Travelling susur tempat bersejarah seperti candi-candi peninggalan nenek moyang, bangunan kuno, dan mengulik sejarahnya adalah hal yang sangat saya sukai disamping profesi sebagai pendidik anak usia dini.
Ketika Dia Pergi (Part II)
Sesungguhnya, sepeninggal Kang Badrun, banyak laki-laki yang ingin melamar Yu Partinah menjadi istrinya. Tapi Yu Partinah masih bertahan dengan kesendiriannya. Kang Badrun belum tergantikan oleh siapapun di hatinya.
Gerimis perlahan menghilang. Yu Partinah meletakkan payungnya di samping makam. Suara desir angin beradu dengan dedaunan pohon kamboja mengalun lembut di telinga Yu Partinah seperti menyambut kedatangannya sore itu. Perlahan tangannya meraih serumpun perdu liar yang mulai tumbuh di sekitar makam. Yu Partinah kembali menghela nafas sambil merapatkan jaketnya. Jaket yang dulu selalu dipakai Kang Badrun kemanapun ia pergi. Suatu ketika, Ardan, anak lelakinya pernah meminta ijin untuk membawa jaket itu ke tempatnya mondok.
"Bu, bolehkah Kakak membawa jaket Ayah ke pondok?" tanya Ardan suatu hari via telepon. "Kakak kangen Ayah, Bu," imbuh Ardan lirih.
"Apa ndak kebesaran Le?" jawab Yu Partinah. "Besok kalau Ibu ada rejeki, Ibu belikan yang baru saja ya Le," imbuhnya. Ibunya tahu, saat itu putranya kangen dengan sosok ayahnya.
"Jangan lupa selalu doakan Ayahmu ya Le," ujar Yu Partinah kala itu.
Saat itu adalah saat awal Ardan mulai masuk ke pondok. Dan tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Ardan telah tumbuh menjadi pemuda gagah dan tampan. Prestasi di pondok tak diragukan lagi. Berbagai even kejuaraan ia dapatkan. Rasa syukur, bangga, haru sekaligus pilu beradu jadi satu, mengaduk perasaan Yu Partinah tiap kali Ardan menelepon untuk mengabarkan tentang prestasinya.
"Assalamu'alaikum, Ibu, apa kabar? Ibu sehat kan?" suara Ardan tempo hari via telepon.
"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh, Alhamdulillah Ibu sehat Le, kamu juga sehat to? Ibu wes kuangeeennnn banget Le, kapan Ardan pulang ke rumah?" jawab Ibunya yang selalu menantikan kabar dari putranya itu.
"Alhamdulillah, Kakak sehat Bu ...," jawab Ardan. "Bu ...," lanjutnya.
Suara Ardan tertahan, seperti ada sesuatu hal yang membuatnya ragu untuk melanjutkan ucapannya.
"Pripun Le? Apa kamu butuh sesuatu? Ibu punya sedikit simpanan kok Le, jangan khawatir," jawab Ibunya.