Hobi Koleksi, Jebakan Gaya Hidup di Antara Prestasi, Prestise dan Investasi
Sesungguhnya aku terpesona, jika ada teman-temanku yang begitu telaten memelihara, merawat bahkan terkadang menyiapkan tempat dan ruangan khusus untuk menata barang-barang koleksinya.
Akupun, tak akan bertanya alasan mereka, kenapa melakukan itu. Rasa suka yang menjadi hobi tersebut, akan bermuara pada dua jawaban sebagai dasar argumentasi. Bisa alasan logis dan mungkin juga tak logis. Seperti rasa cinta. Ahaaay!
Jebakan Gaya Hidup di Antara Prestasi, Prestise dan Investasi
Bukan tak pernah mencoba. Namun, jika urusan hobi koleksi barang, maka aku adalah kolektor yang buruk. Ada 3 penyebab yang akhirnya membuatku terjebak sebagai kolektor. Tapi selalu berujung kegagalan.
Kenapa bisa begitu? Aku tulis saja, ya?
Ada kepuasan tersendiri, jika sudah memiliki barang yang diinginkan. Hal itu bisa berasal dari dalam diri, atau akibat dorongan dari orang lain.
Saat kecil hingga SD, aku lumayan jago main kelereng (gundu). Sehingga aku memiliki cukup banyak koleksi kelereng, yang kusimpan di dalam kaleng, dan disembunyikan di bawah tempat tidur. Karena, khawatir ketahuan Amak (ibuku).
Dalam satu minggu, bisa beberapa kali aku menghitung ulang kelereng-kelereng itu. Hanya untuk kesenangan dan kebanggaan pribadi. Ketika mendapati koleksi kelerengku semakin hari semakin bertambah.Bagiku itu prestasi! Akhirnya, Ibuku tahu. tapi kemudian mendiamkan.
Ketika duduk di kelas satu SMP. Tentu saja main gundu tak lagi kulakukan. Yang aku ingat, ibuku membagikan kelereng koleksiku kepada anak-anak tetangga. Kalimat ibuku, enteng sekali: "Mereka lebih layak!"
Kemudian ada kejutan kecil terjadi padaku. Saat anak sulungku berusia dua tahun, Ibuku membawakan satu kaleng roti Khong Guan berisi kelereng. Dan, itu sisa koleksiku dulu yang masih disimpan ibuku. Tuh, kan? Ternyata yang jadi kolektor ibuku. Itu, belasan tahun!