Masjid Aljihad sebagai Destinasi Wisata Religi Masjid Nusantara
"Ada! Suban Air Panas!"
"Bukit Kaba, Yah!"
"Danau Harum Bestari!"
"Air Terjun Gtojokan Sewu!"
Kalimat di ataa adalah beberapa pilihan jawaban, usai kulemparkan pertanyaan ke grup Whatsapp Keluarga dengan pertanyaan: "Adakah objek wisata di Kota Curup?"
Riuh grup sesaat hening, ketika kuajukan pertanyaan susulan: "Kalau Wisata Religi?"
"Masjid Aljihad!"
Begitulah! Bisa dibilang tak ada objek wisata religi di kotaku. Jika standar objek wisata itu: Tempat yang asri, dipenuhi pengunjung dari dalam dan luar daerah, instagramable, atau apalah-apalah! Hiks...
Namun, bagiku dan keluarga besarku, ada satu tempat yang dianggap sebagai wadah untuk belajar dan mengenal ajaran agama, dengan beragam pengalaman dan kenangan sejak kecil hingga saat ini. Yaitu Masjid Aljihad Curup.
Masjid Aljihad terletak persis di tengah-tengah Kota Curup. Siapapun yang pernah singgah atau menginap di Curup akan tahu Masjid Aljihad.
Gampangnya, jika nanti, ada di antara pembaca yang tersesat di Kota Curup, sebut saja nama masjid. Biar nanti, diantar bertemu aku. Ahaaay....
Kenapa Masjid Aljihad?
Bagiku, masjid ini adalah rumah keduaku, setelah rumah orangtuaku. Alasanku?
Pertama.
Sejak kelas 1 SD, aku sudah pergi mengaji di masjid Ini. Jadi, selain diajari ibuku di rumah, masjid ini adalah tempatku untuk belajar membaca alquran. Waktu itu masih pakai Juz'amma.
Waktu belajarnya, dimulai sebelum salat maghrib, hingga selesai salat isya. Jadi, anak-anak yang mengaji di masjid ini, diwajibkan salat berjamaah magrib dan isya.
Masa itu, anak-anak seumurku pasti belajar mengaji di Masjid atau mushala. Jadi, pergi mengaji itu, tak hanya tentang belajar membaca alquran, tapi juga kesempatan bertemu dan bermain tipis-tipis dengan teman-temanku.
Jika tak mengaji? Yo, tak akan ada teman! Kecuali teman di saat bersekolah dengan waktu terbatas. Artinya, tradisi semasa kecilku, setiap anak pasti mengaji! Entah di masjid atau mushalla.
Kedua.
Masjid Aljihad adalah tempat awalku untuk mengasah diri dan mengenal kemampuan diri.
Jamaknya tradisi keluarga Minang, bahwa anak lelaki tidurnya di surau. Maka, Masjid aljihad adalah "surau" bagiku. Seingatku, sejak kelas 3 SD, aku sudah mulai tidur di masjid. Pulang ke rumah hanya untuk makan, atau bertukar pakaian.
Nah. Jika tidur di masjid, biasanya disebut anak masjid. Dan, semua anak, memiliki tugas sesuai usia dan tingkatan sekolahnya. Semisal membersihkan ruang dalam masjid, menyapu halaman, hingga menjamin WC dan Kamar Mandi serta tempat wudhu terlihat bersih.
Selain itu, karena setiap subuh, jamaah disajikan segelas kopi atau teh, maka anak masjid yang bertanggung jawab mulai dari merebus air, meracik minuman, membagikan ke jamaah, hingga mencuci kembali hingga bersih.
Tugas lain? Tentu saja bergantian menjadi Muazin, atau latihan menjadi protokol ketika ada wirid (ceramah agama) sesudah salat magrib dan setelah salat subuh.
Aih. Pokoke itu kenangan yang tak terlupakan! Cerita lainnya, bisa baca di sini.
Ketiga.
Masjid Aljihad adalah titik awalku belajar berinteraksi, belajar administradi dan berorganisasi! Terutama di bulan Ramadan. Akan banyak kesibukan bagi anak masjid sepertiku.
Tak hanya rebutan membunyikan sirene, atau bersibuk ria menyiapkan menu berbuka bersama bagi jamaah yang berpuasa. Namun, juga terlibat di kepanitian gerakab ramadan.
Dulu, anak-anak usia SD diarahkan untuk salat di lantai 2. Dan setiap saf, akan ada penanggungjawabnya. Pekan terakhir ramadan, dilaksanakan kegiatan lomba. Pesertanya? Anak-anak! Dana kegiatan dan hadiahnya? Jamaah yang menjadi donatur!
Jadi, sedari kecil aku dan teman-teman sebaya sesama anak masjid, dilatih untuk mendisain kegiatan dan menyusun anggaran, mencari dana, menyelenggarakan acara, hingga membuat laporan kegiatan. Walau sederhana.
Belum ada komputer masa itu! Mesin Tik jadul dijadikan andalan ketika membuat proposal atau mengetik surat-menyurat. Tak ada ponsel masa itu. Jadi, mesti jalan kaki kesana-kemari.
Keterbatasan usia plus fasilitas itu, akhirnya memaksaku dan teman-teman untuk pintar berkomunikasi, lentur berinteraksi dan lincah berorganisasi.
Kisah gerakan ramadan di masjid Aljihad, bisa baca di sini.
Keempat.
Di masjid ini juga, dan masih tetap kulakukan hingga saat ini, terlibat dalam berbagai kegiatan kepemudaan. Entah di bidang sosial atau keagamaan.
Karena hanya berjarak kurang dari 100 meter dari rumah. Maka, aku ingin Masjid aljihad, juga menjadi pusat kegiatan bagi anak-anakku, sebagaimana aku dulu.
Tak hanya rutinitas di waktu-waktu salat, atau ramadan saja. Nyaris setiap pagi minggu, kuajak anak-anakku bermain dan olahraga ringan di halaman masjid yang luas.
Sekarang, jika ada yang datang pagi minggu. Akan melihat puluhan anak-anak, mulai dari usia balita hingga remaja berlatih bela diri di halaman masjid Aljihad.
Dan...
Begitulah! Jadi, jangan marah, jika Masjid Aljihad adalah objek wisata religi terbaik versiku.
Setidaknya, aku masih mencoba untuk belajar menunaikan sebuah pesan: menjadi orang yang sentiasa mendekatkan hatinya ke Masjid!
Curup, 08.04.2023
zaldy chan