el lazuardi daim
el lazuardi daim Wiraswasta

Tulisan lain ada di www.jurnaljasmin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Spirit Ramadan dan Empat Langkah Mempertahankannya

20 April 2023   03:15 Diperbarui: 20 April 2023   03:31 1417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Spirit Ramadan dan Empat Langkah Mempertahankannya
Ilustrasi shalat berjamaah di bulan Ramadan. Foto: Teuku Muhammad Valdy Arief/kompas.com

"Puasa tidak akan berakhir. Alquran tidak akan pergi. Masjid-masjid tidak akan ditutup. Ijabah doa tidak akan berhenti. Pahala tidak akan terputus. Beribadahlah pada Tuhanmu sampai datangnya kematian" 

(Habib Abdullah bin Shahab, ulama asal Tarim)

Ramadan adalah bulan istimewa. Pada bulan ini semangat beribadah berada pada titik puncak. Banyak orang mendadak berubah menjadi alim. Tapi seiring berjalannya waktu ketika Ramadan sudah berakhir, spirit yang luar biasa itu mulai memudar. Kenapa bisa begini ? Adakah cara mempertahankannya ?

Tanpa terasa Ramadan akan segera pergi. Dalam dua atau tiga hari kedepan kita sudah berpisah dengan Ramadan dan berganti dengan Syawal sebagai penerus Ramadan.

Sebagaimana umumnya sebuah perpisahan, selalu menyisakan kesedihan. Begitu juga dengan perpisahan kita dengan Ramadan. Kepergian Ramadan terasa sebagai sebuah kehilangan besar. Kita kehilangan kesempatan mendapatkan banyak keberkahan yang kita dapatkan selama Ramadan 

Ya, ALLAH benar-benar memanjakan kita selama bulan Ramadan. Kita diberi pengampunan atas segala dosa-dosa di masa lampau. Kita diberi ganjaran pahala berlipat ganda. Hati kita juga dijaga untuk condong taat pada ALLAH. Pokoknya kita merasa dekat dengan ALLAH sewaktu Ramadan.

Sayang, Ramadan harus pergi. Dan untuk bisa bertemu lagi, kita harus menunggu sebelas bulan lagi. Lama sekali rasanya untuk menunggu selama itu.

Tapi kita tak perlu menyesalkan semua ini. Sesungguhnya Ramadan tidak benar-benar pergi. Karena yang pergi hanyalah momen dari Ramadan. Sementara semangat dan nilai-nilai dari Ramadan itu tetap ada dan tak pergi kemana-mana.

Ya, meski Ramadan telah berlalu, tapi kita  tetap bisa menghadirkan spirit dari Ramadan itu dalam kehidupan kita. Dengan cara ini setidaknya bisa menjadi pengobat bagi kerinduan kita pada Ramadan.

Habib Abdullah bin Shahab, seorang ulama asal Tarim pernah berkata, 

" Puasa tidak akan berakhir. Alquran tidak akan pergi. Masjid-masjid tidak akan ditutup. Ijabah doa tidak akan berhenti. Pahala tidak akan terputus. Beribadahlah pada Tuhanmu sampai datangnya kematian. Jadilah insan yang Rabbani. Yang setiap saat beribadah, bukan hanya di bulan Ramadan."

Untaian kalimat yang diucapkan ulama yang juga merupakan tokoh habaib Tarim ini menunjukkan pada kita bahwa yang bisa berakhir hanyalah momen Ramadan. Sementara spirit dari Ramadan itu tidak akan pernah berakhir. Dan tugas kita adalah menjaganya agar tidak hilang.

Tugas ini cukup berat. Namun bukan berarti tak sanggup kita selesaikan. Empat hal berikut akan membantu kita  mempertahankan eksistensi spirit Ramadan setelah Ramadan tak lagi bersama kita.

Apa saja hal yang dimaksud?

1. Meyakini bahwa kasih sayang ALLAH tak pernah terputus diberikan pada kita.

Seperti disebutkan dalam beberapa hadis nabi bahwa salah satu keberkahan bulan Ramadan adalah kita diberi pengampunan atas segala dosa, mendapat ganjaran pahala berlipat ganda serta doa-doa yang diijabah. Semua ini merupakan bentuk dari kasih sayang ALLAH pada kita hamba-Nya.

Meski demikian, walau kita tak lagi berada di bulan Ramadan nantinya, pada hakikatnya kasih sayang-Nya pada kita akan tetap ada. Tidak akan pernah putus. Kita akan tetap mendapat limpahan rahmat, pengampunan dan pahala selama kita bisa menempatkan diri sesuai yang dikehendaki-Nya.

Bukankah ALLAH itu tak pernah ingkar janji dan Maha Pengasih serta Maha Penyayang pada hamba-Nya.

2. Meneruskan kebiasaan baik di bulan Ramadan.

Satu karunia berharga yang kita dapatkan di bulan Ramadan adalah dimana kita condong untuk rajin beribadah. Ya, selama Ramadan, diri ini terasa mudah sekali diajak melakukan berbagai ibadah. Tak ada perasaan berat ketika hendak melakukan puasa, shalat malam, membaca Alquran, bersedekah dan banyak ibadah lainnya. Semua dilakukan tanpa paksaan.

Nah, sebagai perwujudan dari mempertahankan spirit Ramadan, maka tak ada kata lain selain meneruskan amalan-amalan tersebut. Ini penting dilakukan agar semangat beribadah yang telah terbentuk sejak Ramadan tersebut bisa terus hidup.

Bagaimanapun juga, spirit beribadah itu bisa naik turun. Tanpa ada upaya mempertahankannya bisa-bisa semangat itu akan luntur atau bahkan hilang sama sekali. Betapa meruginya kita bila sampai kehilangan semangat untuk beribadah.

Kalimat terakhir yang dikatakan Habib Abdullah diatas agaknya bisa menjadi perenungan bagi kita bahwa semangat beribadah itu perlu dipupuk setiap saat, tidak hanya di kala Ramadan saja.

3. Menghindari perbuatan maksiat.

Pada bulan Ramadan kita dituntut untuk menghindari perbuatan maksiat. Tidak hanya karena ancaman atas perbuatan dosa kita tersebut, tapi juga demi menghindari hilangnya pahala dari ibadah puasa kita.

Menjauhkan diri dari berbuat maksiat tersebut tidaklah gampang. Rayuan nafsu setan yang terus menggoda sering membuat kita terjerumus. Tapi, selama Ramadan nyatanya kita mampu menghindarinya.

Apa kunci suksesnya ?

 " Maaf, ini bulan Ramadan, saya sedang berpuasa."

Ya, satu kalimat singkat diatas ternyata cukup ampuh menjadi mantra penghalang bagi kita dalam menghindari larangan-larangan Tuhan.

Maka dari itu tak ada salahnya kalau spirit yang sama juga kita hadirkan lagi ketika sudah berada diluar Ramadan. Latihan selama sebulan yang kita jalani di bulan Ramadan setidaknya bisa memberi pengaruh pada pola pembentukan mindset kita bahwa kita perlu membentengi diri dari perbuatan maksiat.

4. Menelaah dan mengaktualisasikan makna " menahan diri " sebagai esensi dari Ramadan.

Esensi pokok dari Ramadan itu adalah menahan diri. Baik menahan diri dari perbuatan haram maupun menahan diri dari hal-hal yang sejatinya halal bagi diri kita.

Kenapa kita harus menahan diri ? Apa urgensinya ?

Menahan diri dari perbuatan haram dan tidak berbuat dosa itu sesuatu yang mutlak harus dilakukan. Jalan ini harus kita tempuh sebagai usaha menyelamatkan diri dari azab Tuhan ataupun kebencian manusia.

Sementara menahan diri dari sesuatu yang sebenarnya halal bagi kita seperti dengan tidak makan dan minum di siang bulan Ramadan mengajak kita melepaskan secara perlahan akan ketergantungan pada duniawi. Ya, paling tidak sebagai persiapan sebelum kita betul-betul meninggalkan dunia saat kematian menjemput.

Ramadan boleh berlalu, tapi antusiasme kita dalam perjuangan menggelorakan semangat beribadah tak boleh layu. Tugas berat sudah menunggu kita di babak baru, menjaga eksistensi spirit Ramadan agar hidup selalu.

(EL)

Yogyakarta, 20042023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun