Agus Sutisna
Agus Sutisna Dosen

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama I Nominee Kompasiana Award 2024 - Best in Opinion

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Ramadhan Talks (20): Pesan Rosulullah Sebelum Ramadhan Berakhir

8 April 2024   23:20 Diperbarui: 8 April 2024   23:30 1226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadhan Talks (20): Pesan Rosulullah Sebelum Ramadhan Berakhir
www.dream.co.id

Ramadhan akan segera berakhir. Dan Rosulullah SAW menunjukan kepiluan tiada tara di hadapan para sahabatnya dengan mengatakan, bahkan langit, bumi dan para malaikatpun menangis saat Ramadhan berakhir.

Demikianlah apa yang diungkapkan dalam hadits riwayat Jabir bin Abdillah 'alaihissalam: 

"Ketika tiba akhir malam Ramadhan, langit, bumi dan malaikat menangis karena adanya musibah yang menimpa umat nabi Muhammad SAW. Sahabat bertanya, "Musibah apakah wahai Rasulullah?" Nabi menjawab: Berpisah dengan bulan Ramadhan. Sebab pada bulan ini doa dikabulkan dan sedekah diterima, kebaikan dilipatgandakan dan siksa dihentikan".

Sebagaimana diriwayatkan dalam banyak hadits, Ramadhan adalah syahrul mubarok, bulan penuh keberkahan. Makna berkah tidak lain adalah jiyadatul khoir, kebaikan yang melimpah. Melimpah karena meliputi setiap bentuk ibadah dan amalan baik manusia dengan nilai pahala yang berlipat dan tanpa batas.

Itulah sebabnya, dalam hadits yang lain Rasulullah mengatakan, "Seandainya umatku mengetahui keutamaan di bulan Ramadhan, maka sungguh mereka akan berharap setahun penuh Ramadhan." (H.R. Ibnu Khuzaimah)

Maka dengan berakhirnya Ramadhan, kesempatan untuk memperoleh keberkahan dan segala keutamaannya berkahir pula. Sementara tidak ada seorangpun yang tahu, bahkan juga Rosulullah SAW, apakah masih akan dipertemukan lagi dengan bulan Ramadhan berikutnya.

Seperti dikatakan Ibnu Rajab Al-Hambali dalam kitabnya, Lathaif Al-Ma'arif, "Bagaimana bisa seorang mukmin tidak menetes air mata ketika berpisah dengan Ramadhan, sedangkan ia tidak tahu apakah masih ada sisa umurnya untuk berjumpa lagi."

Mengubah Musibah Menjadi Berkah

Tetapi, sungguh demikian tragiskah nasib umat Islam di hadapan Allah SWT ketika Ramadhan berakhir? Bisa iya, bisa juga tidak. Bergantung bagaimana seorang muslim mengambil pilihan hidup pasca Idul Fitri nanti.

Jika seorang muslim, disadari atau tidak, menjadikan Ramadhan sekadar momen ritual rutin belaka, sekadar menggugurkan kewajiban syar'i. Dan tidak menjadikannya sebagai momentum untuk memperbarui kualitas pribadinya sebagai seorang hamba, maka tragedi itu, musibah yang dimaksud Rosulullah itu sangat mungkin terjadi.

Sebab dengan cara penyikapan yang demikian, maka nilai-nilai substantif (hakikiyah) dari ibadah puasa, sholat malamnya (tarawih, tahajud dan witir), tadarus Al Quran, sedekah, zakat fitrah, bahkan tirakatnya menjemput lailatul qodar serta perilaku sosial yang menyertainya seperti sabar, ikhlas, empati dan peduli, serta toleran dengan sendirinya akan berakhir.

Semua nilai dari berbagai ibadah yang dilakukannya sepanjang Ramadhan akan berhenti saat Ramadhan berakhir dan tidak mengalir sebagai gelombang pembaruan kualitas pribadi (baik dimensi relijiusitas maupun spiritualitas) pada sebelas bulan berikutnya.

Tetapi sebaliknya, jika seorang muslim menjadikan Ramadhan sebagai momen untuk muhasabah (refleksi, mawas diri), tazkiyatunnafsi, dan yang paling penting diproyeksikan sebagai kesempatan untuk memperbarui kualitas ketaqwaan dari waktu ke waktu, meningkatan derajat relijiusitas dan spiritualitas sebagai hamba Allah secara berkesinambungan, tentu saja musibah atau tragedi itu bisa dihindari.

Sebagaimana firman Allah dalam Al Quran surat Al-Hasyr ayat 18: 

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Maka dengan demikian, Ramadhan sebagai momentum boleh berakhir, tetapi nilai-nilai substantif ubudiyah dan perilaku keseharian yang telah dihidupkannya sepanjang Ramadhan akan terus menyala pada sebelas bulan berikutnya hingga kelak, jika Allah masih memberi kesempatan usia, dipertemukan lagi dengan Ramadhan tahun berikutnya. Keywordnya adalah istiqomah dengan apa yang telah dijalaninya selama Ramadhan.

Dan jangan pernah lupa, Allas SWT, di dalam maupun di luar Ramadhan, sesungguhnya tetap saja Maha Rahman dan Rahim (Pengasih dan Penyayang), Maha Pengampun, dan Maha Pengijabah segala doa.

Doa Menjelang Ramadhan Berakhir    

Dalam kaitan itulah Rosulullah SAW kemudian mengajarkan kepada para sahabat dan umatnya beberapa doa relevan menjelang akhir Ramadhan, beberapa doa penting ini adalah sebagai berikut.

"Ya Allah, janganlah Kau jadikan puasa ini yang terakhir dalam hidupku. Jika Engkau menjadikan sebaliknya (sebagai puasa terakhir), jadikanlah aku sebagai orang yang Engkau sayangi dan jangan jadikan aku sebagai orang yang Engkau jauhi." 

Terkait doa itu, didalam hadits Jabir bin Abdillah dari Muhammad al Mustafa, Rosulullah SAW memberi kabar sekaligus motivasi, "Siapa yang membaca doa ini pada hari terakhir Ramadan, ia akan mendapatkan salah satu dari dua kebaikan, yakni antara menjumpai Ramadan mendatang atau pengampunan dan rahmat Allah."

Doa lainnya yang relevan, yang lazim diamalkan oleh para Ulama agar kita bisa dipertemukan lagi dengan Ramadhan berikutnya: "Allahumma sallimni ila ramadhana wa sallim li ramadhana wa tasallamhu minni mutaqabbala." (Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadan dan antarkanlah Ramadan kepadaku dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadan).

Dan akhirnya, doa yang tidak kalah penting yang juga lazim dibacakan para Imam usai sholat Tarawih sepanjang Ramadhan: 

"Rabbana taqabbal minna shiyamana wa qiyamana wa ruku'ana wa sujudana wa tilawatana innaka antas sami'ul alim". Wahai Tuhan kami terimalah puasa kami, salat kami, rukuk kami, sujud kami, dan tilawah kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Semoga manfaat. Wallahu'alam Bihsowab.

Artikel terkait: https://www.kompasiana.com/www.tisna_1965.com/6612610cde948f7cf66a6592/ramadhan-talks-19-lailatul-qodar-dan-resonansi-sosialnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun