Ayahku, Sumber Inspirasi: Kisah Transmigran yang Menggerakkan Desa
Namun, saat itu kami belum bisa langsung menempati pemukiman yang disediakan karena rumah hunian belum siap. Akhirnya, kami terpaksa menumpang sementara di pemukiman transmigrasi Unit I, yang kini dikenal sebagai Desa Cintamanis Baru.
Ketika rumah hunian akhirnya dinyatakan siap, kami pun segera pindah ke tempat tinggal baru kami. Namun, apa yang kami temui jauh dari gambaran yang kami bayangkan.
Lahan pekarangan seluas seperempat hektar yang seharusnya menjadi tempat kami bercocok tanam masih dipenuhi tunggak kayu gelam dan genangan air.
Jalan-jalan pun belum terbentuk dengan baik; yang ada hanyalah patok-patok batas jalan dan tumpukan kayu gelam yang berserakan.
Kondisi ini sangat berbeda dengan program transmigrasi di tempat lain, di mana rumah hunian sudah siap, kebun sudah ditata rapi, apalagi di program Perkebunan Inti Rakyat (PIR), di mana ladang sudah berupa kebun sawit atau karet yang siap panen.
Kami, para transmigran di Desa Nusamakmur, benar-benar memulai dari nol. Tidak ada fasilitas yang memadai, tidak ada kebun yang sudah jadi, dan tidak ada kemudahan yang diberikan.
Semua harus kami usahakan sendiri, dari membersihkan lahan, membangun jalan, hingga menanam tanaman untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Perjuangan kami tidaklah mudah, tetapi justru dari situlah kami belajar arti ketangguhan, kerja keras, dan kebersamaan.
Desa Nusamakmur yang sekarang adalah hasil dari jerih payah dan semangat pantang menyerah para transmigran yang bertekad untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi diri sendiri dan generasi mendatang.
Merubah Hutan Jadi Lahan Pertanian
Dengan semangat yang membara, bapak setiap hari berjuang membersihkan lahan dengan membuang tunggak-tunggak kayu gelam yang memenuhi pekarangan. Prosesnya tidak mudah, tetapi sedikit demi sedikit, lahan yang awalnya dipenuhi rintangan itu akhirnya bisa dibersihkan dan siap ditanami.
Content Competition Selengkapnya
Suasana Hati Usai Minta Maaf dan Memaafkan
Bercerita +SELENGKAPNYA
Ketemu di Ramadan

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.
Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025