Bersyukur, Berarti Patuh dan No Iri Dengki
"Terhadap nikmat Tuhanmu, nyatakanlah (dengan bersyukur)."
(Q.S Adh Dhuha ayat 11)
Umat Islam diwajibkan untuk bersyukur. Melalui Al-Quran, Allah SWT memerintahkan manusia agar pandai bersyukur.
Tak tanggung-tanggung, dalam kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW tersebut, Allah SWT memerintahkan manusia untuk bersyukur sebanyak puluhan kali.
Berdasarkan keterangan H Julan, Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi, yang dikutip jambi.kemenag.go.id, saat tausyiah beberapa waktu lalu, Allah memerintahkan manusia untuk bersyukur sebanyak 75 kali.
Sementara, berdasarkan penelitian Umaiyatus Syarifah Maya dari UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang, yang dipublikasikan melalui jurnal.stiqsi.ac.id, kata syukur disebut sebanyak 69 kali di dalam Al-Quran dengan berbagai derivasinya.
Lalu, harus seperti apa kita bersyukur dengan nikmat Allah?
Mentaati Perintah-Nya, Menjauhi Larangan-Nya
Bersyukur merupakan ungkapan terima kasih dan pengakuan atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.
Oleh karena itu, sebagai wujud terima kasih, bentuk syukur kepada Allah, sudah sepatutnya kita mentaati segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Jalankan ibadah wajib, mulai dari salat lima waktu, puasa di bulan Ramadan, hingga membayar zakat. Kerjakan juga ibadah sunah dengan maksimal, seperti zikir, salat sunah, bersedekah, dan lainnya.
Jangan lupa, jauhi juga segala hal yang dilarang Allah, seperti menyekutukan Allah, durhaka terhadap orang tua, memfitnah, mencuri, bergunjing, mengolok-olok, meminum dan memakan sesuatu yang sudah jelas diharamkan, dan lainnya.
Saat kita berterima kasih kepada seseorang, kita biasanya taat dan patuh terhadap perintah orang tersebut. Padahal mungkin, orang tersebut hanya membantu kita untuk hal-hal tertentu.
Nah, ini Allah lho, zat yang maha kuasa, yang menciptakan kita sebagai manusia, yang memberi kita rezeki dan kenikmatan melimpah sepanjang hayat. Masa perintahnya tidak ditaati?
Berusaha yang Terbaik untuk Semua Hal
Bersyukur bukan berarti kita pasrah. Sebagai bentuk syukur kepada Allah karena sudah diberikan beragam potensi, kita justru harus mengupayakan yang terbaik dalam beragam hal.
Namun, setelah upaya terbaik tersebut sudah dilakukan, kita serahkan hasil akhirnya kepada Allah. Apapun hasilnya kelak harus disyukuri. Sesuai ataupun tidak sesuai dengan harapan kita. Sebab, ketentuan Allah pasti yang terbaik.
"...boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
(Q.S Al-Baqarah Ayat 216)
Seperti kutipan surat di atas, terkadang Allah membalut permata dalam duka, menganugerahi keberhasilan dibalik kegagalan, memberi hikmah dalam setiap musibah, menghadiahi kemenangan dibalik kekalahan.
Setelah peristiwa tersebut berlalu beberapa waktu, baru kita tersadar nikmat Allah dibalik itu.
Ada kan satu rombongan keluarga yang awalnya kecewa karena tertinggal pesawat, beberapa waktu kemudian justru merasa bahagia dan bersyukur tertinggal penerbangan tersebut. Apa pasal? Pesawat tersebut belakangan mengalami kecelakaan dan seluruh awak dan penumpang pesawat tersebut meninggal dunia.
Jadi, intinya sabar dan syukur.
No Iri, Menikmati Pemberian Allah
Bersyukur juga kita berarti tidak iri dan dengki dengan nikmat yang diberikan oleh Allah kepada orang lain.
Terkadang, kita merasa orang lain lebih beruntung, punya pendidikan lebih tinggi, karier lebih hebat, kesejahteraan yang lebih memadai, keluarga yang lebih bahagia, dan lainnya.
Padahal, kita pun pasti tidak kalah beruntung dengan orang tersebut. Ada kelebihan, pasti ada kekurangan. Ingat lho, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Setiap manusia pasti memiliki kelebihan, dan setiap manusia pasti mempunyai kekurangan.
Terkadang, orang yang kita anggap lebih, mungkin kelebihannya karena dia bisa lebih bersyukur.
Kita harus mensyukuri, menikmati, dan menghargai segala pemberian dari Allah. Bahagia dengan apa yang kita miliki. Tidak tamak. Buang jauh-jauh rasa iri dan dengki.
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat."
(Q.S Ibrahim ayat 7)
Hal-hal yang kita miliki dan kita anggap biasa-biasa saja, mungkin adalah hal yang dianggap luar biasa bagi sebagian orang.
Pekerjaan kita yang kita anggap gini-gini aja, mungkin adalah pekerjaan impian bagi orang lain, rumah tempat kita tinggal yang kita anggap biasa-biasa saja, mungkin adalah rumah yang diharapkan oleh orang lain, kendaraan pribadi yang kita anggap sudah kuno dan usang, mungkin adalah kendaraan yang diinginkan oleh orang lain.
Jadi, tetap bersyukur, apapun keadaan kita.
Nasihat dari Nabi Muhammad SAW, lihatlah orang yang di bawahmu dalam masalah harta dan dunia. Jangan meremehkan nikmat Allah.
Sebenarnya, ada banyak makna dan arti bersyukur, serta bagaimana kita mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun, bila diulas lebih rinci, pasti terlalu penjang. Namun, mungkin teman-teman Kompasianer ada yang mau menambahkan di kolom komentar. Yuks!
Salam Kompasiana! (*)