakit yang berbahaya. Bisa dikatakan, inilah gaya hidup baru kami, gaya hidup yang lebih menitikberatkan pada kepedulian menjaga kesehatan diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Content Competition Selengkapnya

15 March 2024

MYSTERY CHALANGE

Mystery Challenge | Video Youtube to KGNow Semarak Pasar Takjil
ramadan bercerita 2024  ramadan bercerita 2024 hari 5 
16 March 2024
Lokasi Ngabuburit Favorit
ramadan bercerita 2024 ramadan bercerita 2024 hari 6
17 March 2024
Menu Sahur Tinggi Serat
ramadan bercerita 2024 ramadan bercerita 2024 hari 7

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun