Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | akbarpitopang.kompasianer@gmail.com
Lailatul Qadar: Saatnya Orang Beriman Keluar Zona Nyaman!
Didalam al-Qur'an, Allah SWT hanya menyampaikan tentang lailatul qadar yang akan turun didalam bulan Ramadhan ini. Tapi Allah SWT tidak menyebutkan kapan hari atau tanggal lailatul qadar itu akan terjadi.
Nah, itulah tugas orang beriman untuk mencari tahu jawaban atas teka-teki Allah SWT tentang lailatul qadar.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa,
:
"Carilah malam lailatul qadar di (malam ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan." (HR. Bukhari & Muslim).
Jadi umat islam khususnya orang beriman harus dapat memutar otak mencari jawaban teka-teki lailatul qadar tersebut. Karena Allah SWT Â dan Nabi Muhammad SAW sudah memberikan kisi-kisinya.
Namun, yang jelas malam lailatul qadar dapat dijumpai pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan. Pendapat ini didasarkan atas hadits riwayat Bukhari dan Muslim yang berasal dari Aisyah r.a, dia berkata bahwa Rasulullah SAW beriktikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan.
Cobaan Iman dan Godaan Dunia Sebagai Ujian Ketaqwaan
Lalu kenapa biasanya yang terjadi di 10 malam terakhir bulan ramadhan, masjid atau mushollah malah semakin sepi oleh kehadiran umat muslim melaksanakan ibadah?
Sudah menjadi rahasia umum bahwa di hari-hari terakhir di bulan ramadhan ini, umat muslim yang datang ke masjid semakin berkurang. Jama'ah yang konsisten hadir meramaikan kegiatan tarawih dan ibadah lainnya sudah bisa dihitung jumlahnya dengan jari.
Dulu diawal-awal Ramadhan, jama'ah tumpah ruah. Serasa masjid tak sanggup menampung semua jama'ah yang hadir.
Sekarang, ketika sudah memasuki sepuluh hari terakhir di bulan suci Ramadhan ini, yang banyak hanya sajadahnya saja. Manusianya berada entah-dimana.
Umat muslim malah lebih menyemarakkan kegiatan-kegiatan di luar sana yang bersifat keduniawian. Umat muslim sibuk mempersiapkan semua kebutuhan menyambut lebaran.
Mulai dari beli baju baru, sendal dan sepatu, gamis dan peci baru, mukena baru, sajadah baru, kue baru, dan semua barang yang baru.