Ika Ayra
Ika Ayra Penulis

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Mengajak Anak Remaja Membuat Kue Tradisional, Klepon

6 Mei 2022   08:53 Diperbarui: 6 Mei 2022   09:00 1149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengajak Anak Remaja Membuat Kue Tradisional, Klepon
Mengajak Anak Remaja Membuat Kue Tradisional, Klepon|foto: Ayra Amirah

Seperti pengalaman di bulan Ramadan, saya mengajak anak remaja kami belajar membuat kue tradisional Jawa, klepon.

Terlebih dahulu saya katakan bahwa saya sama sekali belum pernah mengeksekusi resep ini. Meski klepon merupakan kudapan zaman dulu yang terkesan jadul, namun jangan dipandang enteng. Belum tentu kami berdua bisa membuatnya sebagaimana orang tua dulu.

Mengapa memilih klepon? 

Beberapa hari sebelumnya, saya memang sempat mencari jajanan ini untuk berbuka puasa. Namun saya datang terlambat atau terlalu awal sehingga belum beruntung mendapatkannya di kedai sekitaran tempat tinggal kami.

Saya ceritakan kepada anak kami, bahwa klepon bukan sekedar penganan berbahan alami berupa: tepung ketan, gula aren, sari daun pandan, dan kelapa parut. 

Pada masyarakat Sulawesi Tengah, klepon dimaknai sebagai simbol naiknya rezeki bagi mereka yang melakukan pindahan rumah. Filosofi ini didasari proses pembuatan klepon, ketika matang ditandai adanya gerakan naik ke permukaan.

Dan benar saja, kedua hal ini menambah antusias anak-anak kami. Ketiganya sudah duduk manis mengerumuni saya.

Sebenarnya mereka jarang mencicipi klepon, meski masih ingat letusan gula merah cair saat menggigitnya. Tapi tidak masalah, mereka siap membantu membuat klepon yang diinginkan ibunya. hehehe...

Setelah menyiapkan bahan yang dibutuhkan, saya pun mencampur dan menguleni adonan hingga menjadi kalis.

"Kak, biar cukup waktu, kita bagi tugas ya. Ibu goreng ikan dan kakak yang bulatin adonan yaa..." kata saya disambut anggukan setuju.

Saya memahami setengah keraguan dalam pikiran si sulung. Apakah dia bisa melakukannya, sedang saya tidak menunjukkan caranya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun