Yuli Anita
Yuli Anita Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Sarung, Sejarah dan Filosofinya

3 April 2024   21:11 Diperbarui: 3 April 2024   21:18 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sarung, Sejarah dan Filosofinya
Sarung dulunya identik dengan busana para santri, dokumentasi pribadi Prayoga 

Tema Ramadhan Bercerita hari ke 24 ini adalah tentang  sarung. Outfit yang satu ini sangat banyak muncul di bulan Ramadhan.

Sarung di masa lalu identik dengan busana yang dikenakan oleh para santri, namun dalam perkembangannya tidak lagi. Kini sarung banyak dipakai untuk melakukan berbagai macam aktivitas, seperti sholat, bepergian atau menghadiri undangan.

Bentuknya yang merupakan lembaran kain dan disambung di bagian tepinya selalu mengalami perkembangan.

Coraknya semakin beragam, demikian pula  modelnya. Bahkan sekarang ada sarung semi celana ataupun sarung lucu untuk anak -anak.

Desain lucu sarung anak-anak, dokumentasi pribadi
Desain lucu sarung anak-anak, dokumentasi pribadi

Meski demikian tampaknya model sarung klasik masih lebih digemari.

Sebagai outfit untuk sholat atau acara -acara lain sarung bisa dikombinasikan dengan jas,  hem, baju takwa, kaos polo atau bahkan kaos biasa. Asal bisa menyesuaikan warnanya tampilan sarung akan tampak bagus.

Meski begitu banyak pemakainya, sarung bukan busana asli  Indonesia. Sarung mulai masuk Indonesia pada abad ke 14, dibawa oleh para pedagang dari Arab dan India. Nah, sejak saat itu sarung menjadi busana yang sering dipakai oleh orang Indonesia.

Di balik tampilannya yang banyak disukai orang sarung ternyata menyimpan berbagai filosofi yang menarik.


Bentuknya yang longgar dan tanpa ikatan atau kancing mengajarkan pada pemakainya untuk memiliki pemikiran yang longgar atau lapang dalam menerima kebaikan dan melepaskan diri dari ikatan-ikatan rasa sombong, takabur juga sifat-sifat negatif lainnya.

Selain untuk busana dalam keseharian sarung bisa dimanfaatkan untuk selimut, alas duduk, bahkan untuk penutup kepala di kala panas matahari.  Ini bermakna agar para pemakainya belajar menjadi manusia yang bisa banyak memberikan manfaat bagi orang sekitarnya.

Ya, karena agama mengajarkan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bisa memberikan manfaat bagi manusia yang lain.

Salam Ramadhan...:)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun