Nilai Filosofis Tradisi Memasak Dodol Ulame Kue Favorit Lebaran dari Sumatera Utara
Tidak terasa kita sudah sampai di akhir ramadan dimana tepat 22 April 2023 besok kita akan melaksanakan lebaran Idul Fitri.
Suasana lebaran dirumah selain identik dengan pakaian baru kita juga akan melihat berbagai sajian aneka kue dan makanan yang disantap bersama keluarga setelah melakukan kegiatan bermaaf-maafan.
Berbagai jenis kue akan ada dihidangkan saat kita berkunjung ke rumah sanak saudara famili kita, kita bisa menyantapnya dengan sepuasnya.
Indonesia sebagai salah satu surganya kuliner yang tersedia memberikan berbagai pilihan berbagai aneka kue yang enak untuk dimakan di saat lebaran.
Salah satu santapan kue lebaran yang dinantikan saat lebaran datang adalah dodol, masing-masing daerah memiliki ciri khas dodolnya menurut daerahnya.
Dodol adalah panganan manis dari daerah-daerah Indonesia bagian barat. Dodol termasuk dalam kelompok panganan pencuci mulut berbahan beras ketan yang dicampur baik dengan pemanis, santan di masak hingga mengental.
Untuk daerah saya tinggal Dodol Ulame Khas Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara menjadi pilihan kue yang ingin di santap saat lebaran.
Dodol Ulame dari Sumatera Utara ini sangat terkenal karena memiliki tekstur rasa yang enak dan semakin lama dimakan maka akan semakin nikmat.
Orang-orang sumatera Utara akan sangat familiar dengan kue yang satu ini karena proses pembuatannya yang membutuhkan waktu dan tenaga yang begitu besar.
Sewaktu saya kecil tradisi Mengaco Ulame atau memasak dodol akan menjadi sebuah pekerjaan besar yang melibatkan banyak orang.
Proses waktu memasak Dodol Ulame yang memakan waktu berjam-jam terkadang dimasak mulai pagi baru masak hingga petang dan harus terus menerus diaduk agar kualitas dodol yang dihasilkan berkualitas baik.
prosesi memasak Dodol Ulame memberikan pelajaran penting walaupun saat ini tradisi memasak dodol Ulame sudah tidak seperti dulu lagi.
Tradisi memasak dodol Ulame jika kita lihat dari prosesnya memiliki pesan tersirat yang bisa kita ambil.
1. Menjaga tali silaturahmi
Zaman dulu memasak dodol Ulame akan mengundang Jiran tetangga baik ibu-ibu maupun para pemuda.
Ibu-ibu meracik adonan dodol hingga sampai masuk ke wajan tempat memasak giliran para pemuda mengaduk secara bergantian hingga masak.
Peran tenaga pemuda di sini sangat penting karena di proses akhir di saat dodol sudah mulai mengental maka dibutuhkan tenaga untuk terus mengaduk dodol tersebut.
Dari sini muncul silaturahmi antar tetangga saling berkomunikasi sambil menikmati pembuatan dodol.
Kerjasama yang baik secara suka rela menjadi persatuan yang erat dikalangan masyarakat.
2. Menanamkan budaya gotong royong.
Memasak dodol Ulame menanamkan nilai-nilai gotong royong dan hebatnya dikala itu jika ada tetangga yang mulai menyiapkan tungku pemasak dodol maka tetangga akan berdatangan satu persatu.
Budaya gotong royong Tanpa mengharapkan imbalan menjadi tradisi yang dibangun dibalik proses pembuatan dodol Ulame.
3. Proses tidak menghormati hasil
Dari proses memasak Dodol Ulame yang begitu panjang sesuai dengan pepatah proses tidak pernah mengkhianati hasil begitu juga dodol Ulame waktu memasak yang lama sesuai dengan rasa kue dodol yang di hasilkan sangat nikmat untuk dimakan.
Memahami sebuah proses panjang menjadi pelajaran penting dari memasak dodol Ulame setiap keberhasilan sebuah pekerjaan ada proses panjang yang harus kita lalui.
Nilai filosofis yang terkandung di saat memasak dodol Ulame memberikan pelajaran tidak hanya sekedar untuk menyiapkan sebuah sajian makanan saja namun memberikan makna pentingnya sebuah proses.
***
Semoga lebaran tahun ini kita terus diberikan kesehatan sehingga kita bisa menyantap berbagai kue khas di saat lebaran.
Mari kita isi lebaran dengan saling memaafkan dan tentunya jika anda sedang berada di Sumatera Utara dan berada di daerah Labuhanbatu Raya dan Tapanuli bagian selatan menyantap dodol Ulame harus disempatkan.
Selamat menjalankan ibadah puasa dan merayakan lebaran idul Fitri semoga kita diberikan kesehatan dan bertemu kembali di ramadan yang akan datang, amin.