Tinggalkan Jejak Bukan Sampah, Bangga Berwisata di Indonesia dengan Perilaku Bertanggung Jawab
Kedua, kecermatan itu juga ditunjukkan dalam barang bawaan untuk tidak berlebihan, apalagi barang-barang yang akan ditinggalkan sebagai sampah di tempat tujuan.
Sebagai gantinya, lengkapi diri dengan barang-barang yang tidak sekali pakai seperti plastik sekali pakai, bahkan produk ramah lingkungan yang mewujud dalam batang sampo, tusuk gigi, batang deodoran, sedotan, dan sebagainya.
Ketiga, sikap tersebut menunjukkan rasa hormat pada lingkungan. Tidak meninggalkan sampah yang bisa merusak lingkungan. Tidak menjadi racun bagi makhluk hidup lainnya.
Indonesia adalah negara darurat sampah. Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) volume timbulan sampah di Indonesia tahun 2022 mencapai 19,45 juta ton.
Mirisnya, tidak sedikit dari jumlah tersebut yang bermuara di lautan. Dari sumber yang sama, tahun 2020, wilayah lautan Indonesia sudah tercemar oleh sekitar 1.772,7 gram sampah per meter persegi.
Diperkirakan jumlah sampah di lautan Indonesia sudah mencapai 5,75 juta ton. Sampah plastik menjadi yang terbanyak dengan bobot 627,80 g/m2 dan telah mengokupasi 35,4 persen total sampah di laut Nusantara.
Selain plastik, sampah kaca dan keramik (226,29 g/m2 atau 12,76 persen dari total sampah di laut), logam (224,76 g/m2), kayu (202,36 g/m2), karet (56,68 g/m2), busa plastik (56,68 g/m2), sampah kertas dan kardus (21,86 g/m2).
Mayoritas sampah-sampah itu butuh waktu sangat lama untuk terurai. Plastik misalnya tidak bisa terurai sebelum 1000 tahun.
Untuk itu, perlu gerakan bersama untuk menekan jumlah sampah. Buanglah sampah pada tempatnya. Anjuran untuk meninggalkan jejak bukan sampah di setip perjalanan sungguh tepat.
Langkah pertama