orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.
Cerpen | Rembulan dalam Stoples Kaca
Bang Toyib ingat Marsiti, ingat kedua anaknya. Belum diputuskan kapan akan pulang kampung karena petugas gabungan berjaga-jaga di sudut kota.
Stoples kaca berisi hilal akan dipaketkan ke kampung. Alangkah bahagia Marsiti dan anak-anak menerima paketan rembulan dalam stoples kaca.
Rencana itu diurungkan karena Bang Toyib ingin menyaksikan langsung rona kebahagiaan istri dan anaknya saat membuka paketan, setelah menunggu tiga kali puasa tiga kali lebaran.
Angan Bang Toyib mengembara.
Sedetik ingatnya seribu angannya
Dambakan malam terus berbintang
Di bawah sadarnya nasib bercerita
Hangatnya surya bara neraka**
Bang Toyib harus berlari lagi. Ia tidak boleh berdiam diri terlalu lama.
Di lorong kumuh yang tak mungkin dijangkau petugas, ia menyandarkan punggung.
Angannya kembali melayang.
"Hilal telah tampak, Sayang," kata Bang Toyib. Ia serahkan stoples kaca kepada Marsiti.
"Iya, Bang, hilal telah tampak. Apakah orang-orang jadi merayakan Hari Raya?"
"Besok kita merayakannya."