charles dm
charles dm Freelancer

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Tinggalkan Jejak Bukan Sampah, Bangga Berwisata di Indonesia dengan Perilaku Bertanggung Jawab

17 April 2023   23:38 Diperbarui: 17 April 2023   23:44 1297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tinggalkan Jejak Bukan Sampah, Bangga Berwisata di Indonesia dengan Perilaku Bertanggung Jawab
Pemandangan Setu Lebak Wangi, Parung, Jawa Barat di malam hari. Salah satu destinasi wisata yang layak dikunjungi: dokpri

Pencapaian Kemenparekraf 2022: detik.com
Pencapaian Kemenparekraf 2022: detik.com

Sustainable and Responsible Travel

Cita-cita mulia mesti dibarengi dengan kedadaran dan tanggung jawab. Makin meningkatnya jumlah perjalanan, penting untuk memikirkan secara serius perjalanan yang bertanggung jawab.

Sebab, pariwisata bila dijalankan secara serampangan maka akan memberikan dampak buruk mulai dari polusi, gangguan konservasi dan habitat makhluk hidup, dan sebagainya.

Pariwisata, dalam pandangan banyak orang dan telah terbukti kebenarannya, tak ubahnya pedang bermata dua. Di satu sisi bisa menyejahterakan, namun di sisi lain justru menghancurkan masyarakat dan alam lingkungan.

Bila demikian, apa solusi terbaik? Apakah kita perlu melakukan pembatasan secara ketat? Pastinya itu bukan solusi terbaik.

Yang sebaiknya dilakukan adalah masing-masing pihak ikut berkontribusi secara konstruktif untuk mengedepankan rasa tanggung jawab dan keberlanjutan pada setiap destinasi wisata.  Tidak terkecuali para turis atau pelancong.

Turis, apalagi dari dalam negeri, mestinya menjadi contoh dan berada di garda terdepan untuk menunjukkan rasa tanggung jawab dan kebanggaan akan kekayaan pariwisata dengan sikap dan tingkah laku positif.

Pariwisata yang bertanggung jawab, sudah ditegaskan dalam KTT Dunia untuk Pembangunan Berkelanjutan pada 2022, adalah upaya membuat tempat tinggal yang baik dan tempat yang lebih baik untuk dikunjungi orang.

Untuk sampai ke sana, tidak bisa mengandalkan kerja keras pihak-pihak tertentu. Butuh intervensi komprehensif dan pendekatan integral yang melibatkan semua pihak mulai dari operator, pelaku bisnis perhotelan/akomodasi, pemerintah, masyarakat lokal, hingga wisatawan.

Semua pihak harus berangkat dari dan bergerak ke tujuan yang satu dan sama. Membuat pariwisata lebih berkelanjutan, baik dari sisi sosial, ekonomi maupun lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun