Travelling susur tempat bersejarah seperti candi-candi peninggalan nenek moyang, bangunan kuno, dan mengulik sejarahnya adalah hal yang sangat saya sukai disamping profesi sebagai pendidik anak usia dini.
Ketika Dia Pergi (Part II)
"Mboten Bu, semua kebutuhan Kakak Alhamdulillah sudah terpenuhi di sini. Kakak minta restu Ibu," Ardan kembali terdiam sesaat.
"Tadi pagi Pak Kyai Baharuddin mengundang Kakak untuk memberitahu bahwa pengajuan beasiswa Kakak untuk kuliah di Kairo disetujui. Kakak menunggu restu Ibu," ucap Ardan.
Suasana mendadak hening. Beberapa detik tak ada pembicaraan antara Ibu dan anak itu. Ardan bermaksud menunggu reaksi dan jawaban Ibunya, sedangkan Yu Partinah, suaranya seperti tercekat. Tenggorokannya tiba-tiba terasa sakit, ada rasa panas di matanya. Dan tak kuasa ia menahan buliran air mata yang mengucur deras tak terbendung. Yu Partinah tersedu-sedu. Rasa yang pernah ia dapatkan di awal kepergian putranya mondok, kembali membuncahkan dadanya. Ke Kairo?
"Harus berapa lama lagi aku menahan rindu kepada anakku, Ya Rabb," tangisnya pilu di qiyamul lailnya suatu malam.
Suara adzan asyar lamat-lamat terdengar dari area pemakaman. Yu Partinah masih duduk dekat makam suaminya. Sebuah dingklik kecil yang menyangga tubuhnya sedikit amblas ke dalam tanah. Tanah di area pemakaman masih basah dan berlumpur.
"Kang, Ardan putra kita ..., " suara Yu Partinah lirih. "Dia sangat membanggakan kita, Kang. Bulan depan Ardan berangkat ke Kairo untuk melanjutkan studi S1 nya. Seperti cita-cita Kang Badrun dulu," ucap Yu Partinah di hadapan makam almarhum Kang Badrun.
"Sampai kapan pun, aku akan menunggu kepulangan anak kita, kembali ke desa kita. Semoga kelak, ilmunya bermanfaat untuk umat Islam di desa kita ya, Kang," imbuh Yu Partinah sambil sesenggukan. Sebuah keinginan sederhana dari seorang Ibu yang menahan rindu kepada dua orang lelaki yang sangat dicintainya, almarhum Kang Badrun dan Ardan, putra semata wayangnya.
Sore makin menjelang, Yu Partinah ingat, ia masih mempunyai tanggungjawab untuk mengajar anak-anak di TPQ At Taqwa dan mempersiapkan buka bersama dengan mereka sampai jelang hari Idul Fitri tujuh hari ke depan. Semua ia jalani dengan penuh keihklasan.
Yu Partinah berjalan keluar dari area pemakaman. Langkahnya terasa ringan kini. Sebuah payung kecil tergenggam di tangan kirinya. Kakinya tersapu lumpur. Ia tak peduli.
Di depan gerbang pemakaman, Yu Partinah berhenti. Kabut tipis perlahan menghilang, oleh mentari yang tak malu lagi menampakkan sinarnya.
Islam mengajarkan bahwa segala perbuatan amal ibadah tidak akan diterima Allah, jika tidak disertai dengan sikap penuh keikhlasan. Hal ini disebutkan pada surat Q.S. al-Bayyinah (98): 5 yang berbunyi: