Travelling susur tempat bersejarah seperti candi-candi peninggalan nenek moyang, bangunan kuno, dan mengulik sejarahnya adalah hal yang sangat saya sukai disamping profesi sebagai pendidik anak usia dini.
Yu Sebloh, Oh Yu Sebloh!
"Sudah, biarkan saja, nanti kan datang sendiri ke sini," kata Pak Kyai Rustam dengan sabar saat mengetahui salah warga istimewanya yang satu ini.
"Baik Pak Kyai," kata Maryam yang menjadi MC di acara itu hanya mengangguk. Sebenarnya kesempatan untuk berkeliling lokasi akan diberikan, setelah kegiatan inti yaitu halal bihalal selesai.
Selanjutnya acara pun dilaksanakan dengan lancar dan penuh khidmat. Pak Kyai Rustam mengisi tausyiah tentang pentingnya saling memaafkan di antara warga di Desa Pakis, tidak hanya pada momen lebaran saja. Hendaknya, sikap toleransi, gotong royong, saling membantu, kekompakan dan rasa persatuan terus terjalin demi terjaganya ukhuwah Islamiyah di antara warga.
"Barang siapa yang senang dipanjangkan umurnya, diluaskan rezekinya, dan dijauhkan dari kematian yang buruk, maka hendaklah bertakwa kepada Allah dan menyambung silaturahim." (HR Imam Bazar, Imam Hakim).
"Dengan adanya momen berkumpul bersama dalam acara halal bihalal ini semoga bisa jadi momentum untuk semakin mempererat tali persaudaraan dan semoga kita semua yang berkumpul disini mendapatkan ridho Allah SWT, Wabilahitaufik walhidayah wassalamu'alaikum wr, wb," Pak Kyai Rustam mengakhiri tausiyahnya.
Acara pun dilanjutkan dengan bersalam-salaman dan dilanjutkan makan bersama yang sudah disiapkan dari pihak pengelola lokasi. Yu Sebloh belum nampak berada di lokasi itu.
"Mbakyu, kira-kira Yu Sebloh kemana ya? Kok sampai acara kita hampir selesai dia belum menampakkan diri juga, atau jangan-jangan ...," tanya Maryam kepada Yu Partinah. Belum sempat Yu Partinah menjawab, tiba-tiba Yu Sebloh datang dengan kondisi tak karuan. Sendal jinjitnya berada di tangannya. Baju setelan berenda berwanya oren yang dikenakannya terlihat basah kuyup, jilbabnya menyingkap hingga rambutnya keluar dan tampak menyembul dari jilbabnya, dan jalannya sedikit pincang! Ia terlihat menangis. Sontak semua anggota rombongan menatap Yu Sebloh. Sebagian ada yang tak bisa menahan tawanya, sebagian hanya terdiam melongo menyaksikan kejadian itu. Entahlah, ini kejadian yang ke berapa pada Yu Sebloh! Di sebelahnya ada 2 orang sekuriti yang mengantarnya.
"Ya Allah, apa yang terjadi pada Yu Sebloh?" teriak Maryam terkejut. Yu Partinah dan Maryam segera menyongsong Yu Sebloh. Maryam membawa selendang gendong milik Zahra, putrinya. Maryam berniat menutupi kepala Yu Sebloh dengan selendangnya karena rambut Yu Sebloh sudah keluar dari jilbabnya, dan tampak acak-acakan.
"Sini Yu, duduk dulu, nanti saya belikan baju di kios depan sana, supaya Yu Sebloh ndak masuk angin ya," kata Maryam sambil mengelap badan gempal Yu Sebloh yang basah.
"Ma .. maafkan saya Mbak Maryam, Yu Parti, saya ... saya, huuuuu ... huuu ...," jawab Yu Sebloh tak bisa melanjutkan perkataannya karena menangis.
"Maaf, Bapak, Ibu, saya mengantar Ibu ini, karena tadi Ibu ini jatuh ke kolam yang terletak dibagian barat dekat taman bunga sana. Ibu ini bersikeras tidak mau kami bantu untuk mengganti bajunya yang basah kuyup. Beliau hanya minta diantar ke rombongannya, begitu Bapak, Ibu," kata salah seorang sekuriti itu kepada Maryam dan Pak Kyai Rustam.