Yuk, Berwisata Alam Tanpa Harus Merusak Alam
Wisata alam semakin banyak diminati wisatawan, baik wisatawan nusantara, maupun mancanegara. Naik gunung, bersantai di pantai, atau menyepi di pulau terpencil, semakin banyak dilakukan oleh para pelancong untuk keluar sejenak dari rutinitas sehari-hari, khususnya kelompok pelancong usia muda. Para millenials dan Gen Z.
Terlebih, daerah destinasi wisata alam juga tak jarang memadukan beragam jenis wisata sekaligus untuk menarik lebih banyak pengunjung, seperti wisata kuliner, wisata belanja, hingga wisata seni dan budaya.
Ada banyak daerah dengan destinasi wisata seperti itu di Indonesia, mulai dari Banten, Bogor, Bandung, Batu, Banyuwangi, Bondowoso, Bali, Biak, hingga Batam dan Bintan, Kepulauan Riau.
Jenis Wisata Alam Beragam
Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki bentang alam yang sangat indah. Bahkan saking indahnya, panorama alam yang disajikan terkadang lebih memukau dari sebuah lukisan.
Terlebih, negeri kita tercinta ini juga memiliki destinasi wisata alam yang sangat beragam, mulai dari gunung, laut dan pantai, hutan tropis, danau vulkanik, gurun pasir, taman nasional, hingga pegunungan bersalju.
Menariknya lagi, wisata-wisata alam tersebut tidak hanya terpusat di satu wilayah, tetapi tersebar di seluruh NKRI, dari Sabang hingga Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote.
Itu makanya sangat Bangga Berwisata di Indonesia.
Harus Bersama Kita Jaga
Wisata alam Indonesia yang begitu memesona, harus bersama-sama kita jaga. Selain untuk mendongkrak perekonomian bangsa, juga agar keindahannya tetap terjaga. Tetap lestari. Anak-cucu kita kedepan juga bisa menikmati beragam keindahan alam tersebut. Jangan sampai 10 atau 20 tahun ke depan hanya tinggal cerita.
Lalu, apa yang harus kita lakukan untuk membantu kelestarian wisata alam Indonesia?
Menerapkan Sustainable and Responsible Travel
Agar wisata alam Indonesia yang sangat memukau tetap lestari, kita sebagai pelancong harus ikut mewujudkan penerapan sustainable and responsible travel.
Apa itu? Pariwisata yang memperhitungkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan, baik untuk saat ini, maupun di masa depan, baik untuk kita sebagai pengunjung, industri pariwisata, warga lokal yang tinggal disekitar tempat wisata, maupun lingkungan wisata itu sendiri.
Jadi pelancong yang Bertanggung Jawab
Hal yang paling mudah dilakukan untuk membantu keberlangsungan wisata alam adalah dengan menjadi pelancong yang baik dan bijak. Patuhi aturan yang ada di tempat wisata tersebut. Jangan merusak, jangan melakukan sesuatu yang jelas-jelas sudah dilarang. Hormati komunitas lokal dan habitat alam.
Ingat lho, kita ini tamu, orang yang berkunjung. Sudah seharusnya mengikuti aturan yang sudah ditetapkan di destinasi wisata tersebut. Ada baiknya, sebelum berkunjung, cari tahu dulu apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan di tempat wisata tersebut.
Jangan Meninggalkan Jejak Buruk
Sebisa mungkin jangan meninggalkan jejak buruk di tempat wisata, seperti guratan-guratan nama di pepohonan sebagai tanda kita pernah berkunjung ke tempat tersebut, sampah bekas makanan dan minuman kemasan, atau tanaman yang mungkin meranggas karena terkena api yang kita buat dari api unggun.
Kalau memungkinkan kita bisa bahu-membahu dengan pengunjung lain untuk membantu membersihkan tempat wisata tersebut, bila memang terlihat kotor dan penuh sampah. Dulu hal tersebut pernah saya lakukan saat bersama teman-teman kantor berwisata ke salah satu pulau kecil di Kota Batam, Kepulauan Riau.
Kami bahu-membahu membersihkan aneka sampah plastik yang menghiasi bibir pantai. Sampah plastik itu kami masukan ke dalam karung, kemudian dibawa ke pulau utama. Biasanya di pulau utama ada banyak yang memanfaatkan sampah-sampah plastik tersebut untuk didaur ulang.
Tegur dan Laporkan Wisatawan yang Berbuat Seenaknya
Bila melihat ada wisatawan yang membuang sampah sembarangan, merusak habitat alam yang ada di tempat wisata, menyiksa hewan yang menjadi bagian tempat wisata, jangan diam saja, tegur dengan cara baik-baik. Bila segan, bisa melaporkan ke pengelola tempat wisata tersebut.
Bila kita diam saja, membiarkan si wisatawan tersebut berbuat seenak hati, berarti kita juga secara tidak langsung ikut andil merusak tempat wisata alam tersebut. Apalagi, terkadang, saat ada satu wisatawan yang berani menyalahi peraturan dan tidak ada yang berani menegur, wisatawan lain suka ikut-ikutan juga melanggar aturan yang sudah ditetapkan.
Nikmati Kuliner Lokal
Saat berwisata alam, sebaiknya tidak usah membawa bekal makanan dan minuman dari rumah. Beli saja dari warga sekitar yang menjual aneka makanan dan minuman lokal khas daerah tersebut.
Selain untuk membantu perekonomian warga sekitar, kita juga akan relatif lebih ramah lingkungan. Makan di tempat berarti tidak harus menyisakan kemasan bekas makanan dan minuman yang kerap membuat sampah di tempat wisata alam menjadi menumpuk dan berserak.
Tidak hanya itu, kuliner lokal juga umumnya memiliki cita rasa yang sangat lezat dan khas. Bahkan, meski kita sudah sering mencicipnya di restoran atau tempat makan dekat rumah.
Beberapa waktu lalu, saat saya dan beberapa teman snorkeling di Pulau Abang, Batam, kami sengaja memesan aneka seafood yang diolah oleh warga lokal. Rasa makanannya memang lebih khas. Padahal kami tinggal masih satu kota, hanya berbeda pulau saja.
Beli Suvenir dan Oleh-Oleh
Bila memiliki budget lebih, tidak ada salahnya membeli suvenir dan oleh-oleh dari warga lokal di sekitar tempat wisata. Selain memberdayakan mereka secara ekonomi, banyak warga lokal yang membuat suvenir dari bahan-bahan limbah yang memang ada di sekitar tempat wisata.
Hal tersebut seperti yang dilakukan para pengrajin di Desa Wisata Bakau Serip Batam. Mereka memanfaatkan limbah kerang yang biasanya hanya teronggok di bibir pantai menjadi beragam suvenir yang unik dan menarik yang memiliki nilai jual cukup tinggi.
Nah, kalau teman-teman Kompasianer suka berwisata alam juga kah? Sudah mulai menerapkan sustainable and responsible travel? Yuk, berbagi cerita di kolom komentar.
Salam Kompasiana! (*)