Ahmad Edi Prianto
Ahmad Edi Prianto Wiraswasta

Hanya individu biasa yang hidup ditengah lapisan masyarakat

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Membeli Baju Baru untuk Lebaran, Suatu Keharusan?

26 Maret 2023   16:34 Diperbarui: 26 Maret 2023   16:36 1462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membeli Baju Baru untuk Lebaran, Suatu Keharusan?
image: www.islami.co

Lebaran tak kurang dari sebulan, berbagai agenda persiapan telah dilancarkan termasuk membeli baju baru. Bahkan di indonesia, hal ini telah disebut menjadi tradisi tahunan. Tradisi tahunan ini, kemudian menjadi suatu kebiasaan masyarakat yang akan muncul menjelang hari raya. 

Tak heran, jika baju baru menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perayaan lebaran dari tahun ke tahun. Semakin mendekati hari-hari akhir sebelum datangnya hari raya Idul Fitri, kegiatan membeli baju baru akan dianggap menjadi sebuah fenomena. 

Media sosial, televisi, hingga media cetak seperti koran selalu tak luput mengamati dan mengabarkan peristiwa itu. Tidak afdhal rasanya jika dalam momen lebaran, tidak tampil berbeda dibanding dengan lebaran-lebaran tahun lampau.

Mulai dari Toko Bazaar, Toko Baju, Pasar, hingga Mall tak luput menjadi incaran masyarakat untuk memilah-milah baju yang mereka anggap bagus dan terbaik. Tidak bisa dilupakan begitu saja, memang tradisi membeli baju baru saat lebaran sudah terjadi dalam waktu cukup lama. 

Abad ke-20 tepatnya, dimana Indonesia masih dalam kepemimpinan Hindia Belanda. Bahkan kabarnya, saat itu para kolonialis merasa heran dengan kebiasaan masyarakat yang mengenakan pakaian baru dan menyiapkan makanan serta aneka jajanan ketika datangnya hari raya Idul Fitri.

Lantas, apakah membeli baju sudah menjadi urgensi? Apakah membeli baju merupakan sebuah keharusan? Lumrahnya, wajar saja membeli baju baru setiap  setahun sekali. Mungkin pakaian lama sudah kekecilan tak muat, atau pakaian lama sudah memiliki motif dan warna yang sudah memudar. Namun, beberapa diantara kita selalu menjadikan momen ini menjadi suatu urgensi atau keharusan yang dinilai sangat penting.

Memang tak salah membeli baju baru untuk lebaran, namun jangan sampai kita sebagai masyarakat salah mengartikan dan  memahaminya. Membeli baju baru untuk lebaran bukanlah suatu keharusan dan bukan juga merupakan tuntutan  beribadah. 

Dalam agama pun, tidak ada tuntutan untuk memakai baju baru di hari raya, yang ada adalah menganjurkan umatnya untuk memakai pakaian terbaiknya. Pakaian terbaik bukan berarti baju baru, melainkan juga bisa dimaknai baju lama kita yang masih bersih dan layak pakai. 

Kebiasaan lama jika kita berkumpul dengan teman-teman hingga keluarga besar, pasti akan menanyakan mengenai baju baru. Dan akhirnya membuat kita menjadi kepikiran bahkan diantara kita ada yang bersedih karena tidak memakai baju baru, terutama anak-anak kecil.

Semua tergantung pada penilaian diri kita masing-masing. Jika kita menilai bahwa tradisi ini merupakan tradisi yang tidak ada urgensi yang mewajibkannya maka kita pasti akan belajar dan mengerti, bahwa ada keharusan lainnya yang lebih penting dari sekedar baju baru, yaitu memperbaiki batin dan pikiran kita semaksimal mungkin di hari raya dan menghindari nafsu-nafsu yang sudah kita tempa selama bulan puasa untuk waktu yang lebih baik kedepannya. Jadi kalaupun kita tidak membeli atau mengenakan baju baru, kita tidak perlu untuk berkecil hati.

Lalu, bagaimana jika membeli baju baru saat lebaran dimaknai sebagai Self Reward? Ya, tak banyak dari kita yang berfikir bahwa membeli baju baru adalah momentum feedback dan penghargaan pada diri sendiri, karena telah menunaikan ibadah puasa sebulan penuh. Namun, jangan sampai penghargaan diri ini menjuruskan kita pada suatu hal yang bersifat pemborosan.

Beberapa bentuk self reward tak banyak malah membuat kita menjadi boros, pembelian terhadap suatu barang yang tidak terlalu penting biasanya menjadikan penghargaan diri itu bernilai sia-sia. Namun jika dirasa memang dibutuhkan, maka boleh saja sesekali menyenagkan diri. Asalkan bentuk self reward tersebut tidak membawa kita ke arah yang memaksakan diri dan membuat keuangan kita menjadi pribadi yang boros.

Urgensi ataupun self reward, membeli baju baru untuk lebaran merupakan kebutuhan yang bersifat tidak wajib. Kita harus memaknai bahwa tradisi atau fenomena itu bukanlah merupakan beban atau tanggungan bukan juga merupakan pencapaian. Meski begitu, tidak ada larangan kok bagi siapapun untuk membeli baju baru lebaran. Jadi ya, tidak dilarang, dan juga tidak diharuskan.

Semua yang akan kita lakukan tergantung kondisi dan kemampuan kita masing-masing. Jika kita memang tidak memiliki baju yang dirasa bersih dan bagus kemudian kita mampu untuk membeli, ya silakan untuk memilih baju terbaiknya. 

Perlu diingat, jangan sampai dengan adanya tradisi ini kemudian membuat keuangan kita terganggu. Semua hal akan baik, jika tidak kita paksakan. Dan yang terpenting adalah jangan sampai tradisi baju baru ini membuat kita menjadi pribadi yang iri dan dengki. Jangan sampai kita batal mensucikan hati dan batin akibat dari perbuatan yang tercela.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun