Agus Sutisna
Agus Sutisna Dosen

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Ramadhan Talks (19): Lailatul Qadar dan Resonansi Sosialnya

7 April 2024   16:10 Diperbarui: 8 April 2024   08:59 1375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadhan Talks (19): Lailatul Qadar dan Resonansi Sosialnya
Ilustrasi-- Umat Islam melakukan tadarus Al Quran di Masjid Nurul Bilad di KEK Pariwisata Mandalika, Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Rabu (13/4/2022).(ANTARA FOTO/AHMAD SUBAIDI)

Salah satu keistimewaan Ramadhan adalah Lailatul Qadar (Malam Kemuliaan). Momen satu malam di sepuluh hari terakhir Ramadhan yang mengandung banyak hikmah dan keberkahan. 

Sebagaimana sabda Rosulullah, "Carilah Lailatul Qadar itu di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan." (HR. Imam Bukhari). Hanya satu malam, yang menurut para Ulama ada di malam-malam tanggal ganjil. Dan momen superlangka ini hanya hadir di bulan Ramadhan.

Didalam Al Quran, Lailatul Qadar secara eksplisit disebut dalam surat Al Qodr (5 ayat). "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar."

Sementara di dalam surat Ad Dukhan ayat 3, Allah menyebutnya dengan Lailatin Mubarokatin (Malam yang Diberkahi). "Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan." Yang diturunkan itu maksudnya adalah Al Quran.

www.suara.com
www.suara.com

Makna Lailatul Qadar 

Berdasarkan firman Allah itu, para Ulama kemudian merumuskan tiga hakikat makna Lailatul Qadar berikut ini.

Pertama "Malam Ketetapan." Istilah ini mencakup sedikitnya dua maksud atau pengertian. Yakni ketetapan Allah tentang perjalanan hidup manusia dalam satu tahun kedepan, dan penetapan dimulainya langkah awal misi Nabi Muhammad SAW menyampaikan risalah Islam dan perjuangan menegakannya.


Kedua, "Malam Kemuliaan." Istilah ini juga merujuk pada dua cakupan maksud atau pengertian. Yakni berkenaan dengan diturunkannya Al Quran dari Lauhil Mahfudz ke Baitul Izzah (langit dunia) dan limpahan pahala yang bernilai lebih dari seribu bulan dari setiap amal baik yang dilakukan pada momen Lailatul Qadar ini.


Ketiga, "Malam yang Sempit." Maksudnya bahwa bumi menjadi sangat sempit karena demikian banyaknya malaikat yang turun membawa untuk mengantarkan keberkahan dan kedamaian serta menyapa dan menyalami orang-orang yang menghidupkan Lailatul Qadar dengan berbagai amalan ibadah seperti qiyamulail, tadarus Al Quran, berdoa, dan berdzikir.

Sebagimana sabda Nabi SAW dalam salah satu hadits, "Jika tiba Lailatul Qadar, malaikat Jibril turun dengan serombongan malaikat lalu mendoakan dan mengucapkan salam kepada setiap hamba yang berdiri atau duduk berdzikir mengingat Allah. Mereka turun dari terbenamnya matahari hingga terbit fajar." (HR. Imam Baihaqi). 

Hikmah dan Resonansi Sosial 

Lailatul Qadar sebagaimana makna tersebut di atas menyajikan banyak hikmah bagi siapa saja yang menghidupkannya dengan berbagai bentuk ibadah dan amalan-amalan muqorobah di malam itu.

Pertama, semua ibadah dan amalan baik di malam langka itu nilainya lebih baik dari ibadah dan amalan yang dilakukan selama seribu bulan. Sebagian ulama bahkan menafsirkan "seribu bulan" ini secara kualitatif, jadi bukan terhitung secara kuantitatif "seribu", melainkan beribu-beribu, unlimited.

Kedua, setiap orang yang menghidupkan Lailatul Qadar dengan berbagai bentuk ibadah dan amalan akan menerima limpahan keberkahan, karena Lailatul Qadar sendiri Allah nyatakan sebagai "malam yang diberkahi" (QS. Ad-Dukhan: 3)

Ketiga, orang yang menghidupkan Lailatul Qadar juga akan dikabulkan doa-doanya dan diampuni dosa-dosanya sebagaimana sabda Nabi SAW: "Barangsiapa menegakkan shalat pada malam Lailatul Qadr atas dorongan iman dan mengharap balasan (dari Allah), diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Imam Bukhari, Imam An Nasa'i, dan Imam Ahmad).

Keempat, orang yang menghidupkan Lailatul Qadar akan dimintakan ampunan atas dosa-dosanya sekaligus didoakan untuk segala kebaikan dunia dan akhirat oleh para Malaikat yang turun ke bumi di malam itu.

Kesemua hikmah itu tentu saja bisa diraih oleh siapapun sepanjang mau mengikhtiarkannya dengan sepenuh kesungguhan melalui totalitas penghambaan dan muroqobah kepada Allah, dan Allah kemudian ridho atas ikhtiarnya.

Lalu, adakah ciri atau tanda-tanda bahwa seseorang telah mendapatkan Lailatul Qadar yang agung itu? 

Para ulama dan cendekiawan muslim sependapat dalam hal ini, bahwa seseorang yang telah memperoleh Lailatul Qadar sedikitnya ditandai oleh dua hal.

Pertama, adanya perubahan karakter dan perilaku secara signifikan dalam pribadinya yang kemudian memancar sebagai cahaya dan mengalir serupa gelombang secara sosial. Yakni perubahan dari kondisi yang buruk ke kondisi yang baik. 

Hal ini didasarkan pada nalar bahwa para malaikat yang turun ke bumi itu (QS. Al Qodr: 3) membawa kebaikan dan keberkahan. Para malaikat sendiri adalah makhluk Allah yang hanya mengenal kebaikan dan condong hanya pada kebaikan.

Jadi, seorang yang memperoleh Lailatul Qadar, jika sebelumnya berwatak pendusta dan culas dia akan menjadi sosok berintegritas. Jika sebelumnya terbiasa mengkhianati janji dan komitmen dia akan menjadi sosok yang amanah. 

Berbagai watak buruk seperti koruptif, kolutif dan nepotistik; provokator, pemarah, pembenci, pendendam dan sebagainya akan punah dari jatidiri seseorang yang telah memperoleh Lailatul Qadar.

Kedua, seseorang yang telah memperoleh Lailatul Qadar juga akan memancarkan resonansi dan aura (vibes) kedamaian dan harmoni secara sosial. 

Vibes sosialnya kala berhadapan atau beinteraksi dengan siapapun dan dalam situasi apapun akan selalu menghadirkan kedamaian dan ketenangan. Sebagaimana ayat terakhir surat Al Qodr: "Salamun hiya hatta mathla'il fajr." Malam itu (penuh) kedamaian (kesejahteraan) sampai terbit fajar.

Dengan demikian para peraih Lailatul Qadar akan memiliki adab yang tinggi, akhlakul karimah dan etika yang mulia, serta memancarkan resonansi dan mengalirkan gelombang kebaikan yang dapat menciptakan ketenangan dan kedamaian dalam ruang-ruang kehidupan sosial.

Wallahu'alam Bishowab.

Artikel terkait: Ramadhan Talks (18): "Spiritualitas Mudik", Kembali ke Fitrah Pulang ke Negeri Akhirat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun