3 Hobi Murah Meriah yang Bisa Dilakukan di Rumah saat Ramadan
Aku sungguh beruntung pada Ramadan tahun ini. Karena punya banyak waktu luang untuk menjemput ulang hobi yang nyaris tenggelam.
Setidaknya, ada 3 bentuk hobi yang kembali bisa kulakukan secara rutin. Dan, ketiganya bisa dilakukan beriringan. karena, gak perlu pergi jauh-jauh. Hanya di rumah.
Apa aja? Aku tulis, ya?
Pertama. Ikutan Samber 2023 untuk Kembali Melenturkan Jari pada Kebiasaan Menulis.
"Wah, Abang Ikutan samber?"
"Tumben, rajin nulis?"
"Yeaah! Abang hadir lagi!"
Aih. Begitulah sambutan beberapa teman Kompasianers, ketika melihat aku mulai rutin lagi menulis di Kompasiana.
Aku sadar, sejak awal tahun kemarin, gegara hanyut pada kesibukan di dunia nyata, aku jadi timbul-tenggelam di dunia maya. Termasuk menulis di Kompasiana. Hiks...
Walau begitu, aku tetap berusaha sedapat dan semampunya untuk tetap sesekali mengunggah tulisan dan sekaligus menyapa anggota keluarga di rumah besar ini.
Nah, aku berharap, keikutsertaan aku pada kegiatan samber 2023 ini, menjadi momentum terbaik bagiku agar bisa kembali melenturkan ide, pikiran, jemari plus alokasi waktu pada kebiasaan menulis.
Hingga hari ke-13 ini. Aku masih bisa tetap mengikuti ajang nulis marathon ini. Urusan hasil akhir, biar jadi preogratif admin, tah?
Oh, iya! Sebelum menulis artikel ini, mataku tak sengaja singgah pada statistik jumlah tulisanku di Kompasiana. Ternyata, sudah melewati angka 1500!
Aih, sebuah milestone, tah?
Alhamdulillah, jemariku bisa menyentuh titik ini. Mudah-mudahan, nanti mampu kutulis artikel khusus, tetang suka cita di Kompasiana untuk merayakan milestone ini! Doakeun, ya?
Kedua. Menata ulang "Hutan Kota" di Beranda Rumah.
Ada beberapa artikel yang sudah kutulis dan kuunggah di sini. Bahwa, di sela-sela luang waktu, aku membuat "hutan kota" minimalis di beranda rumah.
Ojo dibandingke jika "hutan kota" itu layaknya hutan. Tapi, berupa "green space" di rumah. Biar mataku, tetap bisa menatap hehijauan yang menenangkan, saat rehat di rumah.
Apa isi "hutan kotaku"?
Setidaknya, aku menanam 3 jenis sayuran tetap: Kangkung, Sawi Pakchoy, dan sawi putih. Selain itu, diantara bebagai jenis bunga, ada juga daun saledri, bawang daun, berbagai jenis tomat, juga beberapa jenis cabai.
Karena di beranda rumah, media tanam yang kugunakan juga terbatas dan seadanya! Ember bekas, kaleng cat bekas, wadah popmie, botol minuman bekas, plastik deterjen atau migor bekas, hingga polybag! Pokoke murah meriah!
Ringkasnya, jika sekadar bikin telor dadar ala rumah makan padang, hanya modal telor dan garam, plus minyak goreng. Udah jadi!
Begitu juga, jika ada yang suka makan mi instan! Kukira, hutan kotaku, lebih dari cukup sebagai bahan tambahan, selain bumbu bawan dari pabrkan!
Jadi. Tinggal ambil gunting kecil, semua bahan segar bisa langsung dipanen! Ahaaay...
Jadi, selama ramadan, Aku memanfaatkan waktu untuk memanen, merawat atau menanam ulang berbagai jenis tanaman. Lumayanlah, untuk membantu asap dapur tipis-tipis
Konsepku: "Tanam yang dimakan, dan Makan yang ditanam!"
Ketiga. Pelihara Sepasang Ayam sebagai penopang hutan Kota!
Sejak setahun lalu, aku putuskan memelihara sepasang ayam. Si Jantan kuberi nama: Upil, dan si Betina namanya: Ipil. Keduanya, aku pelihara sejak berusia satu minggu usai menetas.
Kenapa ayam?
Alasan awal. Aku mau ngajarin sulungku yang akan merantau, agar bisa menggunakan alat tukang sederhana. Nah, membuar Kandang Ayam adalah cara tercepat, walau sedikit rumit. Hehe...
Alasan kedua. Terkadang, ada makanan sisa! Nah, kupikir, kenapa tidak diserahkan saja ke ayam? Kukira, dua ekor ayam, cukuplah untuk menghabiskan makanan sisa.
Alasan Ketiga. Ini, mirip-mirip rumus "simbiosis mutualisme".
Sepasang ayam itu, selain menghabiskan makanan sisa berupa nasi atau sayuran sisa masak. Kotorannya, bisa kumanfaatkan sebagai pupuk gratis bagi tanamanku yang berada di hutan kota.
Bonus tambahan? Si Upil, ayam betinaku, sejak usia 5 bulan hingga hari ini, rutin dan rajin bertelor! Terus, telornya dikonsumsi bergantian oleh anak-anakku. Yihaaaa...
Satu lagi! Kebetulan, rumahku berada di perempatan jalan. Jadi, aku menikmati, tatapan orang-orang berkendaraan yang berhenti di depan rumah ketika lampu merah menyala. Tiba-tiba, si Upil, ayam jantanku berkokok!
Mungkin saja, mereka berpikir: "Aneh! Pelihara Ayam di beranda rumah!"
Jadi?
Ya gitu! Salah tiga dari salah banyak berkah untukku pada ramadan kali ini, aku bisa menjalankan ketiga hobi yang kutulis di atas, secara beriringan.
Paling tidak, memulai dari yang sedikit, agar tak membebani! Sepakat, kan?
Curup, 13.04.2023.
Zaldy chan