Yuni Akbar adalah pemerhati dialektika bahasa dalam ranah logika sosial, psikologi dan pendidikan. Penggiat Gerakan Literasi. Dan sebagainya.
Obrolan Seru di Kelas: Puasa dan Beras Nasional
Mungkin akulah satu-satunya orang yang selalu merasa tersinggung tiap akhir bulan Sya'ban atau menjelang bulan Ramadhan. Mengapa? Karena tiba-tiba banyak mini market memajang kardus-kardus roti dan sirup bersusun-susun di depan tokonya. Begitupun supermarket, di pintu masuk kardus bergunung-gunung. Belum lagi berita di TV pemerintah mengumumkan bahwa stok makanan dipastikan cukup sepanjang bulan puasa. Logikanya bagaimana? Bukannya selama bulan puasa orang tidak makan dan minum? Makannya hanya 2x sehari, maghrib dan sahur? Mengapa seakan-akan di bulan puasa justru orang makin banyak memerlukan makanan?
Suatu saat pernah aku obrolkan hal ini bareng siswa di kelas 12, "Kalian tahu ndak kenapa kalau menjelang puasa mini-market apa toko apa pasar tiba-tiba stok makanan bergunung-gunung? Padahal hari-hari biasa kan tidak?"
"Soalnya kalok pas puasa orang makannya jadi banyak!!" jawab beberapa sambil bercanda.
"Lho kok puasa makannya malah banyak?" tanya saya lagi.
"Soalnya kalok pas buka pinginnya makan teruss...!" jawab salah satunya diiringi gelak tawa yang lain.
"Kok bisa?" tanya saya lagi.
"Soalnya balas dendam....!!" jawab mereka gemuruh diiringi tawa. Aku senang dengan suasana seperti ini.
"Memangnya harus begitu, ya? Kelaparan banget?"
"Enggak sih, Bu. Tapi ndak tahu lihat orang pada makan jadinya ya pingin makan juga."
"Di masjid suka ada takjil, kan? Ada nasi bungkus juga?" lanjutku.