Bersyukur, Berarti Patuh dan No Iri Dengki
Oleh karena itu, sebagai wujud terima kasih, bentuk syukur kepada Allah, sudah sepatutnya kita mentaati segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Jalankan ibadah wajib, mulai dari salat lima waktu, puasa di bulan Ramadan, hingga membayar zakat. Kerjakan juga ibadah sunah dengan maksimal, seperti zikir, salat sunah, bersedekah, dan lainnya.
Jangan lupa, jauhi juga segala hal yang dilarang Allah, seperti menyekutukan Allah, durhaka terhadap orang tua, memfitnah, mencuri, bergunjing, mengolok-olok, meminum dan memakan sesuatu yang sudah jelas diharamkan, dan lainnya.
Saat kita berterima kasih kepada seseorang, kita biasanya taat dan patuh terhadap perintah orang tersebut. Padahal mungkin, orang tersebut hanya membantu kita untuk hal-hal tertentu.
Nah, ini Allah lho, zat yang maha kuasa, yang menciptakan kita sebagai manusia, yang memberi kita rezeki dan kenikmatan melimpah sepanjang hayat. Masa perintahnya tidak ditaati?
Berusaha yang Terbaik untuk Semua Hal
Bersyukur bukan berarti kita pasrah. Sebagai bentuk syukur kepada Allah karena sudah diberikan beragam potensi, kita justru harus mengupayakan yang terbaik dalam beragam hal.
Namun, setelah upaya terbaik tersebut sudah dilakukan, kita serahkan hasil akhirnya kepada Allah. Apapun hasilnya kelak harus disyukuri. Sesuai ataupun tidak sesuai dengan harapan kita. Sebab, ketentuan Allah pasti yang terbaik.
"...boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
(Q.S Al-Baqarah Ayat 216)
Seperti kutipan surat di atas, terkadang Allah membalut permata dalam duka, menganugerahi keberhasilan dibalik kegagalan, memberi hikmah dalam setiap musibah, menghadiahi kemenangan dibalik kekalahan.