Aulia
Aulia Dosen

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Goro Menyambut Ramadhan: Membangun Kesadaran Kolektif

3 Maret 2024   13:59 Diperbarui: 12 Maret 2024   14:45 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Goro Menyambut Ramadhan: Membangun Kesadaran Kolektif
Dokumen pribadiĀ 

*****

Meskipun pagi ini udara tidak begitu cerah dan sedikit gerimis, semangat warga tidak surut. Udara yang mendung sebenarnya menjadi berkah bagi warga yang bergotong-royong. warga tidak perlu mencari tempat berteduh dari sengatan matahari. Guru akan lebih bersemangat dan bertenaga.

Dengan alunan bacaan Al-Quran dan sholawat yang diputar, tanda bahwa Goro telah dimulai, warga berdatangan satu per satu. Ada yang langsung menggulung lengan baju, ada pula yang mengantarkan makanan dan minuman ringan sebagai bentuk dukungan.

Kegiatan ini tidak hanya memperindah lingkungan masjid tetapi juga mempererat tali persaudaraan antar warga. Gelak tawa terdengar di antara suara gergaji dan cangkul, menandakan bahwa Goro bukan hanya tentang kerja keras, tetapi juga tentang membangun persahabatan dan kekeluargaan.

*****

Satu demi satu, warga mulai berdatangan, membawa semangat gotong royong yang telah lama menjadi warisan komunitas ini. Masing-masing dengan inisiatif sendiri, mereka mulai beraksi, memilih tugas yang paling mereka kuasai atau yang paling mereka butuhkan. Beberapa tekun mencabut rumput liar yang tumbuh di antara ubin jalan, sementara yang lain mengangkat tanah timbun, memindahkannya ke tempat yang lebih membutuhkan. Ada pula yang memotong pohon cempedak dan nangka, mengubahnya dari rintangan menjadi sumber daya.

*****

Di antara kerja keras, terdengar suara tegur sapa yang akrab dan canda tawa yang riang, menciptakan simfoni kebersamaan yang hangat. Saling sindir menjadi bumbu yang menambah rasa, hampir selalu diakhiri dengan gelak tawa yang memecah keheningan pagi. Keringat mulai bercucuran, bukti nyata dari usaha yang tidak kenal lelah, membasahi pakaian namun tidak pernah memadamkan semangat.

Kadang, tetesan peluh yang tak terbendung itu jatuh, menimpa mulut yang tersenyum lebar, sebelum akhirnya kembali ke tanah---tanah yang sama yang mereka rawat dengan penuh kasih. Ini adalah gotong royong dalam esensinya yang paling murni, bukan hanya tentang pekerjaan yang dilakukan, tetapi tentang persahabatan yang diperdalam, tentang komunitas yang dibangun, dan tentang kehidupan yang dirayakan bersama.

*****

Ketika siang menjelang, hasil kerja keras mulai terlihat. Jalan yang sebelumnya berantakan kini sudah rapi dan nyaman untuk dipandang. Batang nangka yang sudah roboh dipotong dan dirapikan di tepi jalan, sementara ranting dan daun dionggok di suatu tempat untuk dibiarkan lapuk atau dibakar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun