Yossie Fadlila Susanti
Yossie Fadlila Susanti Guru

Travelling susur tempat bersejarah seperti candi-candi peninggalan nenek moyang, bangunan kuno, dan mengulik sejarahnya adalah hal yang sangat saya sukai disamping profesi sebagai pendidik anak usia dini.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Yu Sebloh, Oh Yu Sebloh!

27 April 2023   12:21 Diperbarui: 28 April 2023   03:05 1952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yu Sebloh, Oh Yu Sebloh!
"Sumber Ilustrasi : Freepik

           

           Setelah 3 tahun tidak diselenggarakan Halal Bihahal karena pandemi Covid 19, kali ini Warga Desa Pakis sepakat mengadakan Halal Bihalal sekaligus refreshing bersama. Pengurus Takmir Masjid At Taqwa sebagai panitianya. Kali ini warga sepakat untuk berwisata ke daerah  Kabupaten Semarang, yang mana banyak sekali terdapat tempat-tempat wisata baru kekinian. Dipilihlah satu tempat wisata kekinian di daerah Bandungan yang berhawa sejuk. Di lapangan desa sudah ada tiga armada yang siap mengantar rombongan warga Desa Pakis menuju tempat tujuan.

            Tampak suka ria warga yang ikut dalam kegiatan tersebut. Tak ketinggalan Yu Sebloh, yang sejak subuh sudah bersiap-siap dengan segala barang bawaannya. Kesehariannya berjualan sayur-sayuran dan hasil kebun lainnya, seperti pisang, pepaya, singkong, talas, dan lain sebagainya. Sebagian  barang yang dijual adalah titipan dari para tetangga, sebagian hasil kebunnya sendiri. Yu Sebloh adalah profil wanita desa yang suka berbicara apa adanya, kadang ceplas-ceplos dan bersikap semaunya sendiri.  

            Hampir semua paham akan kebiasaan dan sifat dari Yu Sebloh ini. Mereka pun maklum, Yu Sebloh bersekolah hanya sampai kelas 2 SD. Orang tuanya tidak mampu menyekolahkannya karena faktor ekonomi.

            Sesuai kesepakatan, bis akan diberangkatkan pukul 07.00 wib. Jadi warga harus siap sebelumnya.

            "Monggo Bapak/Ibu, silakan masuk ke bis sambil diabsen nggih," kata Pak Kyai Rustam selaku ketua panitia.

            Satu persatu para peserta masuk ke bis, dan ada satu nama yang belum hadir. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.10 wib, Yu Sebloh yang berbadan gempal itu belum menampakkan batang hidungnya. Dengan sabar, para peserta pun menunggu datangnya Yu Sebloh. Akhirnya, Yu Sebloh datang dengan aneka bawaannya. Sampai usianya nyaris 35 tahun, Yu Sebloh masih sendiri. Mungkin laiki-laki yang ingin mendekatinya tak nyaman dengan sikap dan perilakunya.

            Penampilannya yang heboh, membuat sebagian peserta terperangah. Di tangan kirinya terlihat sebuah tas besar, entah apa isinya, tangan kanannya menenteng sebuah termos yang berukuran cukup besar. Padahal untuk semua keperluan konsumsi, peserta tidak perlu repot karena sudah disiapkan oleh panitia. 

            "Kan kalau pengin minum panas, saya punya ... nih," kata Yu Sebloh ketika ditanya Yu Partinah sambil menunjukkan termosnya. Yu Partinah ingat, satu kejadian yang cukup membuat heboh warga. Yu Sebloh mengalami keseleo kaki, karena memakai sandal ber- hak tinggi, saat pergi wisata ke daerah pegunungan, hanya gara-gara ingin berpenampilan seperti artis idola yang sering dilihatnya di sinetron TV.

            "Yu, kalau bisa jangan pakai sendal jinjit ya, bahaya untuk kesehatan kaki Yu Sebloh,"kata Yu Partinah saat itu.

            "Lah ya, suka-suka saya to, wong sendal- sendal saya sendiri, apa situ meri saya bisa punya sendal bagus?" jawab Yu Sebloh dengan sikap congkaknya.

            "He he he ...," Yu Partinah spontan tertawa kecil mengingat peristiwa itu.

Pernah juga Yu Sebloh tiba-tiba terjatuh saat kakinya tak sengaja kesrimpet rok panjang berendanya yang berwarna mencolok itu. Atau saat gelas berisi teh panasnya tak sengaja terlempar ke depan orang yang duduk di depannya, saat bis tiba-tiba mengerem mendadak. Suatu waktu, Yu Sebloh juga pernah menghilang dari rombongan, diketahui, rupanya ia tertidur di mushala salah satu tempat wisata saat itu, padahal rombongan harus segera melanjutkan perjalanannya. 

            "Haduh, haduh, Yu Sebloh!!" celetuk salah seorang anggota rombongan waktu itu.

            "Pak Sopiirr ...!!! Mbok ya hati-hati kalau bawa kendaraan itu, gelas saya mencolot ini hlo," kata Yu Sebloh sambil merengut.

Derai tawa orang yang berada di bis tak bisa ditahan lagi menyaksikan kelakuan Yu Sebloh yang kian menjadi-jadi.

            Sebetulnya warga merasa kasian, tetapi mengingat sifat Yu Sebloh, warga hanya tersenyum saja sambil menolong sebisanya.

            Setelah berdoa bersama memohon keselamatan dalam perjalanan, bis pun berangkat. Rasa lega dan bahagia peserta menyelimuti perasaan para peserta. Dengan rasa percaya dirinya, Yu Sebloh berselfi ria di dalam bis. Beberapa waktu sebelum diadakan acara halal bihalal, Yu Sebloh menyempatkan diri pergi ke kota untuk membeli sebuah handphone baru berkamera belakang. Gaya selangit! 

             Perlu sekitar 3-4 jam untuk sampai ke tujuan. Di dalam bis, ada sebuah layar TV yang biasanya disiapkan bagi peserta yang ingin menyumbangkan suaranya sembari bis berjalan.

            "Mas, minta lagu Rungkad Mas," pinta Yu  Sebloh dengan percaya diri. Menyanyilah Yu Sebloh sambil berjoged. Tak ada sedikit pun rasa minder dengan badannya yang besar atau suaranya yang cukup menyakitkan telinga itu. He he he ....

            Rombongan akhirnya tiba juga di tempat tujuan. Waktu sudah menunjukkan pukul 11.15 wib. Pak Kyai Rustam segera meminta rombongan peserta untuk menuju ke sebuah tempat yang sudah dipesan sebelumnya. Sebuah gazebo yang berukuran cukup luas lengkap dengan gelaran karpet warna biru tua siap menyambut kedatangan rombongan. Lagi-lagi Yu Sebloh menghilang, ia asyik berkeliling lokasi tanpa seijin panitia. Rupanya ia sibuk berselfi ria sendiri dengan hape barunya!

            "Sudah, biarkan saja, nanti kan datang sendiri ke sini," kata Pak Kyai Rustam dengan sabar saat mengetahui salah warga istimewanya yang satu ini.

            "Baik Pak Kyai," kata Maryam yang menjadi MC di acara itu hanya mengangguk. Sebenarnya kesempatan untuk berkeliling lokasi akan diberikan, setelah kegiatan inti yaitu halal bihalal selesai.

            Selanjutnya acara pun dilaksanakan dengan lancar dan penuh khidmat. Pak Kyai Rustam mengisi tausyiah tentang pentingnya saling memaafkan di antara warga di Desa Pakis, tidak hanya pada momen lebaran saja. Hendaknya, sikap toleransi, gotong royong, saling membantu, kekompakan dan rasa persatuan terus terjalin demi terjaganya ukhuwah Islamiyah di antara warga.

            "Barang siapa yang senang dipanjangkan umurnya, diluaskan rezekinya, dan dijauhkan dari kematian yang buruk, maka hendaklah bertakwa kepada Allah dan menyambung silaturahim." (HR Imam Bazar, Imam Hakim).

            "Dengan adanya momen berkumpul bersama dalam acara halal bihalal ini semoga bisa jadi momentum untuk semakin mempererat tali persaudaraan dan semoga kita semua yang berkumpul disini mendapatkan ridho Allah SWT, Wabilahitaufik walhidayah wassalamu'alaikum wr, wb,"  Pak Kyai Rustam mengakhiri tausiyahnya.

            Acara pun dilanjutkan dengan  bersalam-salaman dan dilanjutkan makan bersama yang sudah disiapkan dari pihak pengelola lokasi. Yu Sebloh belum nampak berada di lokasi itu.

            "Mbakyu, kira-kira Yu Sebloh kemana ya? Kok sampai acara kita hampir selesai dia belum menampakkan diri juga, atau jangan-jangan ...," tanya Maryam kepada Yu Partinah. Belum sempat Yu Partinah menjawab, tiba-tiba Yu Sebloh datang dengan kondisi tak karuan. Sendal jinjitnya berada di tangannya. Baju setelan berenda berwanya oren yang dikenakannya terlihat basah kuyup, jilbabnya menyingkap hingga rambutnya keluar dan tampak menyembul dari jilbabnya, dan  jalannya sedikit pincang! Ia terlihat menangis. Sontak semua anggota rombongan menatap Yu Sebloh. Sebagian ada yang tak bisa menahan tawanya, sebagian hanya terdiam melongo menyaksikan kejadian itu. Entahlah, ini kejadian yang ke berapa pada Yu Sebloh! Di sebelahnya ada 2 orang sekuriti yang mengantarnya.

            "Ya Allah, apa yang terjadi pada Yu Sebloh?" teriak Maryam terkejut. Yu Partinah dan Maryam segera menyongsong Yu Sebloh. Maryam membawa selendang gendong milik Zahra, putrinya. Maryam berniat menutupi kepala Yu Sebloh dengan selendangnya karena rambut Yu Sebloh sudah keluar dari jilbabnya, dan tampak acak-acakan.

            "Sini Yu, duduk dulu, nanti saya belikan baju di kios depan sana, supaya Yu Sebloh ndak masuk angin ya," kata Maryam sambil mengelap badan gempal Yu Sebloh yang basah.

            "Ma .. maafkan saya Mbak Maryam, Yu Parti, saya ... saya, huuuuu ... huuu ...," jawab Yu Sebloh tak bisa melanjutkan perkataannya karena  menangis.

            "Maaf,  Bapak, Ibu, saya mengantar Ibu ini, karena tadi Ibu ini jatuh ke kolam yang terletak dibagian barat dekat taman bunga sana. Ibu ini bersikeras tidak mau kami bantu untuk mengganti bajunya yang basah kuyup. Beliau hanya minta diantar ke rombongannya, begitu Bapak, Ibu," kata salah seorang  sekuriti itu kepada Maryam dan Pak Kyai Rustam.

            "Baik Pak, terima kasih sudah mengantarkannya, Ibu ini memang salah satu peserta dari rombongan kami, biar kami bantu," ucap Pak Kyai Rustam sambil menyalaminya.

            Maryam bergegas mengajak Yu Sebloh untuk pergi ke kamar mandi untuk mengganti bajunya dan Yu Partinah ke kios penjual baju. Setelan baju batik sederhana yang berukuran big size dipilihnya, kemudian bergegas menyusul Maryam dan Yu Sebloh ke kamar mandi.

            Anggota rombongan yang lain sudah memencarkan diri, untuk mengelilingi lokasi sambil menikmati indahnya pemandangan di sekitar lokasi.

            "Makan dulu Yu, nanti masuk angin hlo," kata Maryam sambil mengambilkan sepiring nasi dan lauk pauknya. Setelah merasa tenang, Maryam memberanikan diri untuk bertanya tentang awal mula kejadian yang mengakibatkan Yu Sebloh terjatuh ke dalam kolam.

            "Gini hlo Mbak Maryam, saya itu kan pengin selfa-selfi di sini dengan hape baru saya Mbak, pemandangannya kan bagus," ucap Yu Sebloh memulai ceritanya.

            "La, pada saat saya pengin mau selfi di dekat kolam itu, di situ kan ada taman kecilnya yang dikelilingi batu-batu, saya mencoba naik ke batu itu, rupanya kaki saya terpeleset, saya hilang keseimbangan dah akhirnya nyemplung ke kolam itu, terus hape baru sayaaa ..... huuuuu ... huuuu ... huuu...," cerita Yu Sebloh kembali menangis mengingat hape barunya ikut basah. "Foto selfi saya ilang semuaa ... hape baru saya rusaaak," tangisnya makin keras.

            "Oalah Yu, Yu, kan saya sudah pernah bilang, ndak usah pakai sendal jinjit lagi, bahaya Yu ..., " kata Yu Partinah sambil menahan tawanya.

            Yu Sebloh hanya tersenyum kecut mendengar perkataan Yu Partinah kali ini. Dipandanginya sendal jinjit yang berada di sebelahnya sambil terdiam.

            "Huuhh, memang, gara-gara kamu nih, aku jatuh!" tiba-tiba suara Yu Sebloh geram sambil melemparkan sendal jinjitnya ke tong sampah yang kebetulan berada dekat lokasinya duduk.

            "Ealah, Yu .... nanti kena orang malah jadi masalah lagi hlo ...," kata Maryam setelah melihat tindakan Yu Sebloh yang tiba-tiba itu. Kali ini Maryam dan Yu Partinah tak bisa lagi menahan tawanya. Melihat kedua temannya tertawa, akhirnya Yu Sebloh ikut tertawa juga.

            Sebuah sendal jepit warna merah dan setelan batik sederhana, akhirnya mengiringi kepulangan Yu Sebloh kembali ke Desa Pakis. Semua anggota rombongan puas dengan kegiatan halal bihalal yang di selenggarakan hari itu. Kecuali Yu Sebloh! Sesampainya di rumah, ia termenung mengingat kejadian yang cukup membuatnya merasa malu dan kapok. Sebuah pelajaran berharga didapatnya hari itu. Ia harus belajar lebih santun, tidak egois, tidak bersikap berlebihan dan lebih bisa menghargai semua orang siapa pun itu.

            "Allah Swt melalui Nabi Muhammad SAW, telah mengajarkan kepada kita, tentang bagaimana cara kita menyikapi keragaman yang ada. Dalam Islam keberadaan masyarakat yang multi ragam tersebut bertujuan, agar manusia ciptaan-Nya mau saling kenal mengenal dan saling menghargai antara komunitas masyarakat yang satu dengan lainnya.

            Mengenai hal ini Allah menegaskan dalam QS. Al-Hujarat ayat 13.

            "Allah Swt melalui Nabi Muhammad SAW, telah mengajarkan kepada kita, tentang   bagaimana cara kita menyikapi keragaman yang ada. Dalam Islam keberadaan  masyarakat yang multi ragam tersebut bertujuan, agar manusia ciptaan-Nya mau  saling kenal mengenal dan saling menghargai antara komunitas masyarakat yang    satu dengan lainnya."

 

~ Yfs ~

Ambarawa, #Akhir Ramadan 1444 H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun