orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.
Cerpen | Rembulan dalam Stoples Kaca
Nun jauh di sana, di belantara kota, tepatnya di bangku terminal, Bang Toyib memandangi angkasa. Hanya gulita membentang di sana. Stoples kaca masih didekapnya erat seolah enggan dilepaskan lagi. Stoples kaca berisi bulan sabit yang tipis dibalut semesta malam.
Hati-hati sekali Bang Toyib memasukkan stoples kaca dalam tas ransel saat mendengar orang di terminal bercakap-cakap.
"Katanya hilal belum tampak."
"Bukan tidak tampak tapi dicuri."
"Dicuri?"
"Hilal dicuri orang."
"Keparat! Siapa berani mencuri hilal sehingga kita tidak jadi merayakan Hari Raya?"
Dari radio penjual rokok terdengar lagu.
Sebentar lagi pagi kan datang
Walau sang bulan malas untuk pulang
Di bangku terminal benakmu bertanda
Gelisah seorang merasa terbuang**
Apakah mengambil hilal harus pakai izin?
Bang Toyib diburu petugas gabungan. Pasal tuduhannya jelas: menghalangi orang merayakan Hari Raya gara-gara mengambil hilal.
Ia terus berlari, terus berlari, berlari hingga hilang pedih dan peri.