Agar Sedekah Semakin Berkah, Pahami Sunah Urutan Si Penerima
"Orang bodoh yang dermawan lebih dicintai Allah dari pada seorang ahli ibadah yang kikir. " (HR Al Baihaqi & At Turmudzi)
Allah SWT sangat mencintai hamba yang senang bersedekah. Hal tersebut seperti yang diungkapkan Nabi Muhammad SAW dalam salah satu Hadits Riwayat Al Baihaqi & At Turmudzi yang saya nukil di paragraf awal.
Bersedekah sangat dianjurkan dalam agama Islam. Itu merupakan amalan yang sangat dicintai oleh Allah SWT.
Pemberian seorang muslim secara ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu kepada orang lain yang berhak menerima semata-mata hanya mengharap ridha Allah SWT.
Hal tersebut dikarenakan Allah SWT sangat menyukai manusia yang saling tolong menolong. Tentu dalam hal kebaikan. Bahkan, perintah untk tolong menolong dalam hal kebaikan diserukan secara langsung oleh Allah melalui surat Al Maidah ayat 2.
"... tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan..."
Namun, ternyata, meski sedekah bisa diberikan kepada siapa saja, berdasarkan sunah Rasulullah yang dihimpun Fuad Abdurrahman dalam buku berjudul "Kehebatan Sedekah", ada beberapa golongan yang berhak didahulukan untuk diberikan sedekah. Siapa saja?
Keluarga dan Kerabat Terdekat
Kelompok pertama yang harus didahulukan dalam pembagian sedekah adalah keluarga. Saat kita akan berinfak, suami/istri, anak, orang tua, saudara kandung, kerabat, dan keluarga terdekat harus lebih diutamakan, sebelum orang lain.
Selain itu, untuk para suami, orang tua dari buah hati, dahulukan dulu nafkah, penuhi hak istri dan anak sebelum bersedekah. Sebab, nafkah itu wajib, sementara sedekah adalah sunah.
"Mulailah dari dirimu dan bersedekahlah atasnya, jika terdapat kelebihan maka berikanlah pada keluargamu, jika terdapat kelebihan maka berikanlah pada kaum kerabatmu, jika masih terdapat kelebihan maka berikan pada orang yang di depanmu, di kanan dan kirimu." (HR Muslim dari Jabir)
Bersedekah kepada keluarga terdekat konon akan lebih banyak mendapatkan pahala. Hal tersebut seperti yang tercantum dalam Hadits Riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari Maimunah binti Al-Harits.
Saat Maimunah, salah satu istri Nabi Muhammad SAW, memberitahu Rasulullah bahwa ia telah membebaskan budak wanita yang dimiliki. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Andaikan kau berikan pada bibimu, maka hal itu akan lebin besar pahalanya bagimu."
Selain itu, bersedekah kepada keluarga dan kerabat terdekat juga dapat menjadi penyambung tali silaturahim. Upaya untuk menjaga, memelihara, dan mempererat hubungan kekerabatan yang merupakan kewajiban setiap muslim.
Tetangga yang Membutuhkan
Setelah keluarga, tetangga adalah orang yang paling utama untuk menerima sedekah dari kita. Meski demikian, tetangga yang akan diberi sedekah ada baiknya adalah tetangga pra sejahtera yang membutuhkan bantuan.
"...berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh..." (QS An Nisa 4:36)
Bukan apa-apa, bila memberi kepada tetangga yang cukup berada khawatir tersinggung. Terlebih bila sedekahnya berupa uang tunai. Dulu ada kejadian yang seperti itu saat saya masih tinggal di Bogor, Jawa Barat.
Ada tetangga yang membagi-bagikan uang secara merata kepada kaum dhuafa dan tetangga terdekat. Alih-alih senang dan bahagia, ada satu tetangga yang merasa tersinggung. Ia merasa terhina karena disedekahi uang.
Mungkin kalau untuk tetangga terdekat, lebih baik disedekahi barang atau makanan, kecuali bila memang sangat membutuhkan. Janda atau anak yatim yang kesulitan memenuhi kebutuhan mendasar sehari-hari.
"...jika kamu memasak sup, maka perbanyaklah kuahnya, lalu bagilah sebagiannya kepada tetanggamu." (HR Muslim)
Orang Lain yang Membutuhkan
Bila kebutuhan keluarga dan orang terdekat sudah tercukupi, sedekah dapat diberikan kepada siapapun yang membutuhkan. Walau kita sebagai pemberi, tidak mengenal orang tersebut.
Kita bisa memberikan langsung kepada yang membutuhkan secara terencana, misalkan memberi santunan dengan mendatangi panti asuhan, mengunjungi orang yang sakit, menyusuri jalanan sambil mencari orang-orang yang membutuhkan uluran tangan.
Bisa juga kita berikan melalui perantara, misalkan melalui kotak infak masjid atau lembaga yang memang secara resmi menyalurkan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Selain sedekah yang terencana, kita juga bisa memberikan sedekah secara spontan kepada orang-orang yang kita temui dan kebetulan memang kita tahu membutuhkan bantuan. Biasanya nih, memberikan bantuan dengan cara seperti ini dampak sedekahnya lebih terasa.
Bila mereka membutuhkan bantuan berbentuk uang, berikan saja semampu dan seikhlas kita. Toh, Allah SWT lebih suka sedekah yang sedikit tetapi konsisten.
Namun, harus diingat. Sedekah tidak melulu harus berbentuk uang ataupun harta benda. Sedekah juga bisa berbentuk bantuan, ilmu, pertolongan, dan perbuatan baik lainnya. Bahkan, senyum saja sudah merupakan sedekah.
"Senyum terhadap saudaramu adalah sedekah. Engkau memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran adalah sedekah. Engkau menunjukkan kepada seseorang jalan di wilayah yang dia tidak ketahui adalah sedekah. Engkau membantu memberikan petunjuk kepada orang yang penglihatannya buruk adalah sedekah. Engkau memindahkan batu, duri, atau tulang dari jalanan itu sedekah. Engkau memenuhi air di tempayan saudaramu dengan air dari tempayanmu itu sedekah." (HR At Tirmidzi)
Jadi, ada beragam cara untuk bersedekah. Oleh karena itu, yuk perbanyak sedekah. Terlebih di bulan Ramadan yang penuh berkah ini. Konon pahalanya bisa berlipat-lipat.
Selain itu, sedekah merupakan amal jariah. Amalan yang tidak hanya memberi manfaat dalam waktu singkat saat kita masih hidup di dunia, tetapi juga setelah kita meninggal dunia kelak.
Allah tidak hanya mengganti sedekah kita segera di dunia, tetapi juga ganjaran di akhirat nanti. Pahalanya akan terus mengalir.
Salam Kompasiana! (*)